DISWAY: Durian Nitrogen
Sabtu 24 April 2021
Oleh : Dahlan Iskan
SAYA sengaja berbuka puasa sedikit saja kemarin: satu liter air-putih-hangat dan pisang kepok masak yang saya panggang di teflon.
Target setiap hari membaca Alquran 1 juz sudah selesai sebelum azan magrib. Lalu akan ada buka puasa besar setelah itu: pesta durian.
Teman saya, pengusaha sandal, baru saja membuka Rodjo Durian di Duta Mas, Angke, Jakarta Barat. Saya diantar teman saya, Liong, yang sengaja datang dari Surabaya: keluarga pabrik sepatu yang memproduksi sepatu AZA –singkatan Azrul Ananda, anak saya.
Belum lagi durian dibuka datang pula teman saya yang asal Medan. Namanya Venus Jong. Yang usahanya impor durian. Lalu datang lagi petani durian dari Tegal: Yanto Sodri. Ia pakai kaus hitam dan sandal butut. Di kausnya tertulis: Durian vs Everybody.
Lalu datang lagi teman baru, juga Tionghoa, asal Singkawang. Ia memperkenalkan diri: Ong Aman, pengusaha onderdil mobil mewah di Pluit. Lalu memperkenalkan wanita berjilbab di sebelahnya: \"ini istri saya,\" katanya.
Kami menarik tiga meja untuk dijadikan satu. Meja-meja lain sudah diduduki penikmat durian lainnya.
Pemilik Rodjo Durian, Yayang (Thio Hok Liang), membacakan tata-tertib yang harus kami setujui. Pertama, protokol kesehatan. Waktu berfoto kami boleh buka masker tapi tidak boleh bicara.
Tata-tertib utama: kami harus makan durian lokal lebih dulu. Tidak boleh langsung Musangking.
Ia punya tiga jenis durian lokal: Palu, Padang, dan Bali. Kelak ia pengin jualan segala jenis durian lokal pilihan dari segala daerah.
Dengan aturan itu nafsu saya untuk segera makan Musangking saya tekan. Harus sabar. Orang puasa harus sabar –kecuali soal Vaksin Nusantara.
Peraturan lainnya: makan duriannya tidak boleh ngawur. Harus satu jenis dulu diselesaikan. Baru boleh ke jenis berikutnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: