>

DBL Effect di PON Papua

DBL Effect di PON Papua

Oleh: Azrul Ananda

Wednesday, 06 Oktober 2021

Beberapa waktu lalu, saya merasa diuji oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan. Beliau banyak menanyai saya tentang situasi dan kondisi olahraga di tanah air. Bukan hanya itu, beliau juga menanyai apa menurut saya solusinya.

Saya sangat suka cara diskusi itu. Bukan sekadar mendengar saja. Bukan juga sekadar bicara sendirian. Saya merasa seperti menghadapi seorang dosen penguji!

Saya tidak akan menjabarkan secara panjang lebar apa saja yang saya sampaikan. Tapi saya ingin menyampaikan garis besar jawaban saya.

Menurut saya, sistem olahraga kita harus disimplifikasi. Badan-badan organisasinya harus disimplifikasi. Penganggarannya harus diutamakan ke federasi-federasi, yang memang langsung menangani olahraganya masing-masing. Namun, KPI-nya harus diubah. Penilaian utama harus dari jumlah kompetisi, atau jumlah pertandingan, yang mereka hasilkan. Intinya, seberapa banyak \"panggung\" yang mereka naungi dan bantu besarkan.

Saya tegaskan, semakin banyak panggung, maka atlet-atletnya akan semakin banyak bermunculan. Semakin banyak yang ingin tampil di panggung-panggung itu, lalu ingin meraih prestasi lewat panggung-panggung itu.

Dari situ, akan muncul bintang-bintangnya, yang kemudian akan memberi kontribusi penting untuk prestasi nasional.

Karena saya selalu percaya, untuk berkembang, kita harus fokus ke meningkatkan jumlah partisipasi. Karena prestasi hanyalah ongkos dan ongkos yang tak ada habisnya. Semakin banyak partisipasi, maka partisipasi itu nantinya akan membantu membiayai prestasi.

Dan saat berbicara itu, saya merasa sangat pede. Karena saya sudah punya buktinya. Yaitu kompetisi basket pelajar DBL, yang sudah kami kembangkan sejak 2004.

Momen sekarang juga pas untuk menunjukkan bukti itu. Yaitu dengan berlangsungnya PON di Papua sekarang.

DBL Indonesia punya andil besar di cabor basket di PON Papua. Menurut statistik yang dikumpulkan teman-teman, sebanyak 63 persen pemain basket yang tampil di PON Papua adalah alumnus DBL.

Mereka bukan hanya mendominasi dari segi jumlah, mereka juga memberi warna luar biasa dari kompetisi yang berlangsung. Minimal, saya bisa menjadikan PON Papua sebagai bukti pentingnya konsistensi penyelenggaraan kompetisi di tingkat remaja. Bukan sekadar menghasilkan pemain, tapi menghasilkan pemain dalam jumlah banyak dan tersebar merata.

Total ada 15 provinsi yang bertanding di cabor basket PON Papua. Baik basket tradisional 5x5 maupun yang 3x3. Alumnus DBL total ada 143 orang, memperkuat 14 provinsi. Satu-satunya yang bukan hanyalah Bangka Belitung. Itu pun karena DBL belum melebar sampai ke provinsi tersebut (ekspansi terhadang pandemi).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: