Kecemasan Lansia Menerima Vaksin Covid-19

Kecemasan Lansia Menerima Vaksin Covid-19

Oleh : Menno Eka Desthya, SST
Mahasiswi Magister Kesehatan Masyarakat Stikes Indonesia Maju

Coronavirus disease (Covid-19) adalah jenis virus baru yang menyerang kekebalan tubuh dan dapat menyebabkan kematian. Penyebaran penyakit yang cepat membuat setiap orang merasa cemas dan gelisah, khawatir akan menyebabkan individu jatuh ke dalam keadaan pikiran dan tubuh, mengeluh sulit bernapas dan pusing. Gejala umum orang yang terinfeksi virus ini adalah demam di atas 38 derajat Celcius, batuk, sesak napas, dan sulit bernapas. Seiring berjalannya waktu ditemukan banyak sekali informasi tentang Covid 19. Informasi yang beredar tercampur mulai dari informasi yang bersifat hoax dengan informasi yang resmi dan akurat. Keadaan ini memicu kecemasan dari berbagai kalangan bahkan menjadi reaktif dan negatif dengan banyaknya melakukan hal yang merugikan seperti menimbun alat kesehatan. Situasi ini semakin memicu munculnya persoalan kesehatan jiwa (Zulva, 2020). Munculnya berita yang menyebut Covid 19 sebagai penyebab kematian yang tinggi akhirnya membuat masyarakat semakin resah. Kecemasan akan kematian bila dirasakan secara berlebihan memicu munculnya kondisi emosional antara lain neurotisma, depresi, dan gangguan psikosomatis. Kecemasan masyarakat pasti akan mempengaruhi kekebalan seseorang dan penerimaan seseorang terhadap vaksin Covid-19.
Lansia rentan terhadap efek parah infeksi Covid-19 dan menjadi fokus utama peningkatan kekebalan. Berbagai alasan menjadi penyulit lansia untuk pergi ke pusat-pusat vaksinasi, mulai dari tidak percaya Covid-19, tidak percaya dengan vaksin, hingga takut meninggal setelah disuntik vaksin Hal tersebut disebabkan banyak faktor diantaranya informasi yang salah tentang Covid-19 telah menyebar ke seluruh media. Keragu-raguan vaksin mengacu pada kemungkinan bahwa individu dapat menolak, menunda atau tidak yakin tentang vaksin tertentu, dan merupakan tantangan utama bagi keberhasilan program vaksinasi. Tingkat kematian pasien Covid-19 yang berusia 60 tahun ke atas adalah 15.93 persen. Hal ini disebabkan oleh karena penurunan daya tahan tubuh seiring dengan bertambahnya usia. kecemasan memiliki karakteristik berupa munculnya perasaan takut, kehati- hatian dan kewaspadaan yang tidak jelas dan tidak menyenangkan.
Kecemasan yang disebabkan oleh berbagai berita yang tidak jelas (hoaks) mengubah kecemasan normal yang dialami individu menjadi kecemasan abnormal, dan maraknya pemberitaan semacam ini dapat menarik perhatian masyarakat, banyaknya media yang mengabarkan berbagai isu Covid-19 tanpa adanya penyaringan informasi, dengan ini dapat menimbulkan berbagai reaksi yang muncul secara bersamaan, banyak hal baru yang sebenarnya tidak pernah terpikirkan oleh individu dan menimbulkan kecemasan tesendiri. Selain itu, harapan masyarakat untuk berakhirnya epidemi belum terlihat dengan jelas, karena jumlah kasus yang dikonfirmasi telah meningkat dari hari ke hari. Adapun reaksi kecemasan dapat digambarkan sebagai gai state anxiety dan trait anxiety berupa reaksi sementara yang timbul pada situasi tertentu, yang dirasakan sebagai suatu ancaman, keadaan ini ditentukan oleh keadaan ketegangan yang bersifat subyektif. Sedangkan traitanxicity adalah keadaan seseorang yang cukup stabil dan menyebabkan seseorang untuk menginterpretasikan suatu keadaan sebagai ancaman (Spieelberger, sideman, owen & Mars,1999). Begitu juga dengan berbagai isu Covid-19 pun semakin meraja rela, hal ini tentu saja menjadi polemik yang luar biasa bagi keluarga lansia, semakin meningkatnya jumlah kasus pasien dengan diagnosa positif dikabarkan diberbagai media.

Kematian yang paling banyak terjadi pada penderita Covid-19 yang berusia lanjut, dengan jumlah persentase mencapai 21,9 persen (halodokter.com). Hal ini tentu saja menjadi berita mencemaskan bagi keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan usia lanjut. Banyaknya isu-isu yang beredar tentang bahaya pandemi bagi kesehatan lansia semakin menambah keresahan dimasyarakat. Dengan ini, sangat diperlukan untuk dapat menyeleksi dan memilah berbagai berita media yang sedang beredar saat ini, yang dapat menimbulkan kecemasan berlebihan di masyarakat, terutama para lansia dan keluarganya.

Kecemasan yang berlebih tentunya akan sangat berpengaruh dengan keadaan fisik dan mental individu, menjaga kondisi mental agar tidak terlalu cemas dan stres tentunya penting, terutama karena efeknya akan menuruk kekebalan tubuh, dan hal inilah yang perlu dihindari. Sebagaimana kita ketahui bahwa salah satu cara melawan pandemi Covid-19 adalah dengan selalu menjaga dan meningkatkan imuitas tubuh, dengan demikian segala hal yang dapat menyebabkan kecemasan berlebih harus dihindari.

Mengatasi cemas terkait vaksin covid 19

Cemas tentang vaksinasi Covid-19 adalah reaksi yang normal. Rasa cemas dipicu oleh stress, stress adalah reaksi tubuh dan otak terhadap suatu tekanan. Gejala fisik cemas antara lain : sakit kepala, pusing, keringat banyak, nafas sesak, jantung berdebar, tegang pada otot, kram pada anggota bergerak, nyeri buang air kecil serta diare. Upaya yang dapat anda lakukan seperti, Menyadari diri : kesiapan mental sebelum vaksinasi. Merawat diri sendiri dengan self compassion seperti melakukan rileks, bersenang, regulasi emosi, berkarya. Melakukan riset sendiri, cemas sering muncul akibat ketidak tahuan, sehingga perlu belajar sebanyak mungkin sesuai kebutuhan, pastikan mendapatkan informasi dengan benar bukan dari rumor atau hoax yang tersebar di social media tanpa sumber yang bebasis ilmiah. Pertimbangkan apa yang menyebabkan cemas dan pelajari penyebabnya. Berusaha untuk selalu uptudate terhadap segala pemberitahuan serta perkembangan terbaru terhadap perkembangan vaksin serta kebijakan-kebijakan baru, dan Mendengarkan informasi resmi yang terpercaya. 6. Membuat keputusan logis berdasarkan kesadaran diri.

Kesimpulan

Kecemasan merupakan gejala normal yang terjadi pada individu, terutama ketika individu tersebut mengalami hal-hal baru dan kejadian baru terjadi secara tiba-tiba. Begitu juga dengan wabah virus corona atau covid-19 yang datang secara tiba- tiba dan memiliki danpak yang dignifikan dalam kehidupan indvidu baik dari kalangan anak-anak hingga lansia. Semakin banyak laporan media massa yang tidak terfilter telah menyebabkan semakin banyak kecemasan. Kecemasan normal akan berubah menjadi abnormal apabila mengganggu aktifitas dapat individu, anggota keluarga dengan usia lanjut memiliki kecemasan akan berbagai penyebaran berita hoax, penyebaran yang tidak sesuai dan semakin merajalela menimbulkan kecemasan pada keluarga. Maka dapat dimaklumi bahwa banyak keluarga merasa cemas dan bahkan lebih tertekan pada saat-saat seperti itu. Sebagian besar kecemasan datang dari kekhawatiran tentang hal-hal yang belum terjadi. Adapun wujud rasa kecemasan yang dialami keluarga selama melakukan social distancing (pembatasan kontak sosial) adalah adanya perilaku yang berlebih. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: