DISWAY: Sesal Ibu
First Street, Manhattan, ditutup total. Sampai keesokan harinya. Terutama di sekitar kantor polisi tempat Jason bertugas. Karangan bunga, poster, lilin, ucapan duka memenuhi kawasan itu.
Saya pernah ditangkap polisi di dekat sini: salah jalan. Ketika saya tunjukkan paspor dan SIM Indonesia saya disuruh memutar balik. Saya mengucapkan kata \'maafkan\' –dengan kesopanan Indonesia– lebih 10 kali saat itu.
Tahun ini sudah lima orang polisi New York tewas dalam tugas. Itu seperti menampar wali kota baru New York yang pensiunan polisi: Eric Adams.
Program baru Eric adalah memerangi kejahatan di New York –yang selama Januari naik hampir 100 persen dibanding bulan yang sama tahun lalu.
Sebenarnya Eric baru saja menemukan obat ajaib untuk kesuksesan programnya itu: semua polisi New York harus tinggal di New York. Dengan demikian di rumah pun polisi masih bisa ikut mengamankan lingkungan mereka.
Bukanlah tugas polisi itu 24/7 –24 jam sehari, tujuh hari seminggu? Bagaimana bisa 24/7 kalau tinggalnya di luar kota?
Selama ini hanya sekitar 30 persen polisi New York yang tinggal di New York. Selebihnya tinggal di pinggiran New Jersey atau pinggiran Pennsylvania yang dekat dengan New York.
Tapi obat ajaib Eric itu mendapat reaksi yang ajaib pula: tidak satu pun komentar yang menyetujuinya. \"Mana ada polisi-biasa yang kuat membeli rumah di kota New York,\" ujar seorang polisi seperti disiarkan harian The New York Post. \"Apakah Eric akan membelikan kita rumah?\" kata yang lain.
Belum lagi soal hak asasi. \"Masak Eric tidak tahu bahwa ia tidak boleh mencampuri hidup kita,\" kata yang lain lagi.
Akhirnya disadari: Eric kini seorang politisi. Ia harus memilih kata-kata manis meski tidak realistis. Politisi harus kelihatan cerdas –setidaknya lewat kata-katanya.
Untuk urusan kriminalitas, seperti penembakan di apartemen itu, saya tidak membaca New York Times. Saya pilih New York Post –seperti Kompas dan Pos Kota-nya Jakarta.
McNeil, si pemilik senjata gelap, belum lama tinggal di New York. Ia memang dipanggil sang ibu untuk kumpul di New York. Sang ibu lagi sakit. Adik laki-lakinya lebih sakit lagi: livernya dalam keadaan berat.
Inginnyi, McNeil bisa meringankan beban keluarga. Tapi selama jadi satu rumah, sang ibu lebih banyak bertengkar dengan McNeil. Ternyata McNeil sudah tidak seperti yang dibayangkan dulu. Ia kini sudah menjadi penganut vegetarian yang ekstrem. Ibunya dipaksa ikut keyakinanya.
McNeil bukan vegetarian biasa. Ia juga punya keyakinan bahwa polisi harus dimusuhi. Polisi harus dibunuh. Polisi telah menjadi musuh warga kulit hitam. Ia selalu mengikuti media yang mengutamakan teori konspirasi. Otaknya tercemar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: