Menteri Koboi dan Seni Public Speaking yang Menggebrak Birokrasi
Mochammad Farisi, LL.M --
Oleh: Assist. Prof. Mochammad Farisi, LL.M
Rakyat Indonesia kini punya idola baru: Purbaya, menteri yang dijuluki publik sebagai “Menteri Koboi”. Julukan itu bukan lahir dari topi atau sepatu boot, tapi dari gaya bicaranya yang berani, spontan, dan tajam, sebuah gaya komunikasi publik yang jarang muncul di ruang birokrasi yang biasanya dingin dan penuh basa-basi.
Dalam waktu singkat, nama Purbaya melejit di ruang publik berkat sejumlah gebrakan: menolak keras pembayaran utang KCIC/Whoosh memakai APBN, menertibkan bea cukai, membuka kanal pengaduan publik, hingga mengancam menarik anggaran kementerian yang penyerapannya buruk.
BACA JUGA:Kontra Liverpool, MU Bakal Turunkan Lammens Sejak Awal
Bagi sebagian orang, langkah itu tampak “nekat”; bagi rakyat, ia justru mewakili suara hati yang lama tak terdengar: pejabat yang berani bicara benar, bukan bicara aman.
Berani, Lugas, dan Otentik
BACA JUGA:Publikasi Harus Sesuai Konteks, Bank Daerah Wajib Jaga Kerahasian Dana CSR
Dari perspektif public speaking, gaya Purbaya mencerminkan retorika otentik, gaya bicara yang lahir dari keyakinan pribadi, bukan teks protokol. Ia cenderung berbicara tanpa skrip, tapi dengan struktur yang jelas: masalah – ketegasan – solusi.
Ritmenya cepat, nada suaranya naik turun secara alami, dan bahasa tubuhnya mendukung pesan: telapak tangan terbuka ke depan saat menekankan transparansi, tubuh condong sedikit ke audiens saat menegur, dan tatapan matanya lurus, tanpa basa-basi.
BACA JUGA:Karena Tak Terserap, Kepala BGN Kembalikan Dana MBG Rp 70 T, Ini Kata Presiden Prabowo
Dalam teori komunikasi, gaya seperti ini disebut “high credibility speaking”, di mana kepercayaan publik dibangun bukan lewat diksi indah, tapi lewat konsistensi antara kata dan tindakan. Inilah yang membedakan Purbaya dari banyak pejabat lain yang fasih beretorika, tapi miskin tindakan.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:



