Ketika Bencana Melanda:Merenungkan Kembali Peradaban Melalui Lensa Transintegratif Melampaui Kesenjangan Agama

Rabu 03-12-2025,12:49 WIB
Reporter : Lysa Lucia Pebryna M
Editor : Misriyanti

Melembagakan Kebijakan Terpadu

- Badan penanggulangan bencana mengadopsi kesiapsiagaan teknologi dan pendidikan budaya-etika.

- Perencanaan nasional menangani korupsi struktural, pemanfaatan lahan ilegal, dan eksploitasi lingkungan (baik legal atau ilegal).

- Kebijakan mendorong kolaborasi antara ilmuwan, pemimpin agama, masyarakat sipil, dan komunitas lokal (adat).

d. Tingkat Peradaban:

Narasi Baru tentang Tanggung Jawab Manusia

Bencana menjadi peluang untuk:

- Memperbarui rasa kerentanan manusia bersama.

- Membangun kembali tanggung jawab kolektif.

- Menyelaraskan kembali kemajuan dengan keberlanjutan etika dan ekologis.

- Memperkuat kesatuan pengetahuan dalam kesadaran publik.

Menuju Kebangkitan Peradaban

Bentrokan yang berulang antara narasi agama dan sekuler selama bencana bukan sekadar wacana—melainkan gejala fragmentasi epistemologis yang lebih mendalam. Setiap narasi mengandung kebenaran parsial: agama mengingatkan umat manusia akan tanggung jawab moral, sementara sains sekuler mengungkap mekanisme alam. Namun ketika dipisahkan, keduanya menjadi tidak memadai.

Paradigma Transintegrasi menawarkan jalan keluar dari biner ini. Paradigma ini tidak mengencerkan agama menjadi sekularisme atau mengubah sains menjadi teologi. Sebaliknya, paradigma ini memandang pengetahuan sebagai bidang yang terpadu, di mana wahyu, akal budi, dan studi empiris hidup berdampingan dalam pengayaan timbal balik.

Oleh karena itu, respons transintegratif terhadap bencana:

- Mengakui penyebab alami tanpa mengingkari makna spiritual.

Kategori :