Presiden Prabowo Ingin Metode Pembelajaran Matematika RI Diperbaiki, Bahas Dua Opsi

Selasa 22-10-2024,21:27 WIB
Reporter : Tim
Editor : Dona Piscesika

 

Artinya, sejak keikutsertaan kita pada PISA mulai dari 2000 sampai dengan 2022, belum terjadi peningkatan kualitas secara signifikan sebagaimana direpresentasikan oleh skor perolehan sepanjang 2000-2022.

 

Yang agak mencemaskan adalah ternyata hanya 18% siswa kita yang dapat memperoleh kemahiran matematika minimal level 2. Sedangkan 82% lainnya informasi tidak tersedia. Apakah anak-anak ini dapat dikatakan sebagai buta matematika secara fungsional?

 

Level 2 itu artinya siswa dapat menafsirkan dan mengenali, tanpa instruksi langsung, bagaimana situasi sederhana dapat direpresentasikan secara matematis (misalnya membandingkan total jarak pada dua rute alternatif, atau mengkonversi harga ke dalam mata uang yang berbeda.

 

Hampir tidak ada anak-anak usia 15 tahun kita yang berprestasi baik dalam bidang matematika, yaitu yang memperoleh level 5 atau 6 dalam penilaian matematika (rata-rata OECD: 9%). Kondisi serupa ditemukan pada bidang sains dan membaca. 

 

Enam negara dan perekonomian Asia yang memperoleh level 5 dan 6, meliputi Singapura (41%), Taiwan (32%), Makau (29%), Hong Kong (27%), Jepang (23%), dan Korea (23%).

 

Pada level 5 dan 6 ini, siswa sudah mampu memodelkan situasi yang kompleks secara matematis, dan dapat memilih, membandingkan dan mengevaluasi strategi pemecahan masalah yang tepat untuk menghadapinya. Hanya 16 dari 81 negara yang berpartisipasi dalam PISA 2022 menunjukkan lebih dari 10% siswa usia 15 tahun mencapai kemahiran level 5 atau 6.

 

Rendah dan rentan terjadinya perubahan skor perolehan anak-anak Indonesia usia 15 tahun pada penilaian PISA, menunjukkan masih rendahnya kompetensi anak-anak usia 15 tahun pada keterampilan abad ke-21 yang meliputi kemampuan berpikir kritis, pemecahan masalah, dan keterampilan higher-order thinking skills(HOTS) lainnya masih belum tergarap secara memadai.

 

Rendahnya tingkat keterampilan berpikir HOTS di kalangan siswa mencerminkan rendahnya kualitas pembelajaran yang dijalankan di sekolah-sekolah. Data PISA mencatat bahwa skor perolehan anak-anak usia 15 tahun Indonesia masih berada di bawah ambang batas 400, setara dengan level 2-3. (*)

Kategori :