JAMBI, JAMBIEKSPRES.CO.ID – Masih ingat dengan gerai minimarket 7-Eleven? Ya, gerai berlogo angka 7 itu telah resmi hengkang dari RI. Benarkah mereka tutup gara-gara Alfamart dan Indomaret?
Sekilas 7-Eleven memang mirip dengan Alfamart dan Indomaret. Bedanya, brand ini berasal dari Amerika Serikat , kemudian pada tahun 2005 kepemilikannya diambil alih oleh perusahaan asal Jepang, Seven & I Holdings Co.
Keputusan 7-Eleven hengkang dari RI sebenarnya terjadi 6 tahun lalu pada tahun 2017.
PT Modern Internasional Tbk ketika itu mengumumkan mereka mulai kewalahan menutupi biaya operasional.
Sebenarnya sejak tahun 2015 gelagat ini telah terlihat, dimana 7-Eleven menutup 20 gerai mereka di tahap pertama, kemudian tahun 2016 terjadi lagi penutupan pada 25 gerai.
Hingga akhirnya tahun 2017 sisa 161 gerai yang ada diputuskan untuk ditutup total semuanya.
Saat mereka tutup, Alfamart dan Indomaret memang sedang tumbuh di Indonesia. Apakah gara-gara itu mereka merugi?
Sebuah lembaga pemeringkat internasional bernama Fitch Ratings kemudian membuat pernyataan, menurut Fitch Ratings, sebenarnya ada kejanggalan dalam penghentian operasional 7-Eleven di Indonesia.
Fitch tidak memandang kejadian ini terjadi gara-gara Alfamart dan Indomaret, menurut Fitch, gerai 7-Eleven di Indonesia malah terdampak risiko regulasi.
Penyebab Pertama
Sebelum 7-Eleven berguguran, Kementerian Perindustrian memang mengeluarkan aturan melarang ritel modern kecil seperti 7-Eleven dan lainnya menjual minuman beralkohol.
Aturan ini kemudian memberi dampak luar biasa terhadap 7-Eleven, mengingat penjualan minuman beralkohol menyumbang 15 persen penjualan ritel modern internasional.
Sejak larangan ini, penjualan 7-Eleven pun langsung terdampak, merembet ke penjualan produk-produk mereka yang lainnya.
BACA JUGA:Produk Israel yang Dijual Alfamart dan Indomaret Serta Hampir Semua Minimarket di RI
Penyebab Kedua
Selama ini 7-Eleven dikenal sebagai gerai minimarket yang juga menjual makanan siap saji, kemudian juga ada minuman dan menyiapkan tempat duduk dan juga jaringan internet secara gratis untuk konsumennya.
Fitch pun meyakini keruntuhan 7-Eleven di Indonesia juga terkait dengan persaingan gerai itu dengan restoran cepat saji.
Tak hanya bersaing dengan restoran cepat saji jaringan besar namun juga pedagang makanan tradisional lokal yang telah mendapat tempat di hati konsumen Indonesia.
BACA JUGA:Daftar Promo PSM Alfamart 8-15 November, Beli 3 Mie Sedaap Gratis 1
Dampaknya, menurut Fitch, 7-Eleven harus berjuang lebih keras dengan restoran dan pedagang makanan tradisional lokal Indonesia yang juga semakin menjamur.
Dan ini tantu berbeda dengan Alfamart dan Indomaret, kedua gerai milik pengusaha lokal Indonesia ini, sejak awal buka telah menonjolkan ciri mereka sebagai gerai yang menjual produk-produk kebutuhan sehari-hari, jaringannya luas dan ada dimana-mana.
BACA JUGA:Ditolak 19 Daerah di Sumbar Alfamart dan Indomaret Dituding 'Menyusup' Masuk Pakai Nama Lain
Kemudian, 7-Eleven juga menerapkan sewa space yang mahal dibanding Alfamart dan Indomaret.
Alfamart dan Indomaret bisa memberi harga murah untuk pedagang UMKM menyewa halaman gerai mereka untuk sama-sama berjualan, sementara 7-Eleven butuh space yang luas dan sibuk menyiapkan area bagi konsumen yang hendak membeli menu cepat saji yang mereka jual.
Hal ini kemudian juga ikut berdampak terhadap bisnis 7-Eleven secara umum.
Demikianlah penjeleasan terkait mengapa 7-Eleven akhirnya memilih tutup dan hengkang dari Indonesia. (*)