Beberapa pekan lalu, Wali Kota Fasha serahkan bantuan peralatan berusaha bagi UMKM yang masuk dalam kategori masyarakat berpenghasilan rendah atau miskin ekstrem. Bantuan tersebut menyasar bagi 600 UMKM. Tidak hanya untuk membantu menstabilkan kondisi sosial ekonomi masyarakat, khususnya masyarakat miskin ekstrem di Kota Jambi, kegiatan penyerahan bantuan tersebut juga dimaksudkan sebagai upaya dalam meningkatkan aktifitas perekonomian masyarakat guna menekan laju inflasi daerah Kota Jambi.
Pemerintah Kota Jambi bersama Bank Indonesia telah menjalin kerjasama dan berkomitmen dalam menjaga terkendalinya inflasi di Kota Jambi. Itu diwujudkan melalui gelaran "Sinergi Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan" atau Gernas PIP, yang menjadi langkah bersama mengoptimalkan pengendalian inflasi dari sisi "supply" dan mendorong produksi guna mendukung ketahanan pangan secara integratif, massif dan berdampak luas.
Upaya pengendalian inflasi, Kota Jambi juga aktif melakukan perluasan kerjasama antar daerah, komitmen penyelenggaraan operasi pasar, serta implementasi gerakan "Urban farming" yang bertujuan untuk menjaga keterjangkauan harga, memastikan ketersediaan pasokan dan menjamin kelancaran distribusi, terutama sinergi dalam mengendalikan inflasi pangan. Kota Jambi telah mengupayakan inisiasi kerjasama dengan Kabupaten Banyuasin, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Kabupaten Karawang, Brebes, dan Sleman dalam upaya mencukupi kelangkaan pangan serta antisipasi gejolak ketahanan pangan.
Terbukti secara perlahan, Kota Jambi dalam waktu 4 bulan terakhir sudah keluar dari 10 besar inflasi tertinggi se-Indonesia. Dari 90 kabupaten kota yang dihitung IHK-nya, inflasi Kota Jambi di angka 1,19% y o y, terendah peringkat 3 secara nasional. Selain itu indikator lainnya adalah dengan menurunnya angka kemiskinan Kota Jambi, dimana pada tahun 2021 tercatat sebesar 9,02% menurun menjadi 8,33% pada tahun 2022. (hfz)