“kau benar – benar lucu” ujar anak perempuan tersebut.
“Apakah aku cantik?” lanjutnya lagi bertanya.
“Tidak, kau anak perempuan paling jelek,”
“Ya, kau sangat cantik, melebihi Nona Cantik,”
Anak perempuan tersebut semakin tertawa lepas, membuat kernyitan bingung makin kentara pada lawan bicaranya. Masih dengan tawa tersisa, dirinya beranjak dari duduknya, dan menatap netra anak laki – laki tersebut dengan tatapan meremehkan.
“Aku tau aku memang cantik, bahkan melebihi Nona Cantik. Aku berharap kita cepat dewasa, temui aku nanti dan berkatalah jujur di setiap pertanyaanku jika kita dewasa. Selamat tinggal tampan,” ucap anak perempuan tersebut dengan senyuman manisnya.
Dan,
CUP
Sebuah ciuman mendarat di pipi anak laki – laki yang kini tengah mencerna apa yang barusan terjadi. Terlalu syok, hingga ia tak dapat berkata – kata.
Setelah melakukan aksinya, anak perempuan tersebut berbalik dan pergi berlari menjauh, dirinya malu atas aksi nekatnya. Walau merasa malu, rasa bahagianya lebih mendominasi, dirinya tergelitik sekaligus puas melihat reaksi anak laki – laki tersebut.
Sedangkan korban atas aksi bar – bar anak perempuan tersebut terdiam bak patung. Hingga, perlahan rasa panas menjalari pipi hingga telinganya, wajahnya memerah. Malu sekaligus senang, dirinya malu tapi tak dipungkiri ia merasa senang mendapat kecupan tersebut.
Dan untuk kali ini ia benar – benar butuh Nona Cantiknya,
“Nona Cantik, tolong aku, lagi – lagi dia bertindak seenaknya kepadaku,” (bersambung)