“Nggak ada yang salah dari namanya jatuh cinta, atau kenangan lama yang senatiasa ada. Hanya, diingat – ingat saja, dipertimbangkan kembali keputusaanya, kalo benar ia yang terindah dan yang paling dicinta, mengapa pernah ada kata pisah diantara kita?”
-Riana, anti clbk – clbkan sama mantan-
>>>***<<<
Riana selalu mengelak dengan nama Reno Aditama yang terus tersemat bersama, bahkan orang yang baru dikenalnya saja lama – lama akan tahu siapa nantinya Reno Aditama, disaat nama itu sendiri itu tidak pernah Riana publikasikan pada siapapun, bahkan dari belah bibirnya. Katanya, kita tidak boleh terlalu peduli pada setiap perkataan orang, karena pusat dunia bukanlah kita, dan nantinya semua hal itu akan berlalu begitu saja. Riana tidak pernah menyangkal, namun diperhatikan seintens dan ditelusuri dengan begitu sangatnya dalam waktu singkat, juga tidak terlihat sesederhana biasanya, kita tidak pernah bisa menilai, apakah tindakan itu akan menjadi tindakan yang biasa saja? Atau sesuatu yang berdampak amat berbahaya? Sebab, derita manusia tidak pernah bisa sama. lelahmu tidak lebih lelah darinya.
Riana mencintai uang, kehidupannya berotasi pada setiap pundi yang ia kumpulkan setiap saatnya, bahagianya adalah saat ia mampu melihat angka nol terus bertambah di rekeningnya, setidaknya untuk saat ini. Riana ahli dalam melukis, bahkan Boston menjadi negeri yang menerimanya dengan sukarela menjadi seorang seniman. Namun, daya pikat dan kenangan di Indonesia selalu membuatnya terjebak, katanya, ada yang begitu indah dari sekedar kanvas dan kuas disana. Anehnya, dari sekian banyak bidang pekerjaan di Indonesia, Riana menjebak dirinya dalam sesuatu yang sangat ia benci, ketelitian dan rumit. Divisi keuangan menjadi pilihan paling krusial pertama kalinya untuk hidup Riana, sesuatu yang ia putuskan sendiri tanpa campur tangan orang lain.
Riana ingat sekali, pagi itu masih jam 07.00 wib, tapi rekannya sudah ramai berkumpul, terutama rekan perempuannya, tampaknya terkhusus hari ini semuanya berpakaian kelewat nechis, Riana yang biasanya tampak tak peduli dengan apa yang ia kenakan, meniti pakainnya dicermin. Dan tidak biasanya, sepagi ini semua orang di divisnya sudah berkumpul, demi Cappuccino kesukannya, Riana seolah memasuki dimensi lain melihat divisinya pagi ini.
“San, ini ada apaan sih?” Tanya Riana, mendekati Sandra yang tengah fokus mencat kuku panjangnya, Sandra menaikkan bahunya, menatap Riana sesaat dan kembali memustakan fokusnya pada dua kuku jarinya yang belum tercat olehnya.
“biasaa, caper dulu.” Jawab Sandra singkat yang dibalas kernyitan dahi oleh Riana.
“Caper sama siapa?” Tanya Riana bingung, masih tak paham dengan situasi dan kondisi kini. Sandra menghela nafas, dan menatap Riana malas.
“Na, Na. percuma hape iphone kalo nggak ada guna, itu lo buka deh grup wa kantor, lo baca!” Suruh Sandra, Riana memutar bola matanya malas, mendudukkan dirinya disamping Sandra, dan menyandarkan kepalanya di bahu Sandra.
“Males ah gue scroll, jauh banget.” Jawab Riana, Sandra mendesah pasrah, hafal dengan tabiat Riana.
“Katanya divisi kita mau ada manager baru.” Beritahu Sandra, yang dibalas pelolotan oleh Riana.
“PAK BOTAK KEMANA?!” Riana berteriak kaget yang langsung ditendang oleh Sandra menjauh darinya, Riana berteriak tepat di telinga Sandra, yang membuat Sandra merasa kupingnya berdenging hebat, jika saja Riana bukan sahabatnya, Sandra tidak akan segan – segan menyumpalkan heels 15 centi miliknya ini pada Riana.
“Ngotak dikit kalo mau teriak!” Kesal Sandra meniup kuping kananya, “Jangan dikuping gue!” Lanjutnya yang dibalas cengengesan tak bersalah oleh Riana.
“Pak Botak Resign, katanya dia udah tau, mau main sama cucunya aja. Makanya itu grup dibaca, loh ngapain deh punya hape kalo nggak guna gitu.” Heran Sandra.