Sang suami kini memilih bekerja sebagai \'bapak rumah tangga\'. Mengasuh tiga anaknya.
Herrera kini sibuk mengurus impeachment terhadap Trump. Dia tidak takut berseberangan dengan partai. Tapi dia perlu paling tidak 16 anggota Senat dari Republik yang mau membelot.
Sidang Senat yang mengadili Trump sendiri ternyata belum selesai. Demokrat ternyata memerlukan waktu 8 jam untuk membeberkan kenapa Trump harus di-impeach. Lima tokoh DPR dari Demokrat bergantian menyampaikannya. Didahului oleh Prof Jamie Raskin (Disway 12 Februari).
Yang dari Republik, sebagai pembela Trump, seperti mau cepat-cepat selesai. Waktu 16 jam yang diberikan kepada pengacara Trump hanya dipakai 4 jam.
Kata-kata kunci yang dipakai menyalahkan Trump adalah ini: \"kalian harus melawan habis-habisan.\" Dalam bahasa Inggris itu lebih terasa insinuative: you have to fight like hell. Itu diucapkan Trump dalam pidato sebelum para pendukungnya menyerbu gedung Capitol 6 Januari lalu.
Oleh Demokrat kalimat itu dianggap hasutan untuk memberontak. Melanggar konstitusi.
Oleh Republik kalimat seperti itu dianggap biasa dalam pidato politik. Banyak politisi, termasuk dari Demokrat, menggunakan kalimat bombastis seperti itu.
Tapi bagi Raskin, Trump adalah seorang presiden. Bukan orang biasa. \"Politisi biasa tidak masalah mengucapkan itu. Tapi seorang presiden tidak boleh\".
Republik kelihatannya tidak akan bisa diyakinkan dengan alasan apa pun. Mereka akan tetap di belakang Trump. Ini sudah menyangkut keselamatan partai.
Kecuali, usaha terakhir Herrera, yang membuka pos pengaduan itu, berhasil. Misalnya, Herrera sendiri sudah menemukan fakta baru: ketua fraksi Partai Republik, ternyata sudah pernah menghubungi Trump. Agar Trump mau menenangkan pengikutnya. Tapi Trump menolak.
\"Hayo, siapa lagi yang punya fakta baru seperti itu,\" ujar Herrera. Dia pun membuka \'pos\' ke mana fakta baru itu harus dikirim.
Herrera masih energetik. Umurnyi kini masih 42 tahun. Ayahnyi keturunan Meksiko. Ibunyi keturunan Inggris-Jerman.
Begitu menonjol para wanita di DPR Amerika itu.(Dahlan Iskan)