>

Keluarga Sebagai Agen Perubahan

Keluarga Sebagai Agen Perubahan

Dr. Hj. Siti Amanah, S.Pd.,M.Pd. Kons.*--

Kunci sukses pendidikan dalam keluarga adalah komunikasi yang efektif antara orang tua dan anak. Mendengarkan pendapat anak, memberikan arahan dengan cara yang positif, dan menciptakan dialog yang terbuka akan membangun kepercayaan dan kedekatan emosional. Dengan demikian, anak akan merasa lebih nyaman untuk berbagi cerita, tantangan, dan kebutuhannya kepada orangtua. Komunikasi yang efektif dalam keluarga sangat penting untuk membangun hubungan yang sehat, memperkuat ikatan emosional, dan meminimalisir kesalahpahaman. Beberapa jenis yang efektif dalam keluarga: 

1.Komunikasi Verbal, yaitu komunikasi yang menggunakan kata-kata, baik secara lisan maupun tulisan. (Contoh: Percakapan sehari-hari, diskusi, pesan teks, dan surat.). 

2.Komunikasi Non-Verbal, komunikasi ini Ini melibatkan bahasa tubuh, ekspresi wajah, kontak mata, dan intonasi suara. (Contoh: Tersenyum sebagai tanda penghargaan, kontak mata untuk menunjukkan perhatian, atau pelukan untuk memberikan dukungan emosional). 

3.Komunikasi Emosional, jenis komunikasi ini mengungkapkan perasaan, empati, dan dukungan emosional. (Contoh: Mengatakan "Aku mencintaimu" atau "Aku mendukungmu," serta menunjukkan rasa peduli ketika anggota keluarga mengalami masalah). 

4.Komunikasi Resolusi Konflik, dalam komunikasi ini berbentuk komunikasi yang digunakan untuk menyelesaikan perselisihan dan perbedaan pendapat dalam keluarga. (Contoh: Negosiasi, kompromi, dan mendengarkan aktif untuk memahami perspektif masing-masing). 

Selain itu untuk mewujudkan komunikasi yang sehat dalam keluarga diperlukan berbagai strategi yang efektif diantaranya : Mendengarkan Aktif, Bersikap Terbuka dan Jujur, Menghindari Komunikasi Negatif, Memilih Waktu yang Tepat, Empati dan Pengertian, Menghindari Penilaian atau Kritik yang Tidak Membangun, Komunikasi Dua Arah, Gunakan Bahasa Tubuh yang Positif.  Komunikasi yang efektif dalam keluarga melibatkan mendengarkan aktif, berbicara dengan jujur, empati, dan menghindari sikap kritis atau negatif. Dengan menerapkan strategi komunikasi ini, keluarga dapat menciptakan suasana yang harmonis, penuh dukungan, dan saling pengertian.

5. Dukungan keluarga  dalam Pendidikan Formal

Apapun aktivitas dalam keluarga hendaknya mencerminkan suatu proses Pendidikan dan bimbingan kearah yang lebih baik pada anak. Pendidikan dalam keluarga juga meliputi dukungan terhadap pendidikan formal di sekolah. Orangtua dapat membantu anak dalam mengerjakan tugas sekolah, menyediakan waktu belajar di rumah, menyediakan fasilitas belajar yang sesuai kebutuhan anak serta memantau perkembangan akademik anak. Ketika anak merasakan dukungan dari orangtua, mereka akan lebih termotivasi untuk belajar dan meraih prestasi  terbaik di sekolah. Apapun kondisi dan alasannya pendidikan harus tetap hidup di tengah keprihatinan saat ini. Didukung dengan kebijakan baru bapak menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia Nadiem Anwar Makarim, B.A., M.B.A. . P.hD. bahwasannya setiap anak berhak memperoleh pendidikan yang baik dan layak yang disebut Merdeka Belajar. Ada 4 (empat) hal yang menurut mas menteri menjadi prioritas dalam pendidikan, prioritas pertama adalah pembelajaran anak, kedua struktur kelembagaan, ketiga menggerakkan revolusi mental masyarakat, keempat pengembangan teknologi. Sebagai orangtua sudah saatnya berperan aktif dan menjadi garda terdepan dalam menjalankan roda pendidikan dalam proses pembelajaran bagi anak-anaknya, menjadi nahkoda yang handal dalam mendampingi anak-anaknya dalam mengarungi proses pendidikannya. Ketahanan keluarga harus semakin ditingkatkan, Pendidikan berbasis keluarga menjadi solusi yang dianggap paling tepat setiap saat. Walaupun selama ini kebanyakan orangtua menjadikan sekolah adalah ruang kelas utama pada proses pendidikan anak-anaknya, sepenuhnya proses tersebut dibebankan kepada guru dan praktisi pendidikan yang ada disekolah.

 Keluarga adalah tempat terbaik bagi proses pendidikan anak. Orangtua harus menjadi guru terbaik bagi anak-anaknya. Jika konsep ini sudah ada pada orangtua, insya Allah, menjalani masa sulit seperti sekarang ini akan terasa ringan dan bermakna. Keluarga adalah ruang kelas pertama, sedangkan sekolah menjadi tempat kedua bagi proses pendidikan anak. Dibandingkan dengan profesi lain, menjadi orangtua adalah profesi yang paling tidak tersiapkan. Didalam keluarga yang  didalamnya terbentuk suatu pembelajaran melalui pengasuhan, hal ini dapat meningkatkan prestasi akademik anak (lakshmi dan Arora, 2006). Henry Ward Beecher mengatakan, “The Mother’s heart is child’s schoolroom,” yang artinya hati seorang ibu adalah ruang kelas tempat anaknya belajar.

Pengasuhan positif harus menjadi bagian kurikulum mandiri bagi semua orangtua. Menjadi tantangan dan tugas utama bagi orangtua untuk bisa menjadi mitra/pathner bagi anak dalam melewati hari-harinya supaya penuh dengan makna. Dengan memberikan pendampingan yang maksimal, sangat diharapkan bisa membantu anak-anak melalui masa sulit seperti sekarang ini. Kalimat yang bijak ketika Bapak Anies Baswedan mengatakan “Keluarga adalah tempat lahirnya benih-benih pendidikan bagi generasi berkarakter dan sekolah adalah tempat tumbuh kembangnya generasi tersebut”. Menciptakan atmosfer keluarga yang kolaboratif akan memperkuat pertumbuhan anak dan membuat mereka dapat mempelajari pelajaran yang paling ingin diajarkan oleh orangtuanya. Terlibat secara fisik dan non fisik merupakan peran orangtua sebagai pendidik terpenting dalam masa tumbuh kembang anaknya. Orangtua hebat dapat menjadi panutan atau “Role Model” bagi anak-anaknya, orangtua sejati adalah guru nyata bagi anak-anaknya.

Artikel ini menyoroti pentingnya peran keluarga dalam pendidikan dan perkembangan anak, yang tidak hanya melibatkan aspek akademik tetapi juga nilai-nilai social dalam kehidupan. (*)

 

*) Penulis adalah Dosen & Konselor FKIP Universitas Jambi

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: