Mendesak! Kaum Kelas Menengah RI Butuh Pekerjaan Layak Biar Tidak Jatuh Miskin, Ini Kata Dosen ITB
Ilustrasi kelas menengah yang jumlahnya terus menurun akibat kehilangan pekerjaan (PHK) dan ada juga yang usahanya terdampak covid dan susah bangkit-Foto: Joanito De Saojoao/BeritaSatu-
“Pascapandemi banyak orang masuk ke sektor informal. Pada akhirnya PR (pekerjaan rumah) bagi semua pemerintahan adalah menciptakan kerja yang layak,” ujarnya.
Pada periode 2009-2014, ada 2,8 juta pekerjaan formal baru per tahun. Pertumbuhan secara agregat itu juga dicirikan dengan penurunan sektor informal.
Sementara pada 2014, lanjut Yorga, sudah mulai ada penurunan percepatan pertumbuhan pekerjaan formal, dan tren ekonomi gig atau fenomena ekonomi yang dicirikan oleh pekerjaan yang bersifat sementara dan fleksibel mulai muncul.
Periode 2014-2019, hanya ada dua juta pekerjaan formal baru per tahun.
“Jadi tetap ada pekerjaan baru, dua juta pekerjaan formal baru per tahun tapi juga self employment meningkat," katanya.
Jadi, tren gig economy mulai sejak 2014, ada driver ojol, online commerce di Tokopedia, dan lain sebagainya, sehingga bertumbuhnya paralel antara pekerjaan informal dan formal.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) per Februari 2024, penduduk yang bekerja pada kegiatan informal sebanyak 84,13 juta orang (59,17 persen), sedangkan yang bekerja pada kegiatan formal sebanyak 58,05 juta orang (40,83 persen). (*)
“Self employment ini saya melihat ini cukup tinggi sekarang, dan sesuai karakteristiknya para pekerja self employment ini rentan, tidak ada income bulanan, tidak ada social security dan lain sebagainya tidak memenuhi kaidah kerja layak menurut kategori ILO (Organisasi Ketenagakerjaan Internasional),” tuturnya. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: