Ada 400 Proyek Transisi Energi di RI, 36 Tahun Lagi Bye-bye Energi Fosil
Ilustrasi operasional pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) di Indonesia-Foto: Dok PLN-
Oleh karena itu, Pemerintah maupun industri perlu lebih tanggap dan adaptif dalam menghadapi dinamika ekonomi dunia. Semua pihak, mulai dari negara maju, lembaga keuangan, hingga investor harus berkolaborasi untuk membantu negara berkembang beralih ke energi bersih melalui investasi, transfer teknologi, dan akses ke pasar global.
Senada, Deputi Koordinator Bidang Infrastruktur dan Transportasi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Rachmat Kaimuddin menyatakan bahwa transisi energi adalah proses yang rumit dan membutuhkan waktu.
Oleh sebab itu, diperlukan kolaborasi global yang kuat dan investasi dari negara-negara dalam teknologi dan penelitian, pengembangan infrastruktur energi yang berkelanjutan, serta penguatan kapasitas sumber daya manusia.
“Untuk mengatasi perubahan iklim yang terjadi di dunia, kita memerlukan pendekatan kolaboratif antara negara maju dan negara berkembang, tanpa mengabaikan nilai kemanusiaan. Kolaborasi bukanlah pilihan, melainkan keharusan,” kata Rachmat.
Tanpa kolaborasi dan investasi dari negara-negara maju, dunia tidak akan mencapai skala perubahan yang dibutuhkan dalam mengatasi perubahan iklim.
Transisi sesungguhnya bukan sekadar peluang untuk mengurangi perubahan iklim, melainkan kesempatan untuk mengamankan energi yang terjangkau dan mendorong pertumbuhan ekonomi tanpa mengorbankan salah satunya.
Perdagangan Listrik
Salah satu kerja sama yang telah dicapai Indonesia dalam mendukung transisi energi adalah perdagangan listrik hijau dan interkoneksi listrik Indonesia dan Singapura.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: