Ditanya Kebijakan Tangani Banjir, Ahmadi Zubir : Kita Hanya Bisa Berdoa

Ditanya Kebijakan Tangani Banjir, Ahmadi Zubir : Kita Hanya Bisa Berdoa

Walikota Sungai Penuh, Drs. Ahmadi Zubir, MM.,--

JAMBI, JAMBIEKSPRES.CO.ID- Walikota Sungai Penuh Ahmadi Zubir mengaku hanya bisa berdoa saja agar air segera surut ditengah kepungan banjir yang semakin meluas di Kota Sungai Penuh hingga Kamis (4/1/2024).

Pernyataan ini disampaikannya dalam wawancara bersama media televisi nasional dalam program Apa Kabar Indonesia Pagi.

Dalam acara itu, pembawa acara menanyakan apa kebijakan yang sifatnya mendesak atau emergency  yang sudah dilakukan agar banjir segera surut. 

Ahmadi tidak memberikan jawaban lugas terkait apa kebijakan yang sudah dilakukan agar volume air menurun. Ia mengaku hanya bisa berdoa agar air yang menggenangi Kota Sungai Penuh bisa segera surut.  

“Kita hanya bisa berdoa agar air ini bisa surut. Usaha yang kita lakukan juga sulit, masalahnya bendungan dan tembok penahan yang patah tidak bisa diperbaiki sekarang dan itu sangat panjang,” sebutnya. 

Ahmadi pun berharap agar curah hujan bisa berkurang di masa-masa  mendatang. Ahmadi juga mengaku kesulitan memenuhi kebutuhan masyarakat karena lebih dari 25 ribu jiwa dan 9500 kepala keluarga yang terdampak banjir.

“Mohon kiranya kepedulian dari pemerintah Provinsi dan pusat dalam hal menormalisasi Sungai Batang Merao. Karena dari tahun ke tahun bajir di Sungai Penuh selalu terjadi akibat sungai yang mendangkal dan semakin menyempit. Ini harapan kami agar ditindaklanjuti,” sebutnya. 

Dalam wawancara ini, Ahmadi juga menyampaikan kondisi terkini bajir di Sungai Penuh. Menurutnya, bajir yang melanda Kota paling barat Provinsi Jambi sudah semakin meluas.

“Sudah banyak desa yang terdampak. Dari data semula hanya 13 Desa, meluas menjadi 32 Desa. Ini menjadi kesulitan karena curah hujan semakin tinggi,” sebutnya. 

Ahmadi juga menyebutkan beberapa faktor terjadinya banjir di Sungai Penuh. Pertama karena curah hujan yang tinggi dan jebolnya Sungai Batang Merao yang berdampak terhadap pemukiman.

“Kodisi sekarang sudah tiga meter diatas pemukiman masyarakat. Jebolnya sungai Batang Merao, kemudian meluap dan menyebabkan terjadinya banjir,” pungkasnya. (aiz)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: