Profil 2 Gajah yang Suka Menyeberang Tol Pekanbaru-Dumai

Profil 2 Gajah yang Suka Menyeberang Tol Pekanbaru-Dumai

Kelakuan gajah Getar (kiri) dan gajah Codet (kanan) yang nekad menyeberangi ruas jalan Tol Permai-Foto: Tangkap layar-

RIAU, JAMBIEKSPRES.CO.ID – Baru-baru ini kembali beredar video seeokor gajah menyeberangi jalan Tol Pekanbaru-Dumai (Tol Permai).

Kejadian ini kemudian dibenarkan oleh  Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Riau.

Kepala BBKSDA Riau, Genman Suhfti kepada wartawan mengatakan, gajah yang viral di video itu diduga menyeberang pada 19 November 2023, tepatnya di kilometer 8 Tol Permai. Ia menyeberang sendirian tanpa ditemani kawanannya.

Sebenarnya gajah menyeberang ruas jalan tol bukan sekali di Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) Riau itu, telah beberapa kali terjadi.

Berikut adalah 2 profil gajah yang suka menyeberangi jalan Tol Permai.

1. Gajah Codet

Codet adalah satu di antara 48 gajah yang tinggal di 2 kantong gajah paling dekat dengan Tol Riau. Tak mau lewat terowongan, Codet memang sedikit nakal tercatat sudah 5 kali menyeberangi Tol Riau.

Pergerakan Codet dan gajah-gajah lainnya terjadi di sekitar KM 69 sampai dengan KM 73 sepanjang 4 kilometer di ruas Tol Pekanbaru-Dumai.

Trase ini memang membelah Taman Hutan Raya dan Suaka Margasatwa (SM) Giam Siak Kecil yang merupakan lokasi perlintasan Codet dan kawan-kawan gajah lainnya.

Genman Suhefti Hasibuan, saat seminar adaptasi pembangunan jalan tol yang diikuti Jambi Ekspres baru-baru ini,  mengatakan ada sekitar 48 gajah yang melintasi perlintasan tol di KM 67 hingga KM 73.

Ada 6 gajah menetap di SM Balai Raja, sisanya di SM Giam Siak Kecil ada 42 ekor gajah yang bergerak secara rutin, termasuk si Codet ini.

Jarak terdekat Tol Riau dengan Kawasan SM Balai Raja memang sangat dekat, sekitar 65 meter “Jadi sebenarnya sudah berhimpitan,” lanjutnya.
 
Sejak beroperasi secara penuh Tol Pekanbaru-Dumai tahun 2020 lalu, baru 5 kali gajah melakukan migrasi besar-besaran menggunakan terowongan gajah tol yang telah disiapkan oleh pihak pengembang Hutama Karya.

Dan dari 5 kali migrasi itu, 5 kali pula Codet tak mau bersama kelompoknya lewat terowongan. Codet memilih jalannya sendiri, naik ke ruas jalan tol, nekad berselisih dengan truk dan mobil-mobil yang sedang lewat.

“Dari laporan masyarakat dan data CCTV, data pergerakan GPS Polar, terdeteksi sudah lima kali gajah Codet ini bergerak tidak menggunakan terowongan,” ujar Genman.

2. Gajah Getar

Kejadian yang baru saja terjadi, ternyata pelakunya adalah gajah jantan bernama Getar.

Getar diduga  memisahkan diri dari kelompoknya. Ia sendirian melakukan perjalanan dari kantong gajah Giam Siak Kecil menuju ke kantong gajah Balai Raja dengan cara menyeberang ruas jalan tol Permai.

Getar sebenarnya melintasi area yang memang wilayah perlintasan gajah. Getar yang berusia sekitar 31-35 tahun itu kini terpantai berada di Balai Raja.

Biasanya Getar selalu berdua dan tak pernah jauh dari seekor gajah betina bernama Seruni. Saat menyeberang tol, Getar malah sendiri, bergerak secara acak, diperkirakan ia sedang berusaha mendekat ke kelompok gajah lainnya.

Sementara itu Gajah Seruni masih di GSK, hal ini terpantau karena Seruni memang dipasang GPS collar.

Mengapa Gajah Codet dan Getar Nekad?

Ternyata masing-masing gajah ini memiliki alasan tersendiri saat nekat menyeberang Tol Permai.

“Kalau Codet ini perilakunya memang suka menyendiri,” ujar Genman. Codet memiliki perilaku spesial yang tak sama dengan gajah-gajah lain.

“Dan untungnya perilaku Codet ini tidak diikuti oleh teman di kelompoknya,” lanjutnya.

Sementara Getar memang menyeberangi di jalur perlintasan gajah. Hanya saja ia tak menggunakan terowongan yang telah dibangun Hutama Karya.

Sudah 5 Kali Gajah Migrasi Besar Sejak Ada Tol Permai

Sejak beroperasi secara penuh Tol Pekanbaru-Dumai tahun 2020 lalu, baru 5 kali gajah melakukan migrasi besar-besaran menggunakan terowongan gajah tol yang telah disiapkan oleh pihak pengembang Hutama Karya.

Sebenarnya, perilaku Codet, Getar atau gajah lain menyeberangi tol bisa saja terjadi lagi, untuk itu Genman berharap ke depan ada beberapa langkah yang perlu dilakukan bersama.

Diantaranya, melakukan optimalisasi pembuatan pagar pembatas atau barrier yang kokoh pada ruas sepanjang 4 kilometer yang merupakan ruas perlintasan gajah antara Km 69 sampai KM 73.

Perlu Ditanam Pakan Gajah di Terowongan Gajah

Agar gajah tertarik melintasi terowongan yang telah dibangun, disarankan pula 100 meter sebelum terowongan, perlu pula ada pengkayaan pakan, Menanam tumbuhan pakan gajah penting agar gajah terarah sendiri menuju ke terowongan.

“Harapan kita kan gajah-gajah itu semua akan melewati terowongan,” lanjutnya.

“Kemudian penting juga melakukan modifikasi terowongan menjadi lebih menarik perhatian gajah untuk masuk jalur terowongan,” tambahnya lagi.

BACA JUGA:Penyebab 180 Bidang Tanah Tol Jambi-Betung Belum Dibebaskan

Modifikasi ini kata Genman misalnya dibuatkan semacam corong, sehingga secara alami gajah itu terarahkan melewati terowongan.

Perlu pula ada tim mitigasi dari pihak Hutama Karya untuk melakukan penggiringan gajah jika ada yang mendekati tol dan ini bisa dilatih nanti oleh tim BKSDA Riau.

“Kalau-kalau ada gajah seperti Codet, karena dia sendirian, jadi gerakannya sudah tidak terpola, jadi petugas Hutama karya bisa melakukan penggiringan,” lanjutnya.

BACA JUGA:Stockpile Batu Bara Aurduri Segera Terwujud?, Sri Purwaningsih: Pemkot Jambi Tidak Menolak PT SAS

Sebelum pembangunan tol dilakukan, Balai Besar KSDA Riau sebenarnya  mengusulkan 8 titik terowongan sebagai jalur gajah.

“Namun kemudian disepakati 5 titik, karena ada perlintasan yang bisa disatukan, migrasi gajah tetap terakomodir agar tidak terganggu,” lanjutnya.

Pergerakan gajah kata Genman memang tidak setiap waktu terjadi. “Ada waktu-waktunya dan belum tentu setiap bulan itu mereka bergerak,” lanjutnya.

BACA JUGA:Tol Jambi akan Berujung di Daerah yang Pernah Dibom Belanda

Namun migrasi gajah berdasarkan pengalaman yang memang masih menghadapi beberapa pengalaman dan permasalahannya sendiri.

“Pernah ada juga temuan lainnya, teridentifikasi gajah menyeberangi jembatan penyeberangan kendaraan di KM 76,” lanjut Genman.

Genman mengaku tentu masih ada kekurangan dalam aplikasi terowongan gajah di Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) pertama di Indonesia ini.

 “Karena saat awal membuat terowongan ini kita belum ada pengalaman, namun ini bisa menjadi pembelajaran buat kita untuk dijadikan perbaikan ke depan,” lanjutnya lagi.

Perbaikan perlu dilakukan agar tidak terjadia lagi kasus Codet dan Getar yang lainnya. (dpc)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: