Masa Lalu Gubernur Al Haris Saat Jadi Loper Koran dan Penjual Martabak
Gubernur Jambi Al Haris muda saat baru menikahi gadis pujaan hatinya Hesnidar-Foto: Istimewa-
JAMBI, JAMBIEKSPRES.CO.ID – Namanya Al Haris, saat lahir 50 tahun lalu, tak pernah terbayangkan oleh orangtuanya ia akan jadi orang nomor satu di Provinsi JAMBI, mereka hanya berharap Al Haris jadi anak yang soleh dan berguna bagi banyak orang.
Waktu pun berlalu, Al Haris yang lahir pada 23 November 1973 di pelosok Desa Sekancing di Kabupaten Merangin Provinsi JAMBI itu, kemudian tumbuh menjadi anak yang sehat, selalu gembira dan lincah.
Al Haris kecil banyak menghabiskan waktunya di Desa Sekancing. Al Haris juga telah terbiasa dengan kehidupan pedesaan, sehari-hari ia banyak membantu ayahnya di kebun.
Saat duduk di bangku SMP PGRI Sekancing, karena sekolah masuk siang, pagi ia habiskan waktu di kebun, membantu ayahnya menyadap karet.
“Tiga tahun rutinitas itu saya lakukan, pagi nyadap karet, siang jam 1 sekolah, terasa ringan saja karena dilakukan dengan riang,” ujar Al Haris mengisahkan tentang masa kecilnya.
Merantau ke Kota Dapat Pekerjaan Pertama
Tahun 1988 Al Haris pun menamatkan SMP kemudian memutuskan untuk pindah ke pusat Kabupaten Sarko (kini Kabupaten Merangin) yaitu di Kota Bangko.
Sebagai anak desa yang baru masuk kota, tidak mudah bersaing di sekolah negeri di Bangko. Ini membuatnya memutuskan untuk masuk ke sekolah swasta yaitu SMA DB Bangko.
Al Haris juga harus berpikir keras bagaimana caranya bertahan hidup di kota, tetap bisa sekolah dan hidup dengan uang pas-pasan.
Hingga akhirnya ia mendapat pekerjaan pertamanya di Bangko sebagai penjaga toko kelontong, “Toko itu milik Ibu Kanceng, selama bekerja saya dibayar dengan beras, bisa untuk makan. Namun tak lama bekerja di sana akhirnya saya berhenti,” ujar Al Haris lagi.
Perut harus tetap diisi, uang SPP harus tetap dibayar. Al Haris merasa ia harus tetap bekerja untuk bisa melanjutkan hidup. Apalagi ia memang sudah bertekad menamatkan SMAnya di Bangko, apapun caranya.
“Saya kemudian melamar pekerjaan di sebuah toko buku terkenal di Bangko, namanya Toko Buku Singgalang,” ujar Haris.
Karena lowongan hanya ada untuk loper koran, Al Haris pun menerima tawaran itu dengan senang hati, kebetulan ia suka membaca, itung-itung ia bisa kerja sambil baca koran gratis.
“Inilah awalnya saya menjadi loper koran,” lanjutnya lagi. Setiap hari pukul 05.30 pagi ia sudah berada di toko buku untuk mengambil koran dan majalah yang akan dijual.
Setelah itu ia akan berjalan kaki mengeliling toko-toko di pasar Bangko. Ia juga secara teratur masuk ke terminal untuk menjajakan koran dan majalah.
Al Haris juga punya banyak langganan di perkantoran Sarko, termasuk di Kantor Bupati Sarko.
Setiap hari mengantar dan menjual koran di Kantor Bupati, memang sempat terbersit kekagumannya terhadap pemimpin di sana, namun Al Haris tak mengira suatu saat di masa depannya, ia yang akan menjadi seorang Bupati di kantor itu.
Hari-hari sebagai loper koran, ia jalani dengan semangat, ia nikmati setiap prosesnya, ia juga senang karena bisa bertemu banyak orang setiap hari dengan pola dan sikap berbeda-beda.
Tak kalah penting, ia bisa membaca koran secara gratis setiap hari, mengetahui banyak informasi dari koran yang ia jual.
Dari keuntungan menjual koran inilah, kemudian Al Haris bisa bertahan hidup di Bangko.
Tak jarang ia hanya membeli nasi putih pakai kuah tanpa lauk untuk penghematan, lalu sisa uang ia simpan, untuk membayar SPP dan juga untuk membantu orangtuanya di kampung.
Tak terasa, Al Haris akhirnya naik juga ke kelas 3 SMA, ia merasa di penghujung kelas 3 sudah harus semakin fokus belajar, lalu ia memutuskan berhenti menjadi loper koran dan mulai persiapan untuk ujian akhir.
Jadi PNS Golongan 1
Tahun 1991 Al Haris akhirnya tamat juga dari SMA di Bangko, kemudian ia memutuskan untuk merantau ke Kota Jambi yang berjarak 250 km dari Bangko.
Bermodalkan ijazah SMA, Al Haris ingin mencari pekerjaan di kota provinsi. Ia ingin nasibnya berubah, ingin mendapat pekerjaan yang lebih baik untuk masa depan.
Beberapa kali memasukkan lamaran di perusahaan, ternyata Al Haris belum beruntung, belum ada yang mau menerimanya.
Kemudian ia mendapat kabar bahwa RRI sedang menerima pegawai golongan 1 untuk tamatan SMP. Karena merasa itu adalah peluang, ia pun melamar, pakai ijazah SMP.
“Alhamdulillah diterima saat itu sebagai staf teknis operator studio,” lanjut Haris.
Namun ternyata proses menjadi PNS tak semudah yang ia pikirkan. Setelah diterima tahun 1991, ia harus menunggu lagi SK keluar.
Karena tak terbiasa menganggur, ia memutuskan untuk kembali ke Bangko mencari pekerjaan sampingan menjelang SK dari RRI keluar.
Saat inilah ia belajar membuat martabak dari salah satu penjual martabak asal Sumatera Barat.
Jadilah Al Haris sebagai penjual martabak. Cukup lama juga ia melakoni pekerjaan ini hingga kemudian tahun 1992, ia diberitahu bahwa SK dari RRI sudah keluar, harus mulai bekerja di Kota Jambi sebagai pegawai radio.
BACA JUGA:Gubernur Al Haris Serahkan Dumisake Pendidikan di Kerinci dan Sungai Penuh
Al Haris pun meninggalkan gerobak martabaknya, meninggalkan Kota Bangko, memulai hidup baru sebagai PNS golongan 1 di Kota Jambi.
Kuliah Sambil Bekerja
Tak mau hanya sekedar bekerja, Al Haris kemudian melanjutkan cita-citanya untuk bisa mencicipi bangku kuliah.
Ia memutuskan bekerja sambil kuliah D3 di ASM yang kampusnya ada di Simpang Kawat Kota Jambi.
BACA JUGA:Detik-detik Gubernur Al Haris Kaget Kunjungi Pameran yang Jaga Stan Ternyata Anak Sendiri
Dalam perjalanan itu pula, ia kemudian menikahi gadis pujaan hatinya yang juga berasal dari Kabupaten Merangin yang hingga kini terus setia mendampinginya.
Waktu terus berlalu, pendidikannya juga kian tinggi, dari D3 kemudian ia melanjutkan Pendidikan S1 di STIA LAN.
Dari pegawai RRI, kemudian ia menjadi pegawai Pemprov Jambi, lalu menjadi lurah dan berbagai posisi jabatan lainnya.
BACA JUGA:101 Tahun Lalu Belanda ‘Menguras’ Minyak di Jambi Sampai Bisa Bangun Bandara
Siapa yang menyangka, 25 tahun sejak ia menjual koran di komplek perkantoran Bupati Sarko, Al Haris tahun 2013 kembali lagi ke Kota Bangko, duduk berkantor sebagai pejabat tertinggi di Kabupaten Merangin, hingga tahun 2021.
Nasib orang siapa yang tahu, setelah itu, ia ikut dalam pemilihan Gubernur Jambi, keberuntungan lagi-lagi ada di tangannya, Al Haris menang, lalu terpilih sebagai Gubernur Jambi hingga sekarang.
BACA JUGA:Momen Gubernur Al Haris Main Domino 'Ditimpuk' Batu Bara Pinjam Dulu Seratus
Kisah hidup Al Haris bisa dijadikan contoh bagi anak muda, bahwa sesungguhnya, sesulit apa pun situasi dan kondisi kita, jika ada kemauan pasti bisa tumbuh, berkembang, dan nasib pasti akan berubah. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: