>

Inilah Permainan Mirip Judi yang Digemari Pria Minang

Inilah Permainan Mirip Judi yang Digemari Pria Minang

Permainan yang populer di ranah minang dan digemari kaum laki-laki minang. Mirip judi namun tak selalu dijadikan ajang judi karena juga sebuah bentuk ajang berkumpul dan bersilaturahmi-Tangkap Layar Youtube Main Video-

PADANG, JAMBIEKSPRES.CO.ID – Di Sumatera Barat, ada sebuah permainan yang sangat populer dan digemari banyak pria minang.

Namanya permainan koa. koa juga sering disebut ceki. Merupakan permaianan kartu yang biasanya dimainkan oleh empat orang.

Kaum pria di Sumbar biasanya memainkan koa setelah isya, selepas lelah bekerja, permainan dilakukan hingga tengah malam. Lapau atau warung menjadi tempat favorit bermain koa.

Tak hanya di lapau, permainan ini juga sering dilakukan di sebuah rumah yang sedang melaksanakan acara. Misalnya malam jelang pesta pernikahan.

Sambil mendengar alunan musik saluang (seruling), kaum bapak-bapak memainkan kartu koa.

Permaianan ini banyak dimainkan pria minang di wilayah darek (daerah di dataran tinggi Sumbar) dan juga di pesisir (daerah dataran rendah dekat sekitar pesisir pantai Sumbar). Dari kota hingga pelosok desa, memainkan kartu ini.

Permaianan koa sering disamakan sebagai judi, namun di Sumbar permainan ini lebih dianggap sebagai hiburan mengisi waktu luang atau permainan saat berkumpul, tanpa ada taruhan.
 
Meski tak bisa dipungkiri, sebagian oknum ada juga yang menjadikan Permaianan koa untuk bertaruh, bertaruh kopi, makanan, bahkan juga ada yang bertaruh uang, dengan tameng, bermain koa karena kebiasaan dan hobi.

Darimana asal Permaianan koa? Menurut cerita dari mulut ke mulut masyarakat Sumbar, permainan ini berasal dari China Selatan.

"Itu sebabnya, sebagian kata-kata yang ada pada kartu koa atau ceki ini menggunakan istilah-istilah Tionghoa," ujar Rasyid, salah satu warga Kota Padang.

Di Sumbar, permaianan ini menurut catatan berbagai sumber, telah ada sejak tahun 1930an, ketika itu bermain koa atau ceki menjadi momen untuk berkumpul para kolonial Belanda.

Ketika itu, beberapa pegawai Belanda suka berkumpul pada sebuah gedung bernama Medan Pertemuan atau rumah bola atau rumah sodok.

Pada abad 19, di gedung itu mereka suka bermain remi dan juga memainkan bola sodok atau permainan mirip biliar.

Ketika para kolonial Belanda bermain bola sodok dan kartu remi, pribumi kemudian bermain koa atau ceki.

BACA JUGA:20 Pemuda Jambi yang Dijadikan Operator Judi Online di Malaysia Rerata Berusia Masih Muda

Bermain ceki sering dianggap memberi nilai kesetaraan. Tua muda, kaya miskin, jika telah berkumpul dalam sebuah kelompok koa, mereka akan menjadi pribadi setara, memiliki hak yang sama dan kewajiban yang sama.

Kartu koa memiliki motif berbeda-beda pada sisi depannya. Sisi bagian belakang berwarna kuning polos.

Dalam satu permaianan koa, digunakan180 kartu, setiap motif kartu diulang sebanyak enam kali.

Bermain koa juga menghidupkan lapau-lapau (warung) di Sumbar. Ketika banyak yang berkumpul, pemilik warung akan senang karena minuman dan juga makanan mereka ikut laris terjual.

BACA JUGA:Usia 31 Tahun Kaya Raya Punya Aset Rp57 M Eh Ditangkap! Rupanya Ini Pekerjaan Pemuda Pekanbaru Ini..

BACA JUGA:Ngeri! Anak SD Ikut Kontribusi Dalam Transaksi Judi Online Rp81 Triliun di Indonesia

Itu sebabnya banyak warung di Sumbar menyiapkan lapau dengan meja-meja untuk kelompok pengunjung yang ingin bermian koa.

Meski bermain koa dianggap sebagai kebiasaan yang biasa saja. Namun tak sedikit juga ada yang menganggap, punya suami atau keluarga yang hari-harinya habis di lapau untuk bermain koa, adalah sebuah aib keluarga.

BACA JUGA:Penyanyi Dangdut Cupi Capita Diperiksa Polisi Berjam-jam Terkait Judi Online

Bagi yang sudah candu, bekerja bukan lagi prioritas, berkumpul dengan keluarga bukan lagi hal penting, karena waktu lebih banyak untuk duduk di lapau bermain koa.

Namun untuk mereka yang menjadikan koa sebagai pelepas lelah sekaligus momen untuk bertemu kawan-kawan, biasanya hanya akan menjadikan permaianan koa sebagai selingan, dilakukan maksimal satu atau dua kali dalam seminggu. (*)

BACA JUGA:Benarkah Kerinci Tempat Turun Nabi Adam Pertama Kali di Bumi?

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: