Rintangan RI Menguasai Cekungan Harta Karun di Papua Masih Menghadang

Rintangan RI Menguasai Cekungan Harta Karun di Papua Masih Menghadang

Cekungan berisi harta karun di Papua posisinya tak jauh dari Taman Nasional Lorentz -Foto: tamannasionallorentz.menlhk.go.id-

JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO.ID – Upaya RI untuk menguasai cekungan berisi harta karun berupa minyak dan gas di Papua masih dihadapi dengan beberapa rintangan yang masih menghadang.

Bukan perkara mudah, cekungan ini berada di hutan belantara yang tak jauh dari Taman Nasional Lorentz Papua.

Untuk bisa melakukan eksplorasi harta karun yang berada di area Warim Basin Papua ini, butuh banyak biaya dan harus mampu menghadapi banyak tantangan.

Kementerian ESDM dalam keterangan resminya memang telah menyatakan jumlah kandungan migas di cekungan ini super jumbo, bisa-bisa melebihi Blok Masela yang ada di Maluku. “Itu gede sekali,” ujar Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Tutuka Ariadji mengutip dari situs resmi esdm.go.id.

Namun tantangannya juga tak kalah besar. Penyebaran migas di sana cukup luas, bahkan sampai ke perbatasan antara RI dan Papua Nugini. Ukurannya kata Warim seukuruan Giant.

Namun di balik semua itu, berbagai tantangan dan kendala masih harus dihadapi, diantaranya:

1.Butuh Izin KLHK

Karena cekungan migas Warim berada di kawasan konservasi Taman Nasional Lorentz, pemerintah melalui SKK Migas harus mengajukan proposal pengelolaan kepada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutananan (KLHK).

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) belum menerima surat pengajuan dispensasi dari SKK Migas untuk pengembangan cekungan migas Warim. Cekungan tersebut berada di Papua Timur dan sebagian lokasinya berada di kawasan Taman Nasional atau hutan konservasi Lorentz.

Pihak KLHK pun mengaku hingga saat ini belum menerima pengajuan terkait hal ini. Siti saat dikonfirmasi wartwan di Gedung DPRD pekan lalu juga enggan membahas lebih lanjut terkait potensi cekungan harta karun ini karena alasan KLHK belum memiliki data lengkap terkait potensi cekungan Warim.

2. Logistik yang Rumit di Daerah Konflik

Tantangan kedua untuk bisa mengelola Cekungan Warim Papua ini adalah lokasinya yang sulit dijangkau, berada di tengah hutan berlembah yang akan membuat rumit loading logistic.

Ditambah lagi lokasi cekungan ini berada tidak jauh dari lokasi red zone, lokasi yang rawan tembakan.

Sebenarnya ConocoPhillips sebuah perusahaan migas asal Amerika juga pernah mengajukan pengelolaan di sekitar area ini kemudian melepasnya pada tahun 2015 karena alasan logistik yang rumit. 

3. Banyak Nyamuk Malaria

Berdasarkan laporan Kemenkes RI tahun 2021 mengutip dari p2p.kemkes.go.id, Papua masuk dalam wilayah penyumbang kasus malaria terbanyak di Indonesia. Sebanyak 81% kasus malaria di Indonesia berasal dari Papua.

Nyamuk Malaria juga menjadi salah satu masalah yang akan dihadapi saat pengelolaan Cekungan Warim Papua.

Apakah semua masalah yang ada ini bisa teratasi? Tutuka mengatakan hambatan yang ada akan dicoba cari jalan keluarnya.

Namun pemerintah katanya untuk langkah awal akan fokus mengajak investor menggarap terlebih dahulu lokasi yang lebih aman. “Kita coba approach di luar taman, masih besar apa nggak itu yang besaran target kita,” lanjut Tutuka lagi.

Selain Warim, pemerintah saat ini kata Tutuka juga akan fokus mengembangkan 70 cekungan lain yang ada di Indonesia dan masih digarap.

Beberapa cekungan itu diantaranya terdapat di Buton, Aru dan Timor yang ada di Indonesia bagian Timur serta di wilayah RI lainnya. (dpc)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: