Kisah Kematian Anna Catharina di Balik Sejarah Pembangunan Jembatan Beatrix Sarolangun
Jembatan Beatrix Sarolangun-Wahdi Septiawan/Antara-
JAMBI, JAMBIEKSPRES.CO.ID - Jembatan Beatrix berada di Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi.
Nama jembatan ini diambil dari nama Ratu Belanda, Beatrix Wilhelmina Armgardyang. Beatrix merupakan Ratu Belanda yang berkuasa pada abad ke-19.
Pembangunan Jembatan Beatrix diresmikan tahun 1939.
Jejak sejarah yang membuktikan kapan jembatan ini dibangun terlihat dari sebuah lempengan batu granit yang ditemukan di jembatan ini dengan tulisan BEATRIX BRUG pada bagian ujung lengkungan jembatan sebelah kiri.
Kemudian pada bagian ujung lengkungan jembatan sebelah kanan, ditemukan tulisan BT TEMBESI 1939 tepatnya pada arah Kelurahan Sri Pelayang Sarolangun.
Pembangunan Jembatan Beatrix Sarolangun ternyata menyimpan banyak cerita menarik.
Salah satunya adalah terkait dengan kematian seorang perempuan Belanda yang berusia 46 tahun bernama Anna Catharina.
Anna Catharina adalah istri dari seorang Asisten Residen Bangko, bernama Juriaan Blok (J Blok). Residen Bangko ketika itu membawahi Onderafdeling Muaro Tebo, Muaro Bungo, Sarolangun dan Bangko.
Onderafdeling pada zaman Belanda merupakan suatu wilayah administratif setingkat kawedanan yang diperintah oleh seorang wedana bangsa Belanda.
Pada hari itu, Senin 23 November 1931, sebuah hekwieler atau kapal roda lambung bernama Ophelia melaju membawa Asisten Residen Bangko, J Blok dan istri serta rombongan, kemudian tiba di Sarolangun pukul 10 pagi.
Kapal Ophelin di atas Sungai Batang Merangin-IG @sarolangoentempodoeloe-
Rombongan yang dikawal tentara KNIL dengan komando Kapten T. P. Fickenscher itu kemudian beristirahat di Sarolangun.
KNIL atau Koninklijke Nederlands(ch) Indische Leger merupakan Tentara Kerajaan Hindia Belanda.
Keesokannya, Selasa tanggal 24 November pukul 7 pagi, rombongan dengan Hekwieler Ophelia melanjutkan perjalanan menuju Jambi dari pelabuhan Sarolangun.
Perjalanan ke Jambi tidaklah dekat, namun semua awak cukup percaya diri memulai perjalanan karena Hekwieler Ophelia, kapal yang mereka gunakan tujuh bulan sebelumnya telah diperiksa dan diperbaiki total di Industriële Maatschappij Palembang tepatnya pada April 1931.
Perjalanan pun dimulai, malam sebelum keberangkatan, hujan deras terjadi di hulu sungai Batang Tembesi.
Namun saat keberangkatan pada pagi itu, cuaca cukup baik, tidak ada hujan.
Duduk di atas dek yaitu Asisten Residen J. Blok bersama istrinya Anna Catharina, 2 orang anaknya, Petugas Pertanian kelas I E. H. Stuut dan Kapten T. P. Fikenscher.
Sementara para tentara KNIL berada di dek kapal bagian bawah.
Tanpa prasangka apapun, Ophelia melaju melewati sebuah kabel sling milik Belanda yang terbentang di Sungai Batang Tembesi.
Kabel sling itu biasanya digunakan untuk menyebrangkan ponton yang membawa mobil operasional milik Belanda dan barang-barang lainnya.
Pagi itu, dengan kondisi permukaan air yang naik, posisi kabel sling yang di tengah terlihat melandai mendekati permukaan sungai.
Guna mengambil jalur aman, Kapten yang membawa Ophelia akhirnya memilih jalur bagian sisi sungai agar bisa melewati kabel sling itu.
Seorang penjaga kapal juga telah berdiri di atas atap Ophelia untuk mengangkat kabel sling dengan sebuah garpu agar Ophelia bisa lewat.
Namun naas tak dapat dielak, arus air yang deras, seketika cerobong Ophelia menyentuh kabel sling dan kapal pun oleng.
Sang Kapten T. P. Fikenscher yang menyadari Ophelia mulai miring langsung melompat ke sungai. Dalam hitungan detik, Ophelia kemudian akhirnya terbalik.
Seketika itu juga alarm benteng dibunyikan, salah satu perahu dikerahkan oleh Letnan Inf. II O. A. A. Kesselring untuk melakukan upaya penyelamatan.
Tim penyelamatan ini kemudian berhasil menemukan kapten yang muncul ke permukaan lalu meraihnya. Sementara Asisten Residen J. Blok dan 2 orang anaknya juga berhasil diselamatkan.
Kabar kecelakaan kapal ini pun sampai ke Jambi. Siang harinya, Kepala Pelabuhan Jambi dan beberapa penyelam berangkat dari Jambi ke Sarolangun dengan Kapal Juliana.
Menggunakan alat selam, menembus kedalaman sungai yang saat itu 10 meter, tim penyelam setelah dua jam pencarian, menemukan terlebih dahulu jenazah Anna Catharina.
Kemudian ditemukan lagi 14 jenazah tentara KNIL yang masih menggunakan Pakaian Dinas Lapangan lengkap.
Barang-barang dan tas surat ditemukan 6 kilometer di hilir sungai.
Jenazah Anna Catharina lalu dibawa ke Jambi menggunakan Kapal Juliana.
Anna Catharina dimakamkan pada hari Kamis 26 November pukul 10 pagi di Kebun Jahe, Onderafdeling Jambi.
Kematian Anna menyisakan kesedihan mendalam bagi kalangan orang Belanda ketika itu.
Seluruh warga Eropa, penduduk pribumi dan Cina terkemuka turut hadir dalam pemakaman.
Konon banyak karangan bunga menutupi tandu jenazah. Suaminya J. Blok mengucapkan terimakasih atas partisipasi tamu yang hadir.
11 hari kemudian pada tanggal 4 Desember Ratu Wilhelmina melalui telegraf dari Belanda menyatakan rasa simpatinya kepada korban bencana Ophelia terutama Anna Catherina.
Perhatian besar Ratu Belanda atas kecelakaan kapal Ophelia ini jadi salah satu alasan mengapa pemerintah Belanda semakin serius menyelesaikan membangun jembatan Beatrix di Sarolangun.
Konon sebelum kecelakaan terjadi, rencana dan proses pembangunan jembatan telah dilakukan, bahkan sejak tahun 1923, meski akhirnya diresmikan tahun 1939.
Sosok Anna Catahrina -Tangkap Layar Sarolangoen Tempo Doeloe-
Sementara itu jenazah-jenazah lain khususnya jenazah Sersan Van Bochem dan E. H. Stuut diperkirakan dimakamkan di area Kerkhoff/Europese begraafplaats atau area pemakaman orang Eropa, tepatnya di pangkalan jembatan rangka baja Sarolangun, antara taman PKK dan Masjid Al-Falah.
Tahun 1942 lokasi ini telah digusur saat pembangunan jalan termasuk 2 nisan makam Belanda tanpa prasasti yang tersisa di taman PKK.
Satu tahun setelah kejadian kecelakaan kapal Ophelin tepat pada tahun 1932, nama-nama korban tentara KNIL yang menjadi korban Hekwieler Ophelia diabadikan oleh KNIL.
Sebuah monumen dibuat di tebing Batang Tembesi kawasan Ancol Kabupaten Sarolangun saat ini.
Tulisan dalam prasasti itu “VERDRONKEN BIJ DE OPHELIA RAMP” atau “TENGGELAM PADA BENCANA OPHELIA” dalam Bahasa Indonesia.
Terpahat 15 nama-nama korban tentara KNIL, lengkap dengan suku/bangsa, pangkat dan nomor stambuk.
Kondisi monumen tersebut telah banyak mengalami perubahan dibandingkan dengan kondisi awal. Di antaranya adalah Hilangnya prasasti marmer yang berukirkan nama-nama korban oleh tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab,
Kemudian lantai monumen yang awalnya berjumlah 3 tingkatan sekarang menjadi 1 tingkatan dan dikeramik hitam sehingga monumen terkesan menjadi lebih pendek.
Area depan monumen diberi pagar pelindung dari stainless steel dan Pada kaki depan monumen diberi tulisan timbul “TUGU KAPAL KARAM”.
Daftar 18 korban bencana Ophelia:
Anna Catharina Blok Caspari (1885–1931),
Petugas Pertanian kelas I E. H. Stuut,
Sersan Eropa Van Bochem (no. stambuk 84832),
Sersan II Jawa Slamet (no. stambuk 4697),
Kopral Sunda Goemiwang,
Agen Polisi Soeparta,
Doelsalim (anggota KNIL yang menjadi tahanan),
11 Fuselir Jawa: Atmowidjojo, Sanmoehana, Legiman, Wirjowikarso, Soepardi, Dirwan, Kasanpawiro, Ngadiman, Kanan, Kasanmoehadi alias Maridjo dan Sardi. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: