Bagian 3: “Banyak Rupa, Banyak Rahasia”
Ari Hardianah Harahap--
“Ada serpih dan keping yang tiadanya bisa jadi nyata dan ada keping serta serpi yang ada, harap tiada untuk selamanya.”
>>>***<<<
Ada banyak bagian – bagian mengapa dalam satu hari peristiwa yang terjadi tidak semua bisa diceritakan, tidak semua bisa dibagi dan tidak semua bisa dinikmati bersama. Bukan karena tak mau? Jika ditanya, semrawut ini susah di pendam sendiri, kusutnya kepala ini tak bisa diluruskan sendiri. Tapi, kadang – kadang ada sudut di hati, tuturnya bilang, ‘semua orang punya beban bukan hanya kamu saja, lelahnya kamu tak lebih lelah dari orang lain’
“Masih pagi ada aja udah bengong lo?!” Arjuna menyenggol lengan Jeje, disapanya peneman setianya itu, kini keduanya tengah berada di rumah sakit. Lagi lagi tempat yang layak menjadi pengaduan selain rumah tuhan itu memang tempat dimana kita bisa merasa lebih besyukur di beri kehidupan. Sebab banyak yang ingin, tapi tak cukup sampai. Banyak yang ingin bertahan, tapi takdir berkata lain.
“Menurut lo bagian yang paling bagus di rumah sakit ini apa?” Tanya Jeje Random
“Setiap sudutnya,” Balas Arjuna semangat
“Kenapa?” Tanya Jeje kembali.
“Coba liat, setiap sudut rumah sakit ini ada orang – orang yang berjuang untuk hidup lebih lama, nggak terhitung hanya untuk beberapa jam, satu hari kedepan ataupun cuma nanti malam. Semuanya berloma – lomba buat bertahan, buat kenanagan lebih banyak. Kepikiran nggak sih, disini dalam satu waktu lo bisa liat penyesalan yang nggak ada ampun, cinta yang tiada tara, kasih yang melimpah, satu sisi lo bisa liat kelurga yang penuh tawa, sedang satu sisi lain lo bisa melihat orang nangis sendiri habis nerima hasil diagnosis. Tempat ini menggambarkan kita, manusia. Punya banyak rupa, punya banyak rahasia juga.” Jelas Aejuna.
“Sejak kapan lo jadi melakonis begini.” Jeje merengut bingung, Arjuna itu yang harusnta ketawa tanpa tahu batas, bukan bijak dan teguh saat ini, bahkan Jeje hampir berpikir didepannya ini hantu yang menyerupai Arjuna.
“Pernah dengar istilah, orang berubah kalo kematiannya dekat.” Jawab Arjuna.
“Memangnya kapan?” Tanya Jeje, raut wajahnya biasa saja, takt ahu perihal hatinya.
“Mungkin bulan depan.” Jawab Arjuna enteng.
“Kalo gitu, tolong jangan merasa kehilangan.” Ujar Jeje, tersenyum kecil, “Kita nggak pernah tau namanya kehidupan..bisa jadi, besok hal yang paling mengejutkan, bisa tragis atau tak disangka sama sekali, Na.” (Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: