>

Bagian 2: “Gantungan Kunci a.k.a PDKT kah?”

Bagian 2: “Gantungan Kunci a.k.a PDKT kah?”

Ari Hardianah Harahap--

 

“Lima jeti? Kenapa mau lo ganti? Gapapa keburu telat, gue udah dipecat.” Abian mengedikkan bahunya malas mendengar respon Tata. Ia segera berdiri begitu saja, mengabaikan Tata yang masih bersandar padanya, melihat sepatu Tata sebelum berucap, “Sepatu lo lebih dari cukup buat ganti itu.” Dingin, padat dan singkat. Tata mendengus, “Ini perihal harga diri ya Samsudin!” Kesal Tata.

 

Abian memutar bola matanya pelan, beranjak meninggalkan Tata. Di langkah kesepuluhnya ia berjalan mundur, berhenti di depan Tata yang tengah medongkak menatapnya sembari duduk. Abian meraba sakunya, mengamit lengan Tata dan menaruh gantungan kunci itu di telapak tangan Tata. “Buat lo,” Ujar Abian, Tata membulatkan matanya, terkejut, tidak menyangka. Ada gemuruh tiba – tiba dalam hatinya, bertalu – talu dengan kuat. Ia hampir saja tersentuh dan haru sebelum mendengar kalimat Abian selanjutnya.

 

“Tadi, ketemu di jalan” Lanjut Abian, Tata tertawa, iya. Tata menertawakan dirinya sendiri yang terlampau berharap dan berekspetasi besar pada Abian. “Sama – sama” Ucap Abian, kemudian berjalan cepat meninggkan Tata sendirian. Tata masih tertawa pelan hingga Abian lenyap dalam pandangannya. Lalu menilik gantungan kuci dari kayu itu, satu sisi bergambar sedang sisi lainnya polos. Tata hampir melewatkannya, untung saja matanya jeli melihat barisan angka di bagian ujung polos gantungan kunci, dibawahnya ada nama Abian Pratama. Tata tentu familiar dengan angka – angka itu, deret angka sebuah nomor telepon.

 

Tata tertawa kencang, “Abian! Pdkt kah?” tanya Tata entah pada siapa, sedang dibalik tiang listrik sana, ada Abian tengah tersenyum kecil, tengah melihat harapan untuk membuktikan perasannya. Aduh…perihal romansa saja, muda mudi ini senyumnya luar biasa ceria. (*)

 

 

 

 

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: