Oneshoot: “Our Fantasy? Pt. 2”

Oneshoot: “Our Fantasy? Pt. 2”

Ari Hardianah Harahap--

ENTAH mengapa aku merasa sedang berada di sesuatu tempat yang hangat, nyaman dan lembut. Aku meraba – raba, saat ini aku masih menutup mataku, alam bawah sadarku masih lebih mendominasi diriku setengahnya. Aku merasakan ada tangan yang melingkar di pinggangku, memelukku erat dan hembusan nafas yang hangat menerpa wajahku terasa seperti sapuan yang membuatku geli ingin membuka mataku.

Untuk Promo Silakan Klik http://bit.ly/MyMitsubishiApps

Aku mulai bergerak merasa pelukan itu semakin mengerat membuatku sedikit sesak dan susah bernafas, belum lagi terpaan nafas yang menyapu wajahku semakin membuatku bergerak lebih,mungkin lebih seperti meronta.

Mataku sepenuhnya terbuka, dan disaat yang berasamaan jiwaku seolah terenggut untuk kedua kalinnya. Tunggu, ini semakin membingungkan. Seharusnya aku telah berada di alam sang maut, bukannya berada di pelukan seorang pria yang tak kukenal sama sekali. tebasan sabitnya di leherku dan semua peristiwa yang menimpaku masih terekam jelas di otakku seperti kaset rusak, memori menyakitkan terus berputar berulang – ulang membuatku lagi – lagi meloloskan air mata. Suara isakan mulai terdengar dari bibirku semakin lama semakin kencang membuat pria yang memelukku saat ini terbangun.

Matanya biru, sebiru laut Akasia yang berada di tanah Qingelar, rumahku. Membuatku semakin terisak, perasaan rindu menelusup dalam hatiku tanpa diundang. Pria ini langsung terduduk saat menyadari diriku dipelukannya yang secara otomatis juga membautku bangkit dari posisi awalku menjadi duduk, ia melepasakan pelukannya dan perasaan kehilangan kembali menelusup dalam hatiku.

Apa – Apaan ini, kenapa banyak perasaan yang menelusup tiba – tiba di dalam hatiku. Pria ini terkejut dan ingin berteriak di saat yang bersamaan, tetapi ia kembali menutup rapat bibirnya melihat isak tangisku semakin kencang dan entah jiwa apa yang merasuki tubuhku saat ini aku menubrukan tubuhku padanya, memeluknya dengan sangat erat dan menangis kencang.

“Aku takut, Aku takut, tolong aku.” Ucapku tanpa sadar, dan aku tahu pria ini berbeda, ada satu perasaan lain lagi yang menelusup di hatiku, tetapi perasaan ini sedikit berbeda. Ia datang di saat pria dengan mata sebiru laut Akasia ini membalas pelukanku dan mengusap rambutku, hingga perasaan tenang dan nyaman dapat kurasakan kembali setelah sekian lamanya.

***

Suara isak tangis membuatku sedikit terganggu, tak tahukah bahwa aku perlu tidur yang tenang. Aku bekerja lembbur dalam seminggu belakangan ini. Pekerjaan di kantorku membuatku hampir  tak pernah menyentuh kasur saat ini. Awalnya isak tangis itu pelan lalu lama kelamaan semakin terdengar jelas dan keras.

Tunggu, isak tangis ini seperti berasal dari guling yang kupeluk saat ini, bahkan mungkin aku merasa guling yang kupeluk saat ini sedikit bergetar. Refleks, aku langsung bangun dan yang semakin membuatku terkejut guling yang kupeluk bertukar menjadi wanita cantik yang kuyakini akan mengalahkan cantiknya model victoria secret jauh sejauh jauhnya.

Diriku langsung terduduk menyadari bahwa aku masih memeluknya dan segera mungkin aku melepaskan pelukanku membuat dirinya juga terduduk di hadapanku. Aku ingin teriak, tapi segera kuurungkan niatku melihat wanita ini semakin kencang isak tangisnya dan setelah ku pikir – pikir tidak gantle pria maco dan keren sepertiku berteriak layaknya seorang perempuan.

Aku mencoba ingin menilai penampilannya tetapi tubuhnya masih ditutupi selimutku dan belum lagi otakku dapat mencerna semua yang terjadi. Wanita cantik ini tibi tiba memelukku, membuatku sedikit terhuyung hampir jatuh, untung saja tidak jatuh. Isak tangisnya semakin kencang belum lagi ia berkata bahwa ia ketakutan dan meminta tolong, tanpa kusadari tanganku balas memeluknya bahkan mengusap surai hitamnya. Aku tahu saat itu sisi kemananusiaan ku mulai berjalan terhadap wanita cantik satu ini. (bersambung)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: