Bagian 7: “Panas?”
Ari Hardianah Harahap--
“Nggak boleh cemburu, soalnya kita bukan siapa – siapa selain temen deket”
>>>***<<<
Sejak kejadian terkahir, Arisa dan Sandra menjadi sangat dekat, bahkan keduanya banyak tidak menyangkan jika satu sama lain dari mereka hampir memiliki keseharian dan kebiasaan yang mirip. Jika, dulu keduanya hanya bertukar sapa saat bertemu, kini tak ragu untuk saling memeluk dan segera bertukar cerita, tentang apa yang mereka lakuian seharian penuh ini.
yamaha--
“Jadi lo bakal dijemput Sundra atau nggak nih? Kalo nggak bareng gue sama Sadap aja.” Kata Sandra. Kini keduanya duduk berdampingan di taman kampus dengan Sadap yang tengah bersandar di pohon tak jauh dari mereka, bermalas – malasan.
Sadap memperhatikan kedua perempuan itu yang setiap harinya semakin lengket saja, bahkan Sandra tidak ada lagi Sandra yang marah saat Sadap membatalkan kencan mereka tiba – tiba, hanya karena urusah perkuliahan atau organisasinya. Jika biasanya Sandra akan merespon, ‘terserah kamu aja’ Yang menggambarkan kekecewaanya, kini Sandra malah akan tersenyum lebar dengan wajah bersemangat, ‘Gapapa, semangat ya ayang, kalo gitu aku mau jalan sama temen dulu.’ Dan tak lama kemudian Sandra akan menelpon Arisa, ‘Sa, kuylah cari cogan!’ dan keduanya akan hanya pulang jika ketika matahari sudah tenggelam.
Awalnya Sadap merasa bahagia, sebab kekasihnya tidak tampak kesepian saat ia tidak ada di sisinya, mengingat Sandra juga tidak terlalu memiliki banyak teman. Kesalahpahaman yang terjadi antara dirinya dengan Sandra tentang Arisa sudah juga tidak menjadi sebuah masalah. Akhir – akhir ini hubungan mereka sangat damai dan juga tentram, membuat Sadap merasa kehilangan sendiri. Bukan berarti ia tak suka dengan kemajuan antara dirinya dan Sandra, hanya saja, ia merasa jauh dari Sandra, dan setiap malam ia merasakan hampa, Sadap tidak bodoh untuk tidak mengenali perasaanya, ia rindu pada Sandra-nya.
Sadap bangkit dan berjalan kearah kedua perempuan itu yang tampak berbicara serius, “Lo kapan mau pulang deh, Sa?!” Kesal Sadap, sebab kencannya bersama Sandra nyaris gagal karena kekasihnya itu kukuh untuk menunggu Arisa pulang lebih dulu.
“Ini gue udah mau pulang, cuma Sadap nggak datang – datang, ya terus gue kudu gimana?!” Arisa ikutan kesal, ia sudah menelpon Sundra dari tadi, hanya saja ponsel laki – laki itu tidak aktif, Arisa khawatir, namun disatu sisi yang lain ia marah sebab Sundra mengingkari janjinya.
“Ya udah bareng kita aja! Please!” Sadap nyaris memohon, karena tak tega, Arisa akhirnya mengangguk. Dalam pikiran dan hatinya, ia tengah memikirkan seribu satu cara untuk membalas dan membunuh Sundra nantinya.
Ketiganya berjalan ke parkiran. Saat sampai di parkiran, ketiganya terdiama dengan berbagai ekspresi yang berbeda. Sadap dan Sandra dengan raut wajah yang tak bisa dibaca, sedang Arisa dengan emosi tercetak jelas di wajahnya, tangannya meremat ponselnya kuat.
“yang, aku rasa bakal ada perang dunia ketiga bentar lagi,” Komentar Sandra, sebab disana Sandra tengah tertawa bahagia dengan wanita yang entah siapa dia, di boncengan bangku belakang motornya. (bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: