What If: “Series End”

What If: “Series End”

Ari Hardianah Harahap--

“Untuk halu yang tidak pernah sampai, jangan jadi candu sebab susah lupa untuk kembali ingat realita selalu kejam pada manusia”

>>>***<<<

Mungkin tidak hanya pada Orion, tapi juga pada salah satu teman perempuan Orion, Riana. Anak tetangganya yang pindah ke sebelah rumah kosong di samping rumahnya setengah tahun lalu. Sama halnya dengan Orion, Riana tidak juga pernah bertingkah seperti anak perempuan pada umumnya. Pemikaran dan cara bicaranya benar – benar seperti wanita dewasa. Awalnya Saberin tidak suka melihat Riana dekat dengan cucunya Orion, takut sifat Orion semakin menjadi, dirinya ingin cucunya tumbuh normal dengan pola pikir layaknya anak biasa.

Namun, seiring berjalannya waktu Orion dan Riana bak sepaket komplit yang tak dapat dipisahkan. Orion adalah udara bagai Riana, tanpa Orion, semuanya sesak. Dan Bagi Orion, Riana adalah candu sekaligus penenang baginya, tanpa Riana, Orion bisa gila dan karena itu semenjak pertemua pertama mereka Orion dan Riana tidak dapat dipisahkan.

Semenjak mereka bersama, mereka berdua terlihat lebih kekanak – kanakan, sepanjang hari mereka bertengkar, memperubutkan sesuatu yang tidak berguna dan mendebatkan hal yang benar – benar sepele tidak sepeti gambaran Sabena yang mengatakan jika meraka terlihat seolah jiwa dewasa yang terkurung di tubuh anak – anak.

Sabena mengusap kepala Orion pelan,

“bergegaslah makan setelah membangungkan Riana, nenek ingin bertemu dengan mama Riana dulu agar mereka menginap di rumah kita malam ini,” Ucap Sabena lalu pergi menuju rumah Riana.

Seteleh Sabena berlalu pergi, atensi Orion segera teralihkan kepada anak perempuan yang tidur dengan tidak anggunya. Kepalanya sedikit terdongak bersandar di sandaran kursi rumahnya, belum lagi air liur yang sedikit mengalir di sudut bibirnya.

Orion bergidik ngeri melihat Riana, bagaimana bisa ia tidur setiap harinya dengan Riana yang seperti itu.

“Wanita ular ini benar – benar tidak tau malu, astaga,” batin Orion.

Tidak mau terlalu lama berkutat dengan pikirannya Orion segera membangungkan Riana,

“HEI MEDUSA!” Teriak Orion tepat disamping telinga Riana.

“BANGUN! SEBELUM AKU MENYIRAM AIR CABE!” lanjutnya masih dengan suara teriakan yang sama besarnya.

Riana yang mendengar teriakan di telinga segera terlonjak kaget, beberapa saat terdiam karena nyawanya belum terkumpul sepenuhnya akibat dibangungkan dengan cara yang paling tidak etis oleh Orion. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: