Lestarikan Budaya, DWP UIN SUTHA Gelar Demo Memasang Tengkuluk
Ketua DWP UIN STS Jambi, Ny. Khodijah Su’aidi--
JAMBI, JAMBIEKSPRES.CO.ID– Tengkuluk adalah kain penutup kepala kaum perempuan khas Jambi yang dikenakan secara tradisional. Keberadaan tengkuluk atau yang acap disebut takuluk atau kuluk ini sudah lama menjadi lambang kesahajaan perempuan di Jambi. Penutup kepala tradisional yang merupakan warisan leluhur itu hingga sekarang masih lestari. Kini selain berfungsi sebagai pelengkap busana, tengkuluk juga masih sering digunakan perempuan Jambi dalam acara formal dan pesta.
Foto Bersama DWP UIN STS Jambi--
Untuk terus melestarikan budaya Jambi dalam menggunakan tengkuluk, Dharma Wanita Persatuan (DWP) UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, Selasa (11/1) menggelar pelatihan dan workshop penggunaan tengkuluk dengan berbagai model dilengkapi dengan pemaparan sejarah tengkuluk itu sendiri.
“Kita ingin selalu melestarikan budaya Jambi salah satunya penggunaan tengkuluk sebagai pelengkap busana baik dalam acara formal maupun non formal. Bukan hanya itu kegiatan ini juga sebagai salah satu agenda kita dalam ikut menyemarakkan HUT Provinsi Jambi,” jelas Ketua DWP UIN STS Jambi, Ny. Khodijah Su’aidi.
Dengan mengangkat tema “Mari kita Cintai dan Jaga Eksistensi Budaya Jambi”, Dharma Wanita Persatuan Provinsi Jambi mengajak seluruh masyarakat Jambi Khususnya UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi dan generasi muda untuk terus mengembangkan budaya Jambi. Provinsi Jambi sendiri memiliki 98 Jenis Tengkuluk yang tersebar di Provinsi Jambi. Semua daerah di Jambi mempunyai jenis-jenis Tengkuluk yang khas dan memiliki filosofi. Seperti yang dipraktekkan dalam kegiatan ini pemasangan Tengkuluk Pulau Rengas dari Kabupaten Merangin, Tengkuluk Satu dari Kabupaten Muaro Jambi dan berbagai jenis lainnya.
“Apabila kita perhatikan banyak filosofi dari penggunaan tengkuluk salah satunya terletak pada posisi juntaian tengkuluk yang dikenakan. Aturan pemakaian tengkuluk harus benar-benar dicermati. Dimana apabila jatuh di posisi kanan menandakan penggunanya telah menikah. Sedangkan, juntai di sebelah kiri berarti masih gadis,” tambah Khodijah.
Untuk pemakaian tengkuluk Jambi tidak ribet, dimana cara memakainya tidak perlu dijahit ataupun dengan alat bantu peniti. Melainkan, cara memakainya hanya memakai sistem dililit dan diikat. Tetapi seorang pengguna tengkuluk harus sangat berhati hati dalam pemasangannya karena secara filosofinya terletak di kerapiannya sehingga tengkuluk itu menunjukkan kerapaian seorang perempuan. (uci)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: