>

Bagian 3: “Ibu Tiri Berkedok Wajah Bidadari”

Bagian 3: “Ibu Tiri Berkedok Wajah Bidadari”

Ary--

“Kenapa harus Lia?”

“Soalnya Cuma dia yang nampung gue tanpa pamrih!” -Zona

“Sialan memang si Zona” –Lia

“Ada rumah yang rasanya seperti neraka, padahal didalamnya keluarga kita. Ada orang asing yang rasanya seperti keluarga, padahal ia bukan rumah.”

>>>***<<<

Malam tengah diguyur hujan deras, suara petir menggelar nyaris dimana – mana, diantara banyaknya manusia, Lia heran mengapa ia harus terjebak dengan wanita segila Mandala Naim, alias Zona, alias sahabatnya. Sejak Zona memaksa Lia untuk memberikannya tumpangan malam ini, Lia harus kebal dengan Zona yang sudah seperti gembel kurang akal. Kaos partai berwana kuning nge-jreng yang di beberapa bagiannya sudah sobek tampak nyaman Zona kenakan, berpadu dengan hotpans semerah cabe yang sudah sangat tipis, mungkin akibat terlalu sering dicuci. Rambut Zona dicepol sembarangan, dan malam ini Zona sengaja memakai kacamatanya yang seringkali ia sembunyikan.

“Ini gembel dari daerah mana deh nyasar ke rumah gue!” Ujar Lia, melipat kedua lengannya di depan dada, mendengus ke arah Zona yang tampak senyam – senyum memandangi dua foto polaroid di tangannya. Zona mengedipkan matanya, “Lo jangan ngomong sembarangan dong sama calon Miss Indonesia tahun 2022” Dan setelah mendengar pernyataan Zona, Lia nyaris memuntahkan seluruh makan malamnya. Lia mendengus, menggelengkan kepalanya, “Tolong mimpinya lebih diatur ketinggiannya, biar sakitnya nggak banget kalo jatuh.” Sindir Lia yang dibalas Zona dengan kekehan.

Zona dengan sigap meloncat ke samping Lia, memeluk sahabatnya itu erat, “Diaminin kek, ngejulid mulu dah si eneng!” Ujar Zona, pura – pura mencubiti lengan Lia pelan. Lia menggeser Zona, menarik selimutnya dan membelakangi Zona bersiap tidur, “Gue nggak membuka telinga untuk mendengar bualan orang yang bedain Z sama J aja nggak bisa.” Balas Lia yang membuat Zona tergelak, Zona menyimpan polaroid yang ia ambil dari pria yang sudah ia sematkan sebagai ‘Om Mesum Menyebalkan’ itu dibelakang casing ponselnya. Menatapnya sebentar, sebelum kembali memposisikan dirinya dengan nyaman berbaring di samping Lia.

“Yak, Gue pengen cerita, lo masih bangun nggak?” Tanya Zona, Zona berdehem, membuat posisi terlentang, bersiap mendengarkan cerita Zona. Jika sudah begini saja, Lia merasa jika Zona yang ada didalam kamarnya ini berbeda dengan Zona yang ia temui di sekolahnya, kemana perempuan baddas dengan julukan preman berandalan yang siap mengajak setiap orang baku hantam? Kini di sisinya hanya ada Zona dengan seratus bualan dan renteten ceria fairytale-nya, tentang ia yang akan menjadi jendes kaya raya, atau ia yang akan menjadi top model supernova.

“Hmm?” Balas Lia berdehem, menjawab Zona seadanya. Zona terkikik geli, pertemuannya dengan ‘Om Mesum Menyebalkan’ itu membuat moodnya sangat bagus, rasanya geli saat mengingat pertemuan tak sengaja mereka, tentang kata pedasnya, raut bingung dan frustasinya, apapun tentang pria tua yang tidak Zona ketahui namanya itu selalu menyenangkan untuk dikulik, walau hanya pada jumpa pertama mereka.

“Gue tadi ketemu orang, aneh banget sumpah!” Zona membuka kalimat pengantar ceritanya malam ini, matanya menerawang melihat langit – langit kamar Lia, tersenyum pada setiap momen sesaat yang ia lewati bersama ‘Om Mesum Menyebalkan’ itu, “Lo tahu dia orang yang selalu ngernyitin dahi setiap liat kelakukan gue, seolah mukanya itu ngejelasin ‘nih cewe ngapain lagi deh’ atau seolah dia itu liat gue kayak alien yang baru turun ke bumi, lucu.” Zona terkekeh di akhir kalimatnya.

“Dia orang aneh yang nanya gue pernah sekolah apa nggak? Padahal waktu ketemu dia gue jelas – jelas pake seragam SMA. Dan lo tahu apa yang lebih parahnya? Dia bilang nafas gue bau jengkol!” Nada kalimat Zona terlihat kesal, namun raut geli di wajahnya tak seiring dengan nada bicaranya. Lia terkekeh, rasanya lama Zona tidak seantusias ini bercerita padanya, sahabatnya itu selalu sulit ditebak.

“Gue setuju sih sama dia yang bilang nafas lo bau jengkol, syukur nggak dia bilang bau bangkai!” Balas Lia, Zona melotokan matanya, “Wah! Parah lo! Nafas gue bau stroberi, cium sini kalo nggak percaya!”

Lia bergidik tertawa, “Sorry gue bukan lesbi!” Ujar Lia yang langsung dihadiahi Zona dengan tepukan keras di pahanya, “Siapa juga yang mau sama lo? Begajulan begini gua masih setia sama Song Jong Ki Oppa!” Zona mengerucutkan bibirnya, membuat Lia bergidik jijik.

“Suka kok sama yang nggak bisa digapai, sudahlah beda kasta, beda agama, beda perasaan, beda Negara, nggak ngotak lo. Jatuh cinta ama yang biasa – biasa aja, jangan muluk – muluk. Dianya kerja, lo nya jatuh cin—”

Zona segera memutus kalimat Lia, menutup mulut Lia dengan tangannya, “Heran deh gue sama lo, kalo gue udah bahas duda tampan gue, lo sensi amat jadi manusia.”

Lia segera duduk dari posisi dengan sigap, memegang bahu Zona erat kemudian mengguncang sahabatnya itu keras, “Gue nggak mau lo gila Zonaaaaa…..” Ujar Lia dramatis, “Karena kalo lo gila, gue nggak mau nampung orang kurang waras di apart gue!” Lanjut Lia Lagi.

“Gayaan lo Apart, kontrakan murah doang!” Kata Zona santai, segera Lia menyeret kerah belakang pakaian Zona, Zona meronta, sahabatnya ini walau badannya kecil, tenaganya setera tujuh banteng, “Lia, kecekek gue woi!” Lia cengengesan.

“Gue mau ngubur orang yang bilang apart gue murah, tapi dianya sendiri numpang kayak orang nggak punya rumah.” Sindir Lia, yang membuat Zona kalah telak tak mampu membalas ucapan sahabatnya itu. Zona segera menampilkan senyum cemerlangnya, menunjukkan semua giginya yang tersusun rapi dan putih, gigi – giginya ini ia jaga setengah mampus, dari sikat gigi malam padahal ia tidak lagi sanggup berdiri saking mengantuknya. Namun, demi gigi yang mentereng dan menyilaukan, Zona rela melakukannya, hanya demi giginya. Mengangkat jari telunjuk dan tengahnya membentuk peace, simbol perdamaian.

Wajah Lia boleh tampak lembut dan penuh kasih, bahkan sikapnya kepada orang – orang bisa saja semanis gulali, siapa yang tidak mengenal Lia di sekolahnya? Sahabatnya itu impian semua wanita, body goals, cantik, bertata karma, anggun, lemah lembut, mandiri, dan pintar. Berbanding terbalik dengan dirinya, yang seluruh kata mendeskripsikan lia itu adalah konotasi negatif untuknya. Kesalahan sahabatnya itu hanya satu, jika Zona mencintai Song Jong Ki Oppa-Nya yang jelas tentu tidak bisa ia gapai, Lia harus mencitai laki – laki yang berada di genggaman perempuan lain, bahkan hingga laki – laki yang menjadi pelabuhan hati Lia itu kembali bersatu dengan tanah. Lia tetap dengan titel sebagai penggagum setia sang pria, cinta bertepuk sebelah tangan memang selalu miris. Lia selalu sempurna dalam segala kecuali urusan romansa, dan bagi Zona, Lia tetap tak lebih dari sosok ibu tiri yang bersembunyi di balik rupa bak bidadari.

“Yak, kapan – kapan lo harus casting jadi ibu tiri, sumpah cocok banget!” Zona memang tidak waras, bahkan ditengah Lia yang setengah mati muak padanya, perempuan bar – bar itu masih saja tidak memfilter setiap perkataanya, yang membuat Lia berniat membunuh sahabatnya itu detik ini juga. Lia dengan sigap mengambil pisau daging kearah dapur, sebentar lagi Idul Adha, dan tidak ada salahnya Lia mengurbankan Zona sebagai hewan sembelihan.

“Mati lo hari ini Mandala Naim!” Pekik Lia kesal, Zona segera berlari terbirit – birit kearah kamar mandi.

“Gue belum jadi jendes kaya raya lia, matinya pending dulu!” Teriak Zona dari balik pintu kamar mandi yang sudah tertutup rapat, Lia mengerlingkan matanya semangat, suara click yang artinya pintu terkunci membuat Lia tersenyum senang memutar – mutar kunci ditangannya. Malam ini, ia akan menikmati kasurnya sendiri, tanpa tendangan Zona, terutama suara ngorok Zona yang sudah layaknya ringkikan kuda. Berisik.

Sleep tight sahabat sejatiku, having fun malam ini sama mbak melati yang gue sering denger nongkrong di kamar mandi malam – malam.” Ujar Lia meninggalkan Zona yang tengah menendang pintu kamar mandi kesal.

“LIA SIALAN BUKA PINTUNYA!!” kesal Zona, benarkan apa kata Zona, Lia itu ibu tiri berkedok wajah bidadari, tak punya hati sama sekali! (Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: