>

Bagian 2: “Jadi Manusia, Jangan Suka Pilih-Pilih”

Bagian 2: “Jadi Manusia, Jangan Suka Pilih-Pilih”

Ary--

Dia cantik sayangnya berandalan. Saya nggak suka.” – Arya, tua pilih pilih.

“Siapa juga yang mau disukai sama Om, saya mah juga ogah sama manusia titisan cabai setan.” –Zona, manusia benci tapi cinta.

>>>***<<<

Seorang perempuan kini dengan nafas terengah – engah berlarian, tidak peduli dengan apa yang ia lalui selama berlari, bahu sisi kanannya terasa sakit, saat ia tak sengaja tadi menabrak gerobak bubur, bahkan ia tak sempat mengucapkan maaf pada sang pemilik yang ketumpahan satu mangkok buburnya, bisa jadi itu semangkok bubur pertama untuk pelanggannya, ia merasa sangat bersalah, namun menyelamatkan nyawanya dari kejaran sepuluh preman pasar jauh lebih penting untuk saat ini.


yamaha--

Hari sudah senja, bahkan sebentar lagi matahari nyaris tenggelam dan kembali ke peraduannya. Namun, mengapa rasanya panas masih sangat terik membakar setiap kulit perempuan itu. Dari jarak lima meter, ia mematut dirinya dalam kaca etalase minimarket, wajahnya berkeringat dengan rambut yang sangat lepek, padahal satu – satunya yang dapat ia banggakan dari tubuhnya hanya rambut pendeknya yang mengkilap hitam dengan beberapa bagian yang tercat berwarna merah terang. Sebab, jika ingin membanggakan wajahnya, sayangnya ia perempuan yang terlahir dengan wajah pas – pasan, dikatakan cantik, tidak bisa. Jelek? Ia masih sangat mencintai dirinya, jadi mungkin kata itu terlalu kejam untuk mendeskripsikannya.

“Itu Si Zona, kejar jangan sampai lepas!”

Sebuah teriakan keras menyadarkan kembali si perempuan yang akrab dengan nama panggilan Zona itu, dirinya mengehela nafas, menatap malas kumpulan preman pasar jadi – jadian yang kini sangat berobsesi untuk menangkapnya, memangnya apa yang akan mereka lakukan jika sudah berhasil menangkap dirinya, menjual organnya? Sayangnya, Zona bahkan tidak dapat memastikan organnya masih baik – baik saja, mengingat dirinya aktif mencumbui batang nikotin setiap harinya.

“Tuhan, kalo gini mau nikah aja deh rasanya,” keluh Zona, kembali berlari menghindari sekumpulan anak laki – laki yang mengejarnya itu, ia memanjat setiap dinding yang bisa ia panjat, melangkah lebih lebar, dan berlari lebih cepat. Tidak sia – sia latihannya untuk menjadi seorang parkour professional, setidaknya kemampuannya itu menyelamatkannya hari ini.

“Kalo sampe gua jatuh terus lecet dan gagal nikah sama duda tampan kaya raya, beneren gua santet tuh orang – orang,” Gerutu Zona, perempuan dengan nama lengakap Mandala Naim tersebut tidak berhenti – hentinya mengoceh dan mengumpati setiap orang yang ada didekatnya, “Kalo gue mati, bener – bener bakal gua hantuin mereka satu – satu sampe pipis di celana!” Zona masih memanjat, mengawasi sudah sejauh mana jaraknya dan kumpulan orang – orang tengik kurang kerjaan yang tengah mengejarnya itu, tidak tahu kondisi jika seorang pria berdiri dibawahnya. Zona menyadari kehadiran pria itu saat satu kakinya sudah tak lagi bertumpu, bersiap meloncat turun yang menyebabkan ia gagal menjaga keseimbangan tubuhnya, demi tuhan, Zona tidak siap untuk jatuh dari ketinggian dua meter.

“MAMA! ZONA MASIH MAU NIKAH TERUS JADI JENDES KAYA RAYA!” Teriak Zona saat pegangannya dengan tembok terlepas bersiap meluncur bebas.

***

Arya tidak tahu jika harinya akan sesial ini, pertama emosinya cukup terkuras saat taksi yang ia pesan untuk menemui mantan kekasihnya berjalan sangat lambat sebab dikemudian oleh seorang lansia. Kedua, mendapat undangan pernikahan dari orang yang masih ia cintai dan bersemayam utuh di hatinya, cukup membuat sisa harinya terasa suram. Siapa sih yang tidak sakit hati jika ditinggal nikah? Ketiga, mendapati seorang gadis remaja menjadikannya matras untuk mendarat dan menyebabkan pinggangnya berdenyut nyeri, rasanya Arya ingin membunuh perempuan itu saat ini juga.

“Bangsat!” Umpat perempuan tersebut kesal, Arya mendelik. Hei! Satu – satunya yang pantas mengumpat disini hanya dirinya, karena jika dilihat dari sisi manapun, dirinya yang sudah dirugikan.

“Mulut kamu nggak pernah makan bangku sekolah ya?!” Sindir Arya, mendorong Zona tersebut dari atas punggungnya tanpa belas kasih, Zona meringis, “Argh..Sakit anjing!” Kesal Zona mendelik kesal pada Arya. Arya semakin melotot tidak jelas, “Om matanya disipitin dulu, takutnya keluar, sayang aja gitu, matakan harganya mahal. Kalo om nggak mau biar saya jual!” Komentar Zona beranjak, tidak ada kata maaf, padahal biasanya Zona adalah seseorang yang cepat menyadari kesalahannya, dan Zona juga sangat sadar bahwa diantara dirinya dan Om – Om yang sedikit tampan ini, dirinya menanggung penuh semua kesalahan. Namun, mengingat prilaku om yang lebih kurang ajar darinya, maaf, Zona hilang respect!

“Btw om, saya makan nasi, bukan bangku sekolah.” Jawab Zona santai, merapikan rambutnya, terutama poni anti badainya.

“ITU DIA SI ZONA BOSS! KEJARRR!” Suara teriakan, kembali membangkitkan alarm berbahaya pada diri Zona. Zona kembali berlari. Namun, mengingat pria tua menyebalkan itu tampak diam saja ditempat, membuat Zona menghela nafas lelah, menarik paksa pria tua itu untuk mengikutianya.

“Om, saya masih punya cita – cita mau jadi jendes kaya raya, kalo om mau mati sekarang, tolong jangan di depan saya.” Dengan begitu, aksi kejar – kejaran mereka terjadi lagaknya film action, bahkan Zona merasa ia sudah sangat cocok menjadi seorang bintang film laga. Zona menarik Arya untuk bersembunyi diantara gang, mustahil rasanya untuk bersembunyi di gang sempit itu, terutama untuk dua orang seperti mereka. Namun, karena desakan keadaan, Zona dan Arya sepakat untuk masuk, dan entah bagaimana caranya mereka berakhir walau dengan posisi yang sangat dekat.

“Bocil! Kamu ngapain narik – narik saya, saya nggak ada kaitannya dengan kamu!” Protes Arya, Zona segera menutup mulut Arya, “Om jangan keras – keras ngomongnya, mereka itu gobloknya kelewatan goblok, nggak kenal setan yang mana, manusia yang mana, kalo liatnya sama saya, taunya itu komplotan saya.” Jelas Zona dengan nada kecil. Arya mengerutkan dahinya bingung.

“Miris banget, jaman saya sekolah dulu nggak ada tuh gini – ginian,” Balas Arya, Zona mengulum senyum, “Om sekolah zaman batu, sekarang udah tahun dua ribuh dua puluh dua!” Zona berbicara kelewat santai, menampilkan muka songong andalannya. Arya menggelengkan kepalanya tidak habis pikir, perempuan dihadapannya ini masih SMA saja sudah banyak tingkah, bagaimana nanti jika ia sepenuhnya menjadi wanita, jika itu Arya, ia akan menjadikan tipe perempuan ini menjadi nomor satu yang tidak boleh dinikahinya, Arya yakin jika ia berdiskusi dengan Mama, Mama pasti juga setuju padanya.

Arya melirik name tag perempuan tersebut, Mandala Naim. Rambutnya pendek, beberapa bagian berwarna merah terang, Arya tahu jika itu diwarnai. Gelang – gelang karet berwarna hitam memenuhi pergelangan kiri perempuan itu, seragamnya yang digunakannya bahkan cukup ketat, membuat Arya tahu jika perempuan ini tipe – tipe sekali senggol, langsung labrak. Penampilannya cukup swag menurut Arya, bibirnya merah muda,  samar – samar Arya dapat mencium bau nikotin yang bercampur dengan aroma strawberry dari perempuan brandalan ini. Wah, benar – benar tidak sayang masa muda, menghabisi dirinya sendiri dengan nikotin.

Zona tahu bahwa ia tengah diperhatikan oleh pria tua yang sesaat Zona syukuri keberadaanya, ditatap seintens mungkin membuat Zona merasa seperti ditelanjangi terang – terangan, rasanya sangat tidak nyaman. Diam – diam, Zona memperhatikan penampilan pria tua yang tidak sengaja terjebak dengannya itu, sebenarnya jika boleh jujur, pria itu tidak tua menurut Zona, mungkin jika Zona taksir umurnya masih ada di angka dua puluh tujuh hingga dua puluh Sembilan tahun. Zona tipe orang yang menilai seseorang dari penampilan mereka dulu, dan jika Zona liat pria didepannya ini cukup kaya, melihat jam tangan rolex yang melingkar apik di lengannya, dan  pakaian yang ia gunakan, sekali lihat saja Zona tahu itu pakaian mahal. Tercium aroma –aroma rupiah yang jelas untuknya. Wajahnya tampan, dengan alis tebal yang curam, matanya teduh namun tajam, dengan rahang yang tegas. Sempurna, menggambarkan pria idaman Zona sekali. Kaya, Tampan, minus jika pria itu bukan seorang duda, sebab Zona menggilai pria duda kaya raya, layaknya Song Jong Ki Oppa-nya. Zona tidak yakin jika pria itu tidak memiliki istri, seandainyapun tidak punya istri, pasti sudah punya kekasih.

Zona tahu dirinya cantik, terlepas benar atau tidaknya, Zona percaya pada perkataan Mamanya, yang jika berarti Mamanya berkata cantik, itu artinya ia memang cantik. Namun, ditatap lama – lama juga membuatnya risih, awalnya ia masih memaklumi, mungkin pria itu tipe orang yang sama dengannya, mengenal orang dengan melihat penampilannya lebih dulu.

“Om saya tau saya cantik, tapi jangan lupa mangap, itu air liurnya hampir netes.” Komentar Zona kelewat santai, padahal dalam hatinya ia tengah spot jantung, bagaimana jika yang bersamanya ini om – om mesum, ia kan tidak mau di grepe – grepe sebelum waktunya.

“Nafas kamu bau jengkol, saya mau muntah.”

Itulah mengapa kita tidak boleh menilai orang dari penampilannya saja, wajah boleh tampan, penampilan boleh sekelas aktor Tom Hollad, namun jika mulutnya selicin dan sepedas cabe setan, Zona tidak tahan untuk tidak membunuh pria tua menyebalkan itu saat ini juga!

“Sabar Zona, orang cantik dikasih ujian memang agak gak ngotak!” Gumam Zona, menenangkan dirinya sendiri, walau dalam hati, menendang wajah pria tua itu menjadi keinginan terbesarnya. (bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: