Bagian 21: “Tulus dan Apa Adanya”

Bagian 21: “Tulus dan Apa Adanya”

Ary--

Kadangkala ada titik dimana kita bertanya, mengapa mencintai dia begitu menyakitkan? Setelahnya kita tak kunjung jera, terus melakukan hal yang sama. Artinya, kita mencintai dia terlalu tulus dan apa adanya. Tidak banyak memang, namun yakin, seseorang itu pasti ada.”

-Bumi

>>>***<<<

Bumi mencintai musik, bukan tanpa alasan mengapa Bumi mau menghabiskan seluruh uang tabungannya hanya untuk sebuah gitar coklat dengan ukiran namanya. Suatu saat nanti, Bumi ingin Agana memandang dirinya dengan bangga, bertepuk tangan dengan haru, dan dia mengucapkan ribuan terimakasih, diatas panggung, di depan ribuan audiens hingga rasanya tempat itu sesak, terlalu penuh dengan manusia. Akan ia nyanyikan lagu, betapa ia bersyukur hadir kedunia ini, menjadi adik Agana, dicintai dan dikasih sepenuh hati oleh satu – satunya kakaknya itu. Mimpi itu tidak penah berubah hingga kini. Masih selalu sama, namun setiap orang bertanya tentang cita – citanya, Bumi merasa lidahnya kelu tak bisa menjawab apapun.


yamaha--

Dibawah pohon Akasia, Bumi senantiasa memeluk gitarnya, menikmati sepoi angin yang menampar wajahnya pelan. Siang tidak terlalu terik, hangat dan terlalu cerah di tengah suasana hati Bumi yang mendung. Bumi memetik gitarnya pelan, lagu Sewindu dari Tulus kali ini yang ia pilih. Di depan sana, wanita yang berkonstribusi besar membuat hatinya mendung kini tengah tertawa, rambut panjangnya ia ikat satu, kuncir kuda, beberapa kali ia harus menyingkarkan anak rambut di wajahnya sebab angina yang menerbangkan. Bumi tersenyum, namun senyumnya bukan senyum bahagia yang ia ukir, melainkan senyum culas, faktanya wanita itu tak tertawa sendirian, ada pria lain yang menikmatinya, lebih dari Bumi.

Sudah sewindu ku di dekatmu
Ada di setiap pagi, di sepanjang harimu
Tak mungkin bila engkau tak tahu
Bila ku menyimpan rasa yang kupendam sejak lama

Setiap pagi kumenunggu di depan pintu
Siapkan senyum terbaikku agar cerah harimu
Cukup bagiku melihatmu tersenyum manis
Di setiap pagimu, siangmu, malammu

Sesaat dia datang pesona bagai pangeran
Dan beri kau harapan bualan cinta di masa depan
Dan kau lupakan aku semua usahaku
Semua pagi kita, semua malam kita

Setiap bait yang Bumi nyanyikan, rasanya begitu menyindir. Bumi ingin menghentikan nyanyiannya namun wanita tadi yang kini ia pandangi sekarang tengah duduk di sampingnya, tersenyum, menikmati suara dan petikan gitarnya, pria yang menemani wanita pujaannya kini sudah tidak lagi ada, entah kemana, Bumi tak peduli, selama Rosa ada didekatnya, Bumi akan baik – baik saja. Rosa Oktaviana, perempuan yang berstatus sahabat Agana itu, berhasil mencuri perhatian Bumi sejak hari pertama Agana mengenalkannya. Rosa begitu manis, wanita yang digadang – gadang dengan otak jenius yang akan menjadi model Brand Ambasador perusahaan besar itu berhasil menarik semua atensi pada Bumi, membuat kehidupan Bumi berrotasi padanya. Tidak banyak yang tahu bahwa perempuan yang kerap kali berpenampilan seperti nerdy itu merupakan model yang kini sedang meljit, kehidupannya begitu tertutup dari dunia luar, dan Bumi sungguh merasa bersyukur, Rosa membuka tangannya dengan lebar. Membuat Bumi sedikit demi sedikit mengetahui kehidupan Rosa.

Oh tak akan lagi kumenunggumu di depan pintu
Dan tak ada lagi tutur manis kumerayumu

Setiap pagi kumenunggu di depan pintu
Siapkan senyum terbaikku agar cerah harimu
Cukup bagiku melihatmu tersenyum manis
Di setiap pagimu, siangmu, malammu

Sesaat dia datang pesona bagai pangeran
Dan beri kau harapan bualan cinta di masa depan
Dan kau lupakan aku semua usahaku
Semua pagi kita, semua malam kita

Oh tak akan lagi kumenunggumu di depan pintu
Dan tak ada lagi tutur manis kumerayumu
Oh tak akan lagi kumenunggumu di depan pintu
Dan tak ada lagi tutur manis kumerayumu

Kali ini suara Rosa yang berbunyi diiringi dengan petikan Bumi. Sedari tadi Bumi tidak melepaskan pandangannya dari Agana, mengagumi pahatan sempurna ciptaan tuhan. Hingga Rosa membalas pandangannya, hanya sesaat. Namun, Bumi dapat melihat jelas sinar kecewa dari sana. Ada luka yang Rosa sembunyikan, namun lagi – lagi Bumi harus tau posisi, hubungan mereka tak lebih hanya dari sekedar teman. Tidak ada teman yang terlalu mencampuri urusan teman lainnya. Bahkan disaat kata dekat tersemat diantara keduanya.

Jujur memang sakit di hati
Bila kini nyatanya kau memilih dia
Takkan lagi kusebodoh ini
Larut di dalam angan-angan tanpa tujuan

Oh tak akan lagi kumenunggumu di depan pintu
Dan tak ada lagi tutur manis kumerayumu
Oh tak akan lagi kumenunggumu di depan pintu
Dan tak ada lagi tutur manis kumerayumu

 

Dua bait terkahir mereka nyanyikan bersama, Rosa menatap lurus kedepan begitu pula dengan Bumi. Tidak satupun dari mereka ingin mengucap sepatah kata, membuka obrolan ringan seperti biasanya, entah mengapa bersamaan dengan lagu itu selesai, seolah perasaan mereka turut melebur, habis, Bumi memandangn langit, kapan ia akan benar – benar dicintai oleh orang lain, selain Agana. Bahkan, mamanya tidak mencintai Bumi sebesar kakaknya itu mencintai Bumi, yang rela menghabisi dunia agar Bumi bisa hidup dengan nyaman, memberikan Bumi ruang paling istimewa dalam kehidupannya. Jika saja, Bumi lebih kuat, apa benar – benar Mama akan mencintai Bumi, apa benar Mamanya akan menyayanginya? Bukan hanya mengasihi dan bersimpati padanya?

“Bumi,” Panggilan pertama Rosa sejak hari ini, Bumi menatapnya, “Hmm?” Jawab Bumi tersenyum kecil. Rosa menyandarkan kepalanya di bahu Bumi, duduk lebih dekat, menghapus jarak antaranya dan Bumi. Perlakuan Rosa, sesaat membuat Bumi mematung. Tidak tahukan Rosa dengan jarak sedekat ini, Bumi takut Rosa akan mendengar suara detak jantungnya yang berdebar keras, Bumi bahkan duduk dengan tegap agar Rosa nyaman.

“Gue lagi bingung,” Adu Rosa, “Akhir – akhir ini banyak yang nanya ke gue, gue mau jadi apa di masa depan. Rasanya nyebelin! Bisa nggak sih nggak usah jadi apa – apa?” Keluh Rosa, wajahnya tertekuk.

Bumi terdiam, menunggu Rosa menumpahkan kekesalannya lebih banyak. Tabiat Rosa sekali, wanita itu hanya ingin di dengar tanpa di bantah. “Mereka pikir gue bakal baik – baik aja tiap saat ditanyain itu. Gua merasa tertekan setiap saat, gue merasa jadi manusia paling nggak guna setiap mereka tanya yang ujungnya cuma ngejatuhin gue?” Rosa menangis, terisak pelan. Bumi tersenyum kecil, menarik Rosa kedalam pelukannya. Lihat, berapakali pun hati Bumi terasa sakit karena Rosa, Bumi akan selalu menarik Rosa ke pelukannya memberi peluk paling menenangkan yang ia punya. Jika para pria itu hanya menemani Rosa tertawa, maka Bumi akan mencipatkan tawa yang tak lekang oleh waktu. Tidak Rosa tau bahwa Bumi menjadi satu – satunya pria yang mencintai Rosa begitu apa adanya. (bersambung)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: