SBY Turun Tangan

SBY Turun Tangan

 Dalam pertemuan tersebut dibahas revisi UU KPK, revisi UU KUHAP, sumber daya manusia di KPK, kasus Korlantas, hingga masalah yang dialami Novel. BW juga menyebutkan bahwa yang dikemukakan presiden tentang sumber daya sudah sangat jelas.

 \"Seperti soal Novel, sudah jelas sekali bahwa Novel dapat dengan bebas menjalankan tugasnya sebagai penyidik kembali,\" terangnya. 

 Kembalinya Novel tentu saja menjadi amunisi tersendiri bagi KPK untuk mengungkap kasus simulator SIM. Sebab, Novel Baswedan saat ini berstatus ketua satgas penyidik untuk kasus tersebut. 

 Keputusan presiden itu tentu saja disambut gembira berbagai pihak yang memberikan dukungan kepada KPK. Anggota Wantimpres Albert Hasibuan misalnya. Saat datang ke KPK kemarin pagi, dia sudah memiliki sikap untuk mendukung KPK sepenuhnya. Bagi dia, instansi pimpinan Abraham Samad tersebut sudah berhasil melaksanakan tugas dengan baik. 

 \"Saya harap KPK tidak diganggu oleh usaha-usaha tidak baik seperti intervensi, revisi masalah penuntutan, penyadapan, hingga SP3. Saya harap, setelah ini semua itu dihentikan,\" katanya di gedung KPK. Dia yakin bahwa pemerintah mendukung sepenuhnya penguatan lembaga antirasuah tersebut. Sebab, banyak sisi positif yang dimiliki lembaga itu. 

 Misalnya dalam hal bertambahnya anggaran belanja negara, Albert mengatakan bahwa KPK memiliki peran yang cukup penting. Apa lagi kalau bukan kontribusi

KPK dalam mengembalikan uang hasil korupsi. \"Selain itu, KPK sudah menjadi simbol civil society, perlawanan terhadap korupsi,\" terang dia. 

 Jadi, kalaupun kesimpulan pidato presiden tadi malam condong ke KPK, Albert memastikan bahwa Wantimpres tidak akan pernah menyesal. Dia menegaskan bakal mempertanggungjawabkan 100 persen masukan yang diberikan kepada presiden atas dukungannya kepada KPK. 

 Terpisah, dukungan terhadap KPK masih saja mengalir. Selain para demonstran yang terus berorasi di depan gedung KPK, para akademisi juga berdatangan. Beberapa di antara mereka yang datang ke markas instansi antikorupsi itu adalah alumni Universitas Islam Indonesia (UII) dan Institut Teknologi Bandung (ITB). 

 Alumni UII yang diwakili ketuanya, Mahfud M.D., bersama komisioner KY Taufiqurrahman Syahuri dan Suparman Marzuki serta Ketua LPSK Abdul Haris Semendawai menegaskan pentingnya peran presiden. Meski demikian, mereka tidak bisa memberikan intervensi apa pun kepada kepala negara. 

 Dia menjelaskan, kalau presiden yang menyelesaikan ribut-ribut antara KPK dan Polri, segalanya bakal dimudahkan. Dengan begitu, \"pertikaian\" di antara dua lembaga negara itu tidak akan berlangsung lama. Apalagi, papar dia, posisi Polri dalam memberantas korupsi juga tidak kalah penting oleh KPK. 

 Karena itulah, Mahfud yang juga ketua Mahkamah Konstitusi (MK) tersebut mengharapkan masyarakat ikut membangun wibawa Polri. Sama dengan saat masyarakat memberikan dukungan sepenuhnya kepada KPK. \"Jangan sampai malah menjadi gerakan yang mengadu domba keduanya,\" imbuhnya. 

 Jika konfrontasi antara KPK dan Polri tidak dihentikan, papar Mahfud, yang bertepuk tangan dan bergembira adalah para koruptor. Sebab, dalam upaya pemberantasan korupsi ada tiga hal yang harus bersatu. Yakni, berkompetisi, bersinergi untuk saling menguatkan, dan berkonfrontasi. 

 Nah, Mahfud melihat bahwa konfrontasi yang ada sudah tidak lagi sehat lantaran dua lembaga hukum itu bertikai. Meski demikian, dia menyebut kedatangan alumni UII ke KPK tidak bertujuan menawarkan solusi apa pun. Dia yakin bahwa solusi itu bisa muncul dari KPK, Polri, dan Menko Polhukam. 

 Begitu juga dengan alumni ITB. Mereka menyatakan memberikan dukungan kepada KPK karena merasa bahwa aparat hukum lain gagal memberantas korupsi. Itu bisa dilihat dari besarnya animo masyarakat yang memberikan kepercayaan penuh kepada KPK. Beda dengan instansi lain yang sudah tidak mendapatkan kepercayaan publik. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: