Pengalaman Tak Terlupakan GM PT DBL Indonesia di Amerika
General Manager (GM) PT DBL Indonesia Masany Audri Gultom baru pulang dari Global Sports Mentoring Program (GSMP) di Amerika Serikat. Bukan cuma punya pengalaman diundang dalam acara Presiden Barack Obama, dia juga mendapat banyak pengalaman dan wawasan.
NORA SAMPURNA, Surabaya
Rasa kantuk masih dirasakan Masany Audri Gultom saat ditemui di rumahnya, kawasan Rungkut, Surabaya, kemarin siang (8/10). Bungsu empat bersaudara itu memang baru menempuh perjalanan panjang selama 23 jam dari Amerika Serikat ke Surabaya, Minggu malam lalu (7/10).
Namun, saat diminta bercerita soal pengalamannya mengikuti program yang diadakan US Department of State, University of Tennessee, dan espnW itu, Masany langsung bersemangat. Perempuan kelahiran Surabaya, 18 April 1982, tersebut berada di AS sejak 4 September lalu. Dia merupakan satu-satunya wakil dari Indonesia yang mendapat kesempatan mengikuti program khusus perempuan penggiat olahraga itu. Peserta lainnya berasal dari Makedonia, India, Zimbabwe, Kolombia, Brasil, Rwanda, Jamaika, Mesir, Nigeria, Tajikistan, Kenya, Australia, Russia, Zambia, Filipina, dan Tiongkok.
Minggu pertama, para peserta menjalani masa orientasi di Washington DC. Setelah itu, mereka disebar untuk mengikuti mentoring di berbagai perusahaan besar yang berbasis olahraga seperti ESPN, Gatorade, USA Olympics, Ladies Profesional Golf Associations, USA Gymnastic, Burton Snowboard, NCAA, hingga Saatchi & Saatchi, perusahaan periklanan global yang aktif dalam industri olahraga.
Masany ditempatkan di Under Armour, perusahaan apparel olahraga yang berpusat di Baltimore, Maryland, sekitar 45 menit perjalanan darat dari Washington DC. Perusahaan itu dikenal sangat agresif, didirikan pada 1996. Pendirinya adalah seorang anak muda bernama Kevin Plank yang merintis bisnis tersebut pada usia 22 tahun di lantai basement rumah neneknya. Karena kecintaannya terhadap olahraga American Football, Plank mengembangkan bisnis apparel yang sekarang berkembang sangat pesat dan membuatnya menjadi salah seorang di antara 15 CEO powerful dunia di bawah usia 40 tahun versi majalah Forbes.
Selama di sana, istri Santun Fredrik Sihotang itu didampingi dua mentor. Yakni, Tori Hanna, director global sports marketing, dan Michelle Tanney, senior manager marketing operation Under Armour. Selama tiga minggu di sana, Masany merasakan telah menjadi bagian dari kultur perusahaan tersebut. Dia mendapat perlakuan yang sama seperti karyawan lainnya.
\"Misalnya, saya harus masuk pukul 9 pagi dan pulang pukul 5 sore. Saya juga mendapat ID, meja dan komputer, plus access card ke berbagai ruangan hingga ke studio pameran produk terbaru mereka,\" ungkapnya.
Masany juga pernah mendapat kesempatan untuk masuk ke ruangan teknologi dan inovasi produk Under Armour. Padahal, hanya 20 orang di antara 5.000 karyawan yang memiliki akses masuk ke dalam ruangan \"rahasia dapur\" tersebut.
Masany menyatakan, lima minggu mengikuti kegiatan GSMP sangat menyenangkan dan tak akan terlupakan. Tapi, tiga minggu di Under Armour merupakan momentum terbaik yang dirasakannya.
\"Saya belajar banyak hal. Mengenal kultur perusahaan, perspektif terhadap pasar, hingga strategic plan dalam industri olahraga. Semua itu memberikan ide-ide segar untuk diimplementasikan di Indonesia,\" ucapnya.
Menurut Masany, Under Armour memiliki kemiripan dengan PT DBL Indonesia. Perusahaan itu masih tergolong muda dan hampir 80 persen karyawannya anak muda. Kekuatan anak muda di perusahaan Under Armour sangat terasa. \"Antusiasme dan energinya luar biasa besar,\" katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: