>

Penjarahan Terang-terangan di Depan Mata

Penjarahan Terang-terangan di Depan Mata

 Menurut Hendra, warga sekitar, sebulan lalu ada tiga orang yang mengontrak rumah di sebelah rumahnya. Tiga orang itulah yang diduga melubangi pipa di depan rumah dan hendak mencuri minyak. \"Tapi, mereka keburu digerebek polisi. Pipanya sudah dipasang, tinggal minyaknya disedot,\" ungkapnya.

 Hendra mengatakan, aksi pencurian minyak sebelumnya tak pernah terjadi di desanya. Namun, beberapa bulan ini mulai merembet di daerahnya. \"Dulu sering terjadi di Desa Bayung. Sekarang merembet ke Bayung Lencir. Tapi, bukan warga sini yang melakukan pencurian,\" sebutnya. Melainkan, orang-orang luar sengaja datang dan menetap di beberapa tempat serta berniat mencuri minyak.

 Kasus pencurian juga banyak ditemukan di Desa Simpang Bayat. Menurut Yatim, salah seorang warga, sebelum ada kasus ledakan pipa di Banyu Lencir, kondisi beberapa lokasi di Simpang Bayat layaknya sebuah pasar. Warga berebut mengambil minyak di lokasi pipa yang bocor. Mereka membawa jeriken, bahkan drum untuk menampung minyak curian. \"Mereka terang-terangan ngambilnya. Pipa dilubangi, terus minyak disedot ke mobil-mobil tangki. Lalu, warga ikut-ikutan ambil. Itu sudah biasa terjadi,\" ucapnya. Bahkan, kondisi serupa pernah terjadi di depan kantor kelurahan setempat.

 Kebanyakan pencuri beraksi pada malam hari. Di atas pukul 24.00. Menurut dia, para pencuri itu biasanya melubangi pipa minyak, lalu menyedot dengan menggunakan slang yang panjangnya sekian meter dan disalurkan ke mobil tangki yang sudah menunggu di dalam hutan. \"Saya nggak tahu siapa mereka. Keluar dari rumah saja nggak berani. Tapi, saya tahu ada mobil masuk ke hutan,\" ujarnya.

 Bahkan, para pencuri minyak itu tak selalu menggunakan truk besar atau tangki. Untuk menyamarkan kedok, ada juga yang menggunakan mobil biasa seperti APV dan Carry. Namun, di mobil-mobil itu tersedia tangki besar untuk menampung minyak curian.

 Dari kebocoran minyak itu, warga memanfaatkan dengan mengambil yang tumpah. Mereka lalu menjual minyak tersebut kepada para penadah yang juga berada di lokasi.

 Kecamatan Sungai Lilin juga menjadi lokasi yang sering dijarah minyaknya. Setidaknya, belasan kendaraan pencuri diamankan petugas Polsek Sungai Lilin, Musi Banyuasin, Sumsel adalah buktinya. Di Polsek Sungai Lilin, ada 13 truk yang berhasil diamankan petugas. Sebagian hanya truk biasa. Ada juga truk tangki. Oleh warga, kendaraan itu diberi berbagai tulisan seperti teroris Pertamina maupun maling minyak. \"Sebagian kendaraan sudah kami limpahkan ke polrestabes,\" ujar Bripka Mahrozi, kepala sentra pelayanan kepolisian terpadu (SPKT) Polsek Sungai Lilin.

 Belasan truk yang berada di Polsek Sungai Lilin itu adalah kendaraan yang diamankan petugas sepanjang tahun ini. Di luar jumlah itu, diduga masih banyak yang belum tertangkap.

 Kasus illegal tapping tak hanya merugikan Pertamina. Sebab, minyak di sepanjang Tempino\"Plaju itu sejatinya dikelola oleh sembilan perusahaan. Yaitu, Pertamina Ubep Jambi, Pertamina Ubep Ramba, PSC Motl, TAC BWP Meruap, TAC BPMS Jambi, TAC EMP Gelam, TAC Akar Golindo, TAC Babat Kukui Energy, dan KSO Geo Minergy Sei Lilin. Elnusa sendiri adalah operator pendistribusi minyak yang dikelola sembilan perusahaan tersebut.

 Akibat ratusan aksi pencurian sepanjang tahun ini (666 titik hingga 6 Oktober), besarnya kerugian Rp 213,4 miliar. Sejatinya kerugian itu tidak hanya ditanggung Pertamina semata, tapi juga delapan perusahaan lain. KSO Geo Minergy Sei Lilin, misalnya, rugi sekitar Rp 2 miliar gara-gara peristiwa ledakan pipa Pertamina di Banyu Lencir pekan lalu.

 Nilai kerugian yang ditanggung bergantung besarnya produksi minyak setiap perusahaan. Field Manager KSO Geo Minergy Sei Lilin Ridwan Harahap mengatakan, Mei\"September pihaknya kehilangan sekitar 8 persen dari total produksi minyaknya, atau sekitar 2.000 barel. \"Nilai kerugian atau share loss itu dibagi-bagi ke perusahaan yang mengelola minyak ini secara bersama-sama. Nilai kerugian ini masuk non routine budget (anggaran tidak rutin, Red),\" tuturnya. Ada juga perusahaan yang kehilangan minyak hingga 22 ribu barel.

 Setiap bulan, kata Ridwan, Pertamina merapatkan persoalan ini bersama para perusahaan yang digandengnya. Setiap tiga bulan juga meeting bersama BP Nonmigas untuk membahas kasus pencurian tersebut. Tapi, persoalan itu juga tidak teratasi. \"Masalah ini sudah terstruktur dan masif,\" ungkapnya

 Dugaan adanya keterlibatan aparat pun semakin kuat. Salah seorang sumber dari salah satu perusahaan yang mengelola minyak di sepanjang Tempino\"Plaju mengatakan, kasus itu melibatkan petinggi aparat keamanan. \"Ono wong gede (Ada orang besar, Red) di sini,\" sebutnya.

 Karena itu, menurut dia, langkah yang dilakukan pemerintah tidak tepat sasaran jika hanya menangkap maling-maling kecil. Maling besarnya, kata dia, harus dtangkap juga. Yaitu, oknum-oknum yang menjadi penadah minyak curian itu dalam skala besar.

 Sebab, menurut dia, minyak curian itu telah dikirim ke beberapa wilayah seperti Batam maupun Bangka Belitung. \"Kalau bukan orang besar, siapa yang bisa menyediakan kontainer-kontainer besar dan melalui berbagai perairan,\" ujarnya. Bahkan, minyak curian itu juga dikirim ke Tiongkok. \"Ada yang diekspor ke China,\" katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: