>

Penjarahan Terang-terangan di Depan Mata

Penjarahan Terang-terangan di Depan Mata

 KASUS pencurian minyak (Illegal tapping) di jalur Tempino\"Plaju atau Jambi\"Palembang terus meningkat sejak empat tahun terakhir. Pembiaran diduga menjadi faktor kuat terus meningkatnya kasus tersebut. Negara pun terus merugi.

 ------------------------------

 Ledakan pipa Pertamina yang menewaskan delapan orang di tepi Jalan Lintas Timur Palembang\"Jambi Km 203 Kampung Srimaju, Kelurahan Bayung Lencir, Kecamatan Bayung Lencir, Kabupaten Musi Banyuasin, pada Rabu lalu (3/10) menjadi salah satu puncak dari kejadian penjarahan minyak yang dilakukan sejumlah pihak.

 Kasus pencurian minyak (illegal tapping) di jalur Tempino\"Plaju sepanjang 265 km berlangsung sejak 2009. Namun, saat itu angka kejadiannya baru 12 kasus. Desa-desa yang menjadi sasaran pencurian ketika itu adalah Letang, Langkan, Babat (masing-masing dua kali kejadian), serta Sei Lilin, Sindang Marga, Lubuk Karet, Gajah Mati, Simpang Tungkal, dan Lubuk Lancang dengan sekali kejadian.

 Awalnya, menurut Supervisor Operations and Maintenance PT Elnusa Jambi Dadang Firdaus, pihaknya tidak menduga bahwa hilangnya sejumlah minyak itu disebabkan pencurian. Minyak yang hilang saat itu 7.734 barel (8 persen). Setiap bulan Elnusa menghitung jumlah kehilangan dengan menggunakan automatic temperature gravity. Normalnya, kehilangan (penyimpangan) yang terjadi hanya 0,5 persen dari total minyak yang disalurkan. \"Penyimpangan itu pun terjadi karena kesalahan baca saat dilakukan pengukuran,\" terangnya.

 Jumlah minyak yang hilang terus meningkat pada 2010 sehingga menimbulkan kecurigaan. Kasus pencurian minyak juga terus meningkat. Pada 2010 terdapat 131 titik kejadian, 2011 menjadi 420 titik, dan hingga 6 Oktober 2012 mencapai 666 titik.

 Lokasi pencurian sering terjadi di Kabupaten Musi Banyuasin (Sumatera Selatan). Dadang menyebut, tercapat ratusan titik pencurian di sepanjang Desa Banyu Lencir, Kecamatan Musi Banyuasin. \"Ada sekitar 300 titik,\" ujarnya. Pelakunya, pendatang dari luar yang diduga berasal dari daerah sekitar yang kemudian intens menjalankan aksinya. Pencurian itu kemudian diikuti warga setempat. \"Ada juga warga sekitar, tapi nggak banyak. Mereka mungkin hanya ikut-ikutan karena tergiur dengan apa yang bisa dihasilkan,\" bebernya.

 Berbagai modus digunakan dalam aksi pencurian minyak itu. Yang paling sering, sebut Dadang, ialah mengganti clamp pipa. Clamp diganti dengan clamp lain sehingga mudah dibuka. Lalu dipasang slang panjang, kemudian disalurkan ke mobil tangki yang sudah menunggu di dalam hutan. Ada juga yang melepas baut pengikat clamp atau menggergaji baut pengikat clamp yang sudah dilas.

 Selain cara itu, pencuri melubangi pipa di beberapa titik lokasi sehingga terjadi kebocoran. Namun, pencurian model ini hanya terjadi di beberapa titik. Modus itu kerap menyulitkan kepolisian melacak karena lokasi kebocoran cukup banyak, tapi minyak yang dicuri hanya di beberapa titik. \"Tapi, orangnya ya itu-itu saja. Gambarnya ada kok di rekaman video yang kami pasang di beberapa titik,\" ungkap Dadang.

 Peristiwa ledakan pipa yang mengakibatkan kebakaran tersebut mungkin saja merupakan puncak pencurian yang dilakukan secara masif. Pantauan Jawa Pos menyebutkan, Elnusa masih memperbaiki pipa yang meledak sepekan lalu. Di sekitar lokasi itu memang ditemukan kolam-kolam kecil sedalam 1\"1,5 meter yang menjadi penampungan minyak. Diperkirakan, jumlahnya 15\"20 kolam. Sebagian kolam itu kini sudah diuruk dan ditutup oleh pihak Elnusa. Tapi, ada juga kolam yang masih ada minyaknya sehingga harus menunggu kering sebelum diuruk dan ditutup.

 Pasca ledakan juga masih banyak masyarakat yang datang untuk melihat lokasi kejadian. Menurut Sri Sulastri, salah seorang pemilik warung di dekat lokasi kejadian, sekitar 40 orang yang terdiri atas laki-laki dan perempuan, juga anak-anak berada di sekitar lokasi sebelum kejadian. \"Saya nggak tahu apa yang mereka lakukan. Katanya, mengambil minyak di situ. Tapi, saya nggak mau tahu. Saya hanya pendatang di sini,\" ungkapnya. Sebagian di antara mereka akhirnya menjadi korban ledakan pipa.

 Sri mengatakan, di Kelurahan Banyu Lencir lebih banyak pendatang daripada penduduk asli. Para perantauan itu datang dari berbagai daerah. \"Ada kejadian (pencurian, Red). Tapi, kami pendatang, nggak mau tahu,\" ucap perempuan berusia 47 tahun itu

 Seorang warga mengatakan, puluhan orang datang ke Kelurahan Banyu Lencir dan mendirikan tenda atau semacam gubuk kecil di dalam hutan. Merekalah yang membuat kolam-kolam kecil untuk menampung minyak curian. Namun, para pendatang itu berdalih bahwa kegiatan yang mereka lakukan itu adalah berkebun karet. 

 Dari arah Jambi, sebelum Kelurahan Banyu Lencir \"di kampung batas Desa Sukajaya\", Jawa Pos menemukan lubang tanah di pinggir jalan sedalam 50 meter. Lubang itu dipasangi pipa paralon. Namun, menurut penduduk sekitar, minyak di lumbang itu belum sempat disedot.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: