Menyiasati Fluktuasi TBS Sawit

Menyiasati Fluktuasi TBS Sawit

Pendirian koperasi akan membuat petani mempunyai akses langsung ke perusahaan penerima TBS. Tidak lagi melalui “pembeli perantara”.

Sebenarnyalah, kebun untuk kesejahteraan rakyat. Maka, berbagai siasat untuk tetap memperkokoh ekonomi petani perlu terus dilakukan. Kuncinya terletak pada kemauan keras dan ikhtiar semua pihak; petani dan pemerintah.

Ketika harga TBS menunjukkan penurunan, saya ingin mengajak saudara-saudara saya; para petani sektor perkebunan untuk tidak apatis dengan keadaan. Ambil hikmah

untuk melakukan berbagai inovasi. Jangan berpangku tangan. Kita buktikan kepada masyarakat luar negeri, bahwa —walaupun CPO mereka yang menentukan harga, tapi untuk— kesejahteraan kita bukanlah tergantung kepada mereka. Kita, orang Indonesia, hidup di sebuah negeri yang teramat subur dan jaya. Banyak yang bisa dilakukan ketika fluktuasi

harga TBS kelapa sawit tidak menentu. Di antaranya penerapan pola diversifikasi pertanian, yakni usaha penganekaragaman jenis usaha atau tanaman pertanian untuk menghindari ketergantungan pada salah satu hasil pertanian.

Diversifikasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu memperbanyak jenis kegiatan pertanian dan memperbanyak jenis tanaman pada suatu lahan. Untuk memperbanyak jenis kegiatan pertanian, misalnya dengan mengintegrasikan tanaman perkebunan dengan ternak. Kelapa sawit bisa dintegrasikan dengan sapi, kambing, dan

domba. Hewan-hewan ternak itu bernilai ekonomis tinggi dan cepat berproduksi. Petani tidak perlu repot-repot terlalu banyak mencari rumput untuk pakan ternaknya, karena sudah tersedia daun-daun dan pelepah kelapa sawit yang tinggal dicacah untuk pakannya. Lalu, kotoran ternak pun merupakan pupuk organik terbaik guna meningkatkan kualitas hasil produksi perkebunan. Pola diversifikasi pertanian dimaksudkan agar petani tidak bergantung pada satu komoditas pertanian. Alhasil, jika pola diversifikasi

pertanian dapat diterapkan dengan baik, Insya Allah, petani kelapa sawit tidak akan didera kerisauan ketika harga TBS turun. Petani tetap akan menikmati pundi

ekonomi dari hasil komoditas pertanian lainnya. Meski demikian, semuanya tergantung kepada kemauan dan ikhtiar; apakah harus pasrah terhadap keadaan dengan berpangku tangan, ataukah melawan untuk membuktikan kemampuan. “Penjajahan” ekonomi oleh asing mesti kita hentikan. Dengan kemampuan sendiri dan ketangguhan para petani, kita memang tidak perlu terlalu bergantung “nasib” kepada luar negeri.

Saya ingin mengingatkan, agar para petani perkebunan, terutama komoditas kelapa sawit tidak terlena dengan fluktuasi harga. Ketika kini, kecenderungan harga TBS menunjukkan penurunan, tetaplah pelihara kebun dengan baik untuk menjaga kelanggengan kuantitas dan kualitas hasil produksi. Langkah demikian perlu dilakukan sebagai persiapan ketika nantinya, harga TBS sudah stabil dan normal, hasil produksi kebun tetap berkualitas bernilai tinggi. Dalam Surat Ar-Ra’du ayat 11, Allah Swt

berfirman, bahwa “Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sampai kaum itu sendiri yang mengubah nasib atau keadaan yang ada pada dirinya”. Oleh karena itu, dalam satu perpaduan semangat kebersamaan guna mewujudkan kesejahteraan

rakyat, maka kita; para petani komoditas ekspor di Indonesia, para petani sawit di Riau, akan mampu menghentikan “penjajahan” ekonomi lewat CPO, dengan membuktikan bahwa kesejahteraan petani Indonesia tidak terlalu bergantung kepada luar negeri. Man Jadda Wa-jada, begitu bunyi ungkapan Arab yang berarti siapapun yang bersungguh-sungguh pasti akan mendapatkan hasil. Kita, di Indonesia pun juga punya pepatah; “di mana ada kemauan, di situ pasti ada jalan”. Tegasnya, tidak ada yang sulitjika kita mau berusaha; dengan kerja keras,kerja cerdas, dan kerja ikhlas. Kita, jangan

menyerah!****

(Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Riau)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: