>

Keterangan Dirut Merpati-Anggota DPR Berbeda

Keterangan Dirut Merpati-Anggota DPR Berbeda

BK Mulai Konfrontasi Kasus BUMN

 JAKARTA - Badan Kehormatan (BK) DPR mulai mengonfrontasi keterangan Dirut PT Merpati Rudy Setyopurnomo dengan anggota Komisi XI DPR Sumaryoto. Namun, dari proses itu, BK mendapat keterangan berbeda yang disampaikan kedua pihak.

 \"Ada perbedaan dalam penjelasan tentang materi bahasan antara Pak Sumaryoto maupun Pak Rudi,\" ujar Ketua BK DPR Muhammad Prakosa setelah rapat yang mengagendakan konfrontasi di gedung parlemen kemarin (28/11).

 Dia tidak memerinci apa saja keterangan berbeda yang disampaikan Rudy maupun Sumaryoto. Namun, setidaknya BK mendapat kronologi data pendukung untuk dirangkai bersama. \"Itu nanti kami telaah untuk diambil satu kesimpulan dalam keputusan,\" ujar politikus PDIP tersebut.

 Namun, kata Prakosa, dalam keterangan yang disampaikan Rudy, kembali terjadi perubahan nama-nama yang dilaporkan. Prakosa mengaku terkejut karena nama yang disebut Rudy, yakni politikus Partai Amanat Nasional (PAN) Muhammad Hatta, ternyata juga keliru. Untuk kali kedua BUMN dalam hal ini telah mengubah laporan dugaan pelanggaran kode etik kepada BK DPR. \"Kami menyesalkan ketidakakuratan informasi ini, yakni pihak yang telah diduga melanggar,\" ujarnya.

 Terkait adanya pertemuan pada 1 Oktober, Sumaryoto menyatakan pertemuan itu sebenarnya terjadi pada 26 September. Tidak dijelaskan seperti apa pertemuan tersebut. Namun, Prakosa memastikan bahwa pertemuan itu dilakukan di luar kedinasan resmi. \"Kalau kita lihat, ada pertemuan di luar kedinasan, di luar tempat resmi. Itu patut diduga pelanggaran kode etik,\" tegasnya.

 Dari sejumlah pemeriksaan, lanjut Prakosa, keterangan yang disampaikan pelapor sebatas kesaksian-kesaksian. Sementara itu, ada sejumlah anggota dewan sebagai terlapor yang memberikan bukti-bukti tertulis.

 Setelah diperiksa, Rudy membenarkan bahwa dirinya mengklarifikasi laporan terkait nama-nama yang diduga memeras BUMN. \"Jadi, saya klarifikasi bahwa Pak Hatta tidak hadir waktu pertemuan 1 Oktober di ruang pimpinan,\" ungkapnya.

 Dia juga menyatakan meminta maaf atas kesalahan itu. Menurut dia, dirinya tidak berniat mencemarkan nama baik seseorang. \"Tidak ada yang menyuruh saya. Saya mohon maaf kepada Pak Hatta,\" ujarnya sambil berlalu.

 Sumaryoto saat dikonfirmasi mengungkapkan, pertemuan pada 26 September itu terjadi saat hari ulang tahun Merpati. Dia malam itu bertemu Dirut lama dan Rudy sebagai Dirut baru. \"Pak Rudy cerita kronologi saja sesuai yang dilaporkan BK, saya membuat alibi juga,\" katanya.

 Sumaryoto menolak disebut hadir pada pertemuan 1 Oktober. Pada 1 Oktober itu, dirinya mengaku bersama ketua BK berada di Semarang. Termasuk pada 8 Oktober, dia juga berada di Semarang. \"Itu berita bohong semua. Saya juga heran,\" tegasnya.

 Dia juga membantah pernah mengirim SMS yang diduga pemerasan sebagaimana dimaksud Rudy. Menurut dia, selama ini dirinya tidak pernah menelepon atau mengirim SMS kepada siapa pun terkait hal itu. \"Tidak ada buktinya,\" tegasnya.

 Selain konfrontasi, sebelumnya BK DPR memeriksa tiga anggota dewan yang diduga memeras. Linda Megawati, Saidi Butar Butar, dan Hatta memenuhi panggilan sebelum konfrontasi Rudy dan Sumaryoto. Ketiganya membantah adanya upaya pemerasan terhadap Dirut Merpati sebagaimana laporan Rudy dan Menteri BUMN Dahlan Iskan.

 Rencananya, hari ini (29/11) BK kembali melakukan konfrontasi. Dirut Merpati akan kembali dipanggil untuk dikonfrontasi dengan anggota dewan terlapor lainnya. Berbeda dari konfrontasi dengan Sumaryoto, proses itu terkait pertemuan para anggota dewan dengan pihak Merpati dalam waktu yang berbeda.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: