>

Paguyuban Pengaruhi Kemenangan

Paguyuban Pengaruhi Kemenangan

Pilwako 2013 Bersaing Ketat

JAMBI – Paguyuban dinilai merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemenangan pasangan kandidat walikota dan wakil walikota pada Pilwako 2013 mendatang.  Sedangkan basis wilayah tidak terlalu mempengaruhi.  Hal ini disampaikan oleh Pengamat Politik Jambi, Jafar Ahmad kepada harian ini kemarin. Karena menurutnya masyarakat Kota Jambi ini heterogen.

“Kalau di Kota, keterwakilan wilayah tidak terlalu mempengaruhi. Justru yang mempengaruhi adalah paguyuban atau komunitas masyarakat,” ujarnya.

Dijelaskannya, di Kota Jambi terdapat masyarakat yang berasal dari banyak daerah atau etnis. Misalnya ada etnis Jawa, Padang, Batak, serta pendatang dari setiap kabupaten/kota yang ada di Provinsi Jambi.

“Komunikasi antar etnis ini kuat sekali, karena komunikasinya lebih sering.  Itu yang bisa dimainkan untuk mendukung calon tertentu, pemilih kita ini pemilih tradisional, ia akan lebih kuat kepada hubungan suku, hubungan keluarga atau etnisnya,” jelasnya.

Menurutnya hal ini yang membedakan pemilih di kota dengan di desa. Kalau di desa keterwakilan wilayah sangat mempengaruhi dan ini dianggap mewakili kelompok masyarakat mereka.

“Di Kota tidak demikian, basis wilayah kecil sekali pengaruhnya. Orang Telanaipura belum tentu mendukung kandidat dari Telanaipura, lain halnya dengan di Desa,” tukasnya.

Meski seperti di Kota Jambi, di Kecamatan Kota Baru mempunyai mata pilih terbesar dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan lainnya, namun pengarus suatu etnis lebih dominan.

“Jadi kandidat harus intens melakukan komunikasi dengan paguyuban-paguyuban ini. Misalnya ada komunitas masyarakat Jawa, atau komunitas masyarakat di Jambi sendiri, seperti dari paguyuban masyarakat Kerinci, Bangko, Bungo dan daerah lainnya. Bahkan di Kota ada juga komunitas di luar wilayah, seperti komunitas mobil, motor dan lainnya,” tandasnya.

Sementara itu, Pengamat Politik Jambi lainnya, Ivan Fauzani menyatakan, yang lebih mempengaruhi perolehan suara kandidat yakni figure kandidat itu sendiri.

“Masyarakat akan melihat figure yang dianggap cakap dan layak untuk memimpin Kota Jambi. Masyarakat akan melihat track record kandidat, pengalamannya, visi misinya dan juga parpol pendukung,” tuturnya.

Karena menurutnya, pemilih di Indonesia ini tergolong pemilih tradisional termasuk juga dalam berpolitik. Meski di Kota Jambi ada suatu daerah yang mempunyai mata pilih yang banyak, namun basis wilayah tidak mempengaruhi. Tetapi yang diinginkan masyarakat itu lebih kepada pemimpin yang berani.

“Calon harus berani apa yang akan mereka buat, misalnya dalam tahun pertama apa targetnya, jika tidak tercapai apa konsukuensinya. Masyarakat tidak ingin yang muluk-muluk,” ujarnya.

Namun ia juga tidak menampik dalam pesta demokrasi, paguyuban atau komunitas suatu masyarakat bisa mempengaruhi perolehan suara kandidat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: