Literasi dan Peradaban Kita
Menyadari hal itu, sudah waktunya, keterpurukan bangsa harus diakhiri dengan jalan memaknai realita yang tengah terjadi berikut solusinya. Salah satunya dengan jalan membaca dan menulis. Dan kunci utama dari menulis adalah membaca. Sosok sekaliber Nabi Muhammad (saw) yang oleh Michael Heart diletakkan pada urutan pertama pada buku Seratus Tokoh Dunia, saat diangkat menjadi seoarang Rasul mendapat perintah pertama, Membaca.
Lima belas Abad perintah itu tidak akan lekang oleh waktu dan budaya. Budaya membaca harus senantiasa digalakkan di sekitar kita. Jangan manjakan akal tanpa pernah menyentuh ranah berpikir. Dengan membaca kian menambah daya intelektual kita. Dapat menghibur hati yang sedang luka, dan mampu melatih diri untuk dapat menulis setiap hari. Karena jika aktivitas baca tanpa kita tuangkan dalam tulisan, laksana berjalan dengan satu kaki. Sebab, ilmu yang diperoleh dari membaca tidak akan terikat tanpa tulisan (baca : aktivitas menulis).
Apabila kita mampu mengawinkan aktivitas baca – tulis dalam keseharian kita, maka kita akan mampu merasakan orgasme intelektual kita. Satu kenikmatan ilmu pengetahuan yang tidak akan mampu dirasakan oleh orang lain yang tidak pernah menyelaraskan aktivitas tersebut dalam kehidupannya.
Oleh karena itu, peringatan hari aksara 8 September 2013 ini kita jadikan momentum untuk membangun budaya literasi (baca – tulis) generasi muda kita, agar mampu membawa dan menciptakan perubahan dan membangun peradaban bangsa Indonesia yang lebih bermartabat, maju dan berdaya saing di era Globalisasi.
Wassalam
( Penulis adalah Wakil Direktur FiSTaC. Pendiri dan Mantan Wakil Direktur Pondok Belajar al – Kalam Jambi. Anggota PELANTA (NIA. 20130729) )
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: