>

Semangat Sumpah Pemuda dan Masa Depan Bangsa Indonesia

Semangat Sumpah Pemuda dan Masa Depan Bangsa Indonesia

Kalau kita mau dan berani jujur terhadap sejarah, sebenarnya Bung Karno bukan hanya telah memprediksi situasi dan kondisi ancaman masa depan yang akan menimpa nasib bangsanya pada tahun 1930 itu. Tetapi beliau juga telah menyiapkan konsepsi-konsepsinya untuk menghadapi ancaman dan bahaya neokolonialisme dan neoimperialisme itu.  

Oleh karena itu, beliau telah menyampaikan konsepsinya itu dalam pidatonya, pada peringatan kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1964 di Istana Negara. Bung Karno telah menawarkan satu konsepsi untuk melawan bahaya neokolonialisme dan neoimperialisme itu. Konsepsi itu yang saat ini kita  kenal dengan ajaran TRISAKTI Bung Karno, yaitu kita harus berdaulat di bidang politik, kita harus berdikari atau berdiri di atas kaki sendiri dalam membangun kekuatan ekonomi bangsa dan kita juga harus mengembangkan kebudayaan nasional yang sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia sendiri.

Berangkat dari perspektif pemikiran dan deskripsi situasi dan kondisi kekinian itulah, saya menilai momentum memperingati Sumpah Pemuda ini mempunyai makna yang sangat penting dan strategis. Sebagai sebuah bangsa yang besar, kita harus jadikan momentum ini sebagai sarana instropeksi dan retrospeksi diri sekaligus untuk dapat memproyeksikan agenda penyelamatan masa depan bangsa dan negara Indonesia ke arah yang lebih baik lagi.

Semangat patriotisme, nasionalisme dan kesadaran serta pemahaman akan tantangan yang dihadapi bangsa saat ini serta strategi problem solving-nya tidak boleh menurun apalagi kalah dari apa yang telah ditunjukan oleh generasi muda bangsa angkatan 1928 lalu. Kita tidak boleh keliru mempersepsikan tantangan nyata yang dihadapi bangsa kita hari ini. Kita juga tidak boleh lagi terjebak oleh berbagai upaya provokasi politik adu domba yang dijalankan oleh siapapun yang akan memecah belah persaudaraan kebangsan kita dan akan menggoyahkan persatuan nasional kita.

Tujuan perjuangan yang kita laksanakan pada bidang pengabdian kita masing-masing juga haruslah kita letakan pada upaya mencapai cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia sebagaimana yang telah dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945 dan bukan untuk tujuan-tujuan lainnya.

Kita harus punya komitmen yang kuat untuk memperkukuh kembali rasa dan semangat persaudaraan kebangsaan kita di atas prinsip-prinsip empat pilar kehidupan berbangsa yang telah menjadi konsensus nasional bangsa Indonesia. Prinsip-prinsip itu adalah nilai-nilai Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara, UUD NRI 1945 sebagai konsitusi negara, NKRI sebagai bentuk negara yang final dan harus kita jaga keutuhannya serta Bhinneka Tunggal Ika sebagai sistem sosial dan semboyan bangsa Indonesia.  

Presiden Pertama RI, Bung Karno pada saat peringatan hari kemerderkaan Republik Indonesia 17 Agustus 1966 di Istana Negara. Bung Karno mengatakan dan mengingatkan kita semua agar ”jangan sekali-kali kita meninggalkan sejarah”. 

Marilah kita jadikan pesan Bung Karno kepada kita semua itu sebagai pedoman dalam mengisi alam kemerdekaan yang telah diperjuangkan oleh para Pendiri Bangsa kita. Tidak ada bangsa yang besar yang tidak bertumpu pada kebesaran sejarah bangsanya masing-masing. Marilah, kita semua generasi muda bangsa, mau dan bersedia menjadi perkakasnya sejarah, untuk membangun peradaban bangsa dan dunia yang lebih baik lagi demi masa depan anak cucu kita dikemudian hari.

               

Bally Shada

Wakil Sekretaris DPD. KNPI Provinsi Jambi dan

Wakil Sekretaris PW. ISNU Provinsi Jambi  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: