Kecewa, tuntut hak kaum difabel

Kecewa, tuntut hak kaum difabel

Karena itu, dirinya mengaku kecewa atas pembatalan itu. Namun,  kekecewaannya itu tak akan sampai menghapus tekad bulat dirinya untuk tetap bisa memanjat Monas. Walaupun, inti pesan dari aksi ini sebenarnya lebih pada gerakan moral pentingnya memperhatikan kaum penyandang cacat ini. \"Saya sendiri siap dan telah melakukan latihan seperti biasa dan mendaki gunung juga bersepeda,\" paparnya tersenyum kemarin.   

\"Terutama, buat pemerintah melalui aneka kebijakannya yang ramah dan pro kepada kaum difabel. Sudah lama kami merindukan  kebijakan pemerintah yang memberi ruang yang ramah kepada kami seperti di negera-negara maju. Misalnya, adanya tempat khusus buat para difabel ini di pusat pertokoan, jalan umum, transportasi umum dan lain-lain,\" katanya.

Terpisah, Novriantoni Kahar dari Yayasan Denny JA untuk Indonesia Tanpa Diskriminasi (ITD) mengaku sengaja datang untuk mendukung penuh aksi yang dilakukan Sabar Gorky dan kawan-kawan. Ditunda karena masalah teknis dan segera bulan ini. \"Sabar ini mencerminkan kaum yang didiskriminasi, orang itu bisa berprestasi memiliki semangat tak pernah menyerah,\" tambahnya.

Secara teknik Sabar Gorky tidak perlu diragukan lagi dan salah satu juara pemanjat di Tahun 2009 lalu, di ASEAN pun cukup dikenal. Tak sedikit para pengunjung Monas yang datang ingin berfoto bersama pemanjat yang memiliki kepala plontos tersebut.

Teguh Santosa, promotor aksi panjat Monas mengatakan, pembatalan pemanjatan Monas tersebut dengan alasan agar lebih aman dan nyaman. Pihak promotor sendiri baru mendapat kabar dari unit terkait kalau kegiatan tersebut diundur, Sabtu (7/12) tengah malam, dan rencananya kegiatan itu baru akan dilakukan minggu depan. \"Jadi diundur, agar pelaksanaannya lebih aman dan nyaman saja. Dan rencananya akan kami lakukan minggu depan,\" tandasnya. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: