Buka Klinik Kopi untuk Ajari Pengunjung Menikmati
Importer dari Australia itu kemudian melatih Pepeng secara khusus selama sebulan. Mulai bagaimana memilih biji kopi, cara memetik yang benar, hingga mengolahnya jadi minuman.
Dari situ Pepeng belajar banyak mengenai jenis-jenis kopi. Terutama kopi arabica dan robusta yang banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia. Tanaman kopi robusta bisa tumbuh di daerah dengan ketinggian 400 meter di atas permukaan laut. Hanya, kelemahannya, taste kopi jenis ini kurang kuat. Bagi penggemar kopi, jenis kopi ini dinilai bukan \"kopi sebenarnya\".
Sedangkan kopi arabica dianggap kopi sesungguhnya. Kopi jenis ini baru bisa tumbuh di daerah dengan ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut. Variannya sangat banyak. Karena itulah, harganya menjadi mahal.
Dengan serius Pepeng belajar menjadi seorang cupper yang mendalami pengetahuan mengenai kualitas biji kopi. Salah satu metodenya adalah mengetahui tekstur rasa setiap kopi. Karena itu, dia harus berlatih dengan mencicipi 50\"80 cup kopi setiap hari. Cara itu dilakukan untuk mengetahui di rongga sebelah mana rasa pahit atau asam kopi muncul.
Kelar belajar, Pepeng tidak langsung praktik dengan membuka usaha kedai warung. Dia lebih memilih menjadi private brewing (tukang bikin kopi privat yang dipanggil bila ada pesta-pesta, Red). \"Sebab, saat itu saya masih bekerja di perusahaan ekspor furnitur itu,\" tambahnya.
Saat berkeliling Indonesia tersebut, Pepeng menyempatkan untuk mengunjungi perkebunan-perkebunan kopi sekaligus mengedukasi para petani kopi. \"Semua kopi ini saya beli langsung dari petani. Tentu, petani yang sudah saya beri standar bagaimana menanam kopi yang benar memetiknya dengan baik hingga roasting-nya,\" tambahnya.
Selain itu, dengan membeli langsung ke petani, kedua pihak saling diuntungkan. Petani dapat harga lebih mahal, sedangkan Pepeng memperoleh harga lebih murah. Bila ke tengkulak dihargai Rp 20 ribu/kg, Pepeng berani memberi harga Rp 25 ribu/kg.
\"Sebab, saya memotong jalur distribusi. Selain itu, dengan berhubungan langsung, saya bisa menjadi quality control-nya,\" paparnya.
Setelah modal kopinya dirasa cukup, Pepeng akhirnya memberanikan diri membuka klinik kopi di kompleks kampus itu, empat bulan silam. Tak butuh waktu lama, klinik kopi Pepeng menjadi jujukan para penggemar kopi. Padahal, dia tidak membuat promo secara khusus lewat iklan di media.
\"Promonya dari mulut ke mulut pelanggan. Juga, lewat media sosial seperti Twitter. Sekarang pelanggan saya bukan hanya orang sini, tapi juga para ekspatriat dari berbagai negara yang ingin menikmati kopi yang benar-benar kopi,\" paparnya.
Yang tidak kalah menarik, kedai kopi itu didesain tanpa AC dan tidak boleh ada asap rokok. Alasannya, AC dan asap rokok merusak aroma kopi. Karena itu, dia dengan tegas melarang pelanggannya menikmati kopi dengan mengisap rokok.
\"Gula juga tidak saya sediakan. Selain karena alasan kesehatan, gula akan merusak rasa kopi itu,\" tambahnya.
Pepeng juga tidak menyediakan daftar menu. Setiap pengunjung akan dibuatkan kopi secara custom sesuai selera masing-masing. Pengunjung pun harus antre di deretan kursi di depan meja kerja Pepeng menunggu racikan kopinya selesai dibuat. Persis di klinik pengobatan menunggu giliran diperiksa dokter.
Karena itu, ketika pengunjung ramai, pelanggan yang datang terakhir harus mau menunggu giliran. Tapi, berada di klinik kopi Pepeng dijamin tidak akan membosankan. Pelanggan bisa menyaksikan Pepeng mengolah kopi dan mendengarkan ceritanya tentang kopi yang dibuat. Kalau jenuh di dalam klinik, pengunjung bisa memilih duduk-duduk di luar ruangan sambil menikmati segarnya hawa di hutan pohon jati itu.
\"Di tempat saya tidak ada kopi yang terbaik. Yang ada adalah selera,\" ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: