Digoyang Gelombang, Opor Tumpah, Makan Malam pun Tertunda

 Digoyang Gelombang, Opor Tumpah, Makan Malam pun Tertunda

 Kapal meninggalkan Yoar pukul 17.00 dalam kondisi hujan yang semakin deras disertai angin kencang. Tak ayal, kapal pun bergoyang ke kanan dan ke kiri. Saya yang semula berada di dek bawah terpaksa naik ke atas. Gelombang laut sore itu benar-benar membikin perut saya mual. Kalau tetap berada di bawah, bisa-bisa saya mabuk dan muntah.

 Saya lalu bergabung dengan teman-teman di ruang makan. Untuk melupakan goyangan kapal yang dahsyat, kami nonton film The Lone Ranger lewat DVD player. Awalnya kami bisa tertawa terpingkal-pingkal. Tapi, lama-kelamaan, satu per satu beringsut dari ruangan. Ada yang tidur, ada yang naik ke atas. Sebab, goyangan kapal semakin kuat. Saya dan Yero memilih duduk sambil makan buah langsat oleh-oleh warga Kampung Yaor. Rasa asam buah tersebut ternyata bisa menetralisasi rasa mual di perut.

 Koki Anto terlihat masih sibuk mondar-mandir. Meski kondisi kapal sedang goyang \"disco\", dia harus tetap menyiapkan makan malam untuk kami. Jadwal makan malam pukul 19.00. Karena itu, dia mesti mulai memasak dua jam sebelumnya. Dia tidak ingin jadwal makan molor. Koki Anto memang sangat menghargai waktu.

 Kru ABK Gurano Bintang sudah menganggap kapal itu sebagai rumah. \"Lagi bersandar pun saya tetap tinggal di kapal. Ke daratnya kalau pas mau beli pulsa,\" kata Anto saat kami menunggu anak-anak Yaor datang.

 Beny Ahadian Noor, project manager WWF, menyatakan, kerja para kru ABK tidaklah mudah. \"Berat bekerja di wilayah dengan tantangan medan dan alam seperti ini. Tidak banyak yang mau,\" ucapnya.

 Karena itu, mereka yang telah menjadi kru Gurano Bintang adalah orang-orang kuat. Mereka memiliki motivasi dan semangat serta dedikasi tinggi untuk pelestarian lingkungan. Itulah yang membuat mereka enjoy dan happy di segala kondisi.

 \"Tim ini sangat fleksibel. Melekat ke mana pun kapal ini pergi. Para kru ABK juga bagian dari tim fasilitator PLH (pendidikan lingkungan hidup),\" jelasnya.

 Tidak hanya mengendalikan kapal, mereka juga memiliki pengetahuan dan keterampilan sebagai fasilitator. \"Mereka ini kru plus-plus,\" tuturnya.

 Tiba-tiba Anto terlihat sibuk bolak-balik dari arah dapur. Dia lalu keluar lagi mengangkat kompor minyak. Kami bingung melihat tingkahnya.

 \"Opornya tumpah semua,\" teriaknya panik. Rupanya, wajan berisi opor ayam yang dia letakkan di atas kompor minyak tumpah gara-gara gelombang besar yang menggoyang kapal. Kuahnya masuk ke dalam kompor. Daging ayam yang sudah empuk pun berserakan di lantai dapur. Hanya tersisa beberapa potong di wajan. Beberapa kru lalu membantu Anto membersihkan dapur.

 Meski begitu, kepanikan di wajah Anto belum hilang. Dia masih terlihat bingung. Sudah hampir pukul 7 malam makanan belum siap. Padahal, penyiapan makanan menjadi tanggung jawabnya.

 \"Makan malamnya telat. Jadi, jangan marah-marah nanti, ya,\" kata Anto kepada kami. Untuk mengobati kepanikan, Anto lalu memainkan musik dari MP3 player-nya. Player itu disambungkan ke loudspeaker. Dia memainkan lagu Stronger milik Kelly Clarkson.

 Anto lalu duduk terdiam sambil mendengarkan lagu itu. Saya dan Yero tertawa terpingkal-pingkal melihat Anto yang meratapi \"cobaan\" di dapur tersebut. Mungkin dia sedang memotivasi diri supaya kuat sehingga perlu mendengarkan lagu Stronger.

 Tawa saya dan Yero semakin keras mendengar celetukan Anto. \"Ini semua gara-gara lagu Spanyol itu. Le mar estaba serena, laut itu sungguh tenang. Tenang apanya\" Laut ini sungguh tidak tenang. Opor ayam saja tumpah. Besok lagi tidak usah kau ajarkan anak-anak menyanyi lagu itu. Lautnya nanti malah jadi tidak tenang lagi,\" kata Anto.

 Malam itu kapal kami tiba di Kwatisore sekitar pukul 20.00. Menu makan malam yang disiapkan Anto berubah jadi mi goreng dan ikan goreng. Dia memilih makanan yang praktis dan cepat memasaknya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: