Kisah-Kisah Menarik di Balik Layar Film Sepatu Dahlan (2)
Bu Guru Kaget Peserta Casting Mendadak Rebonding
Tidak ada lagi bumbu pecel pedas plus rempeyek udang dan perkedel di meja makan Sri Handajati dalam beberapa bulan terakhir. Padahal, itu adalah menu favorit sang suami, Beni Setia. Sebagai ganti, pecel berbungkus daun pisang yang dijual mbok tua ujung gang menjadi menu pembuka hari keluarga itu.
Handa \"sapaan Sri Handajati\" memang sedang sibuk mengurus keperluan para muridnya yang terlibat dalam pembuatan film Sepatu Dahlan. Dalam sebulan, dia bisa tiga minggu berada di kota lain untuk syuting. Untungnya, suami yang seorang seniman dan penulis itu memahami betul kondisi tersebut.
\"Giliran saya sudah di rumah, suami malah melarang untuk banyak beraktivitas. Katanya biar ndak capek. Jadi, ya belum keturutan buatkan pecel lagi,\" cerita Handa pada Selasa (8/4).
Pada masa mudanya, Handa merupakan aktivis teater yang kerap naik panggung di kota kelahirannya, Surabaya. Menjadi guru PNS tidak mematahkan semangatnya untuk terus aktif dalam dunia seni peran. Hanya, kini dia lebih banyak mengajari akting ketimbang berakting sendiri. Dari situlah jalan murid-muridnya bermain dalam Sepatu Dahlan terbuka.
Tim casting mulanya mencari pemain anak-anak di sekitar Madiun. Beberapa kali datang ke sekolah-sekolah setempat, mereka tidak juga menemukan sosok yang pas. Hingga mereka mendapat rekomendasi untuk menemui Handa yang sudah terkenal sering mengantarkan sekolahnya meraih prestasi berkat teater.
Di antara 62 murid yang ikut casting, 31 anak lolos. Dua di antaranya bahkan mendapat scene lumayan banyak. Yaitu, Sarono Gayuh Wilujeng (berperan sebagai Kadir) dan Putri Ageng Nuraini (Komariah). Akting dua anak itu dipuji banyak orang, termasuk Menteri BUMN Dahlan Iskan, yang menonton pada gala premiere film di Surabaya pada Sabtu (5/4).
\"Luar biasa. Saya tidak menyangka anak-anak ini dari Madiun. Akting mereka bagus,\" puji Dahlan ketika itu.
Handa selalu menemani para muridnya tersebut sejak casting pada November 2013, masa produksi, hingga sesi promosi saat ini. Banyak cerita menarik yang dirasakan ibu tiga anak tersebut. Mulai dikomplain orang tua yang anaknya tidak lolos casting hingga harus merasa deg-degan karena tertinggal pesawat.
Cerita pertama datang ketika syuting film sudah dilakukan. Saat itu ketika mereka baru pulang syuting di Kediri, telepon genggam Handa berbunyi. Belum sempat mengucapkan salam, suara di seberang sudah bernada protes. \"Kenapa anak saya tidak lolos\" Memangnya tidak bagus?\" ungkapnya mengulang percakapan malam itu.
Setelah menenangkan, barulah Handa tahu bahwa yang menelepon tersebut adalah orang tua salah seorang murid yang tidak lolos casting. Mengapa sampai marah begitu\" Menurut Handa, ada penyebabnya. \"Sejak awal kru meminta saya mencari gadis lugu berambut lurus untuk karakter Komariah,\" cerita dia.
Komariah adalah salah seorang teman kecil Dahlan. Si anak tersebut mencoba daftar ikut casting. Handa dengan terpaksa menolak. \"Maaf Nak, kamu nggak bisa ikut karena tidak sesuai dengan yang diminta. Rambutmu keriting,\" katanya.
Handa tidak menyadari bahwa ucapannya itu ditanggapi berbeda oleh murid tersebut. Selang dua hari kemudian, si anak itu kembali menghadap Handa. Tapi, kali ini penampilannya sudah beda. Rambut keritingnya hilang. Dia sudah rebonding!
\"Saya kaget setengah mati. Lha kok rambutnya jadi lurus begini\" Namun, agar tidak mengecewakan, saya tetap ikutkan dia menghadap kru. Tapi, ya ternyata memang tidak cocok. Jadi, ya ndak dipakai,\" ujar perempuan yang sudah 32 tahun mengabdi sebagai guru itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: