Istirahat dari Panggung
JAKARTA - Kiprah Happy Salma di dunia teater memasuki tahun kedelapan. Perempuan yang mengawali karir dari dunia modeling itu kali pertama bermain pada 2006 dalam pementasan berjudul Nyai Ontosoroh. Sepanjang karir itu, Happy menyatakan Monolog Inggit merupakan yang paling sukses karena dipertontonkan berkali-kali.
Happy kembali akan mengulangnya pada 10 Mei mendatang. Pertunjukan ke-13 itu bisa disebut istimewa karena Happy menjadikannya sebagai panggung terakhir sebelum istirahat. \"Tiga tahun ini saya sudah banyak di panggung. Mau rehat aja dulu. Pasti nanti saya melakukannya lagi. Tapi, entah kapan. Untuk saya, Teater Jakarta adalah akhir yang paling romantis,\" tutur Happy di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta Pusat, kemarin (5/5).
Istri Tjokorda Bagus Dwi Santana Kertayasa itu mengungkapkan, pertunjukan 10 Mei mendatang menjadi tanda puncak karirnya di dunia teater. Bagaimanapun, dia merasa perlu mengakhiri perjalanan karir sampai di sini. Happy ingin lebih berfokus pada kehidupan pribadi. Menjalankan bisnis perhiasan yang baru dirintis sekaligus mengurus rumah tangga.
Keputusan mundur dari dunia teater adalah inisiatif Happy sendiri. Tidak ada larangan dari sang suami untuk berkarya di atas panggung. Bagi perempuan asal Sukabumi itu, suaminya justru banyak membantu jika proyeknya terkendala dana. \"Suami saya tidak pernah melarang. Setiap ada acara apa pun, saya selalu berdiskusi dengan suami. Dia adalah bank andalan kalau dana sponsor belum turun,\" ujarnya.
Perempuan kelahiran 4 Januari 1980 itu mengaku masih mencintai dunia teater. Dia betah karena adanya suasana guyub yang tercipta antar pemain dalam sebuah pementasan. \"Saya memang ingin mengakhiri perjalanan ini ketika belum bosan,\" tegasnya.
Saat vakum dalam waktu yang belum ditentukan itu, Happy memiliki beberapa rencana. Termasuk, ingin sekolah menulis di Australia. Bagi dia, menulis bukan hal baru. Beberapa buku telah dihasilkan. Happy juga sedang menyelesaikan sebuah buku yang sekarang masuk tahap editing. Dia bekerja sama dengan penerbit dan editor di AS agar bukunya bisa dirilis di Negeri Paman Sam itu.
\"Ini bukunya kan tentang seni murni dan perhiasan. Jadi, ada sejarah-sejarah yang harus dicomot. Judulnya The Warior Daughter . Menceritakan seorang perajin perak di Bali yang memperjuangkan budaya Indonesia yang telah dipatenkan secara sembarangan oleh orang luar sana,\" tegasnya.
(yas/c5)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: