>

SD Tak Sampai Tiga Tahun, Kini Sudah Kelas II SMA

 SD Tak Sampai Tiga Tahun, Kini Sudah Kelas II SMA

Cendikiawan Suryaatmadja, Bocah Genius Binaan Universitas Surya

  Universitas Surya Jakarta yang didirikan Prof Yohanes Surya berencana membuat sekolah khusus bocah genius. Sebagai langkah awal, kampus tersebut membina dua bocah genius ber-IQ \"tidak normal\". Salah satunya Cendikiawan Suryaatmadja, bocah 10 tahun dengan IQ 189.

  BAYU PUTRA, Tangerang

 WAJAH polos khas bocah membuat Diki, panggilan akrab Cendikiawan Suryaatmadja, sekilas tidak berbeda dengan bocah 10 tahun pada umumnya. Saat ditemui di ruangan rektor Universitas Surya kemarin (19/5), dia sedang mempelajari materi soal mengenai mekanika dan fluida di bawah bimbingan langsung Prof Yohanes Surya.

 Tetap dengan gestur bocah, Diki dengan serius memperhatikan penjelasan Prof Yohanes mengenai hitung-hitungan gaya dan beban katrol. Diskusi tersebut berlangsung singkat, tidak sampai 5 menit. Setelah Yohanes memberikan penjelasan singkat dengan sesekali disela pertanyaan oleh Diki, bocah itu langsung mengembangkan rumus-rumus tersebut. Tidak sampai semenit, dia telah menyelesaikan satu soal setingkat SMA.

 Yohanes lalu memberi Diki tugas menyelesaikan sejumlah soal di buku itu. Saat mengecek hasilnya, Yohanes pun tersenyum senang. \"Dia mengembangkan persamaan sendiri untuk soal ini. Bahkan, saya tidak mempelajarinya saat kuliah,\" ujar Yohanes sambil menunjukkan hasil penjabaran rumus yang dilakukan Diki.

 Diki memang berbeda dengan bocah umumnya. Pada usianya yang menjelang 10 tahun, gaya bicaranya sudah cukup matang layaknya orang dewasa. Dia mampu menjelaskan berbagai hal mengenai matematika dan fisika di level yang dikuasai. Misalnya, integral first order untuk matematika dan gerak rotasi untuk fisika.

 Bocah ingusan itu menuturkan, kemampuannya yang berbeda tersebut terlihat sejak dirinya masih bayi. Pada usia 6 bulan, Diki mengaku sudah bisa berbicara. Bahkan, dia mulai belajar membaca pada usia setahun. Pada ulang tahun kedua, Diki sudah lancar membaca. \"Pada usia 2 tahun, saya masuk playgroup,\" tuturnya.

 Pada usia yang sama, dia mulai belajar berhitung di bagian pertambahan. Beberapa bulan kemudian, dia belajar pengurangan. Pada usia 3 tahun, saat mulai bisa menulis, Diki pun mempelajari perkalian yang dilanjutkan dengan pembagian. Ketertarikan itu berawal saat Diki membuka-buka buku milik kakak perempuannya yang sudah masuk sekolah dasar.

 Bocah kelahiran 1 Juli 2004 itu mengungkapkan, dirinya juga selalu penasaran terhadap segala sesuatu yang mengandung pengetahuan. Karena itu, Diki selalu bertanya kepada sang ayah tentang berbagai hal. Mengapa buah bisa jatuh, mengapa pohon bergoyang saat ada angin, dan berbagai hal lainnya.

 Kecerdasan Diki yang tidak biasa itu pun mendapat perhatian serius dari orang tuanya (dengan alasan tertentu, Diki meminta identitas orang tuanya tidak dikorankan, Red). Pada umur 6 tahun, dia disekolahkan di SD. Namun, dia hanya sebentar menjalani pendidikan dasar tersebut. Dari kelas I SD, dia loncat ke kelas III. Sempat naik ke kelas IV, tapi kemudian orang tuanya memindahkan Diki ke Singapura untuk \"menyalurkan\" kecerdasannya. Di negeri tetangga itu, dia bersekolah selama 6 bulan. \"Sekarang saya SMA,\" ujarnya.

 Diki dipertemukan dengan Prof Yohanes tidak lama setelah ulang tahunnya yang kedelapan. Melihat kegeniusannya, Yohanes memutuskan untuk menggembleng Diki guna meningkatkan kemampuannya di bidang sains, khususnya fisika. Tidak jarang Yohanes turun tangan sendiri membimbing Diki.

 Kegeniusan itu dibuktikan Diki dengan cara menyerap setiap materi pelajaran. \"Materi kelas I SMA saya serap dalam waktu tiga minggu,\" jelasnya. Untuk materi kelas II SMA, saat ini dia baru separo jalan dan perlu dua pekan untuk menguasai materi-materi tersebut.

 Tapi, menjadi anak genius tidak selamanya menyenangkan. Diki menuturkan, dirinya harus rela hanya memiliki sedikit teman bermain. Biasanya, dia memilih pasif dan menunggu teman-teman sebayanya mengajak bermain. Jika tidak, dia akan menyibukkan diri dengan menonton televisi atau main game.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: