Pilgub, Mesin Politik Partai Diuji
Demokrat Kuasai 4 Kabupaten, PAN Bertahta di Dua Daerah
JAMBI – Jika berkaca kepada hasil Pemilihan Legislatif (Pileg), peta pertarungan politik pemilihan Gubernur (Pilgub) sudah terbaca. Basis daerah-daerah yang dikuasai partai pengusung Calon Gubernur (Cagub) sudah bisa diidentifikasi. Demokrat yang notebene pengusung calon incumbet Hasan Basri Agus (HBA) menguasai empat daerah. Sedangkan PAN pengusung Cagub Zumi Zola menguasai dua daerah.
Berdasarkan hasil Pileg, Demokrat berhasil unggul di Kota Jambi dengan memperoleh 8 suara dari 45 kursi yang ada. Sedangkan PAN 5 kursi, Gerindra 5 kursi, PPP 4 kursi, Golkar 4 kursi, PKS 1 kursi, PBB 1 kursi, NasDem 1 kursi, PKB 4 kursi, PDIP 6 kursi, Hanura 5 kursi dan PKPI 1 kursi.
Di Muarojambi, Demokrat juga memenang tampuk kepemimpinan di parlemen dengan 8 kursi dari total 35 kursi. PAN 5 kursi, Gerindra 3 kursi, PPP 2 kursi, Golkar 6 kursi, PKS 2 kursi, PDIP 4 kursi, PKB 3 kursi, , Hanura 1 kursi, dan Nasdem 1 kursi.
Demikian juga halnya di Bungo, dari 35 kursi di dewan Demokrat mendapatkan jatah terbanyak yakni 6 kursi. PAN hanya 3 kursi, Gerindra 3 kursi, PPP 2 kursi, Golkar 5 kursi, , PKS 3 kursi, PBB 1 kursi, Hanura 4 kursi, PDIP 3 kursi, NasDem 2 kursi, PKB 2 kursi, dan PKPI 1 kursi.
Termasuk di Sungaipenuh, Demokrat berhasil menduduki 5 kursi dari tola 25 kursi yang ada. PAN 3 kursi, Gerindra 3 kursi, PPP 2 kursi, Golkar 2 kursi, PKS 2 kursi, PDIP 3 kursi, Hanura 3 kursi, NasDem 1 kursi, PKB 1 kursi.
Lain halnya di Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim), tak tanggung-tanggung, PAN mempunyai separoh kursi di dewan yaitu 15 dari 30 kursi. Di sini Demokrat hanya mampu mendapatkan 2 kursi, Gerindra 1 kursi, Golkar 2 kursi, PBB 2 kursi, PDIP 3 kursi, NasDem 2 kursi dan Hanura 3 kursi.
Di Batanghari PAN juga unggul, dari 35 kursi PAN mendapatkan 6 kursi. Gerindra 3 kursi, PPP 2 kursi, Golkar 5 kursi, PKS 3 kursi, Demokrat 4 kursi, Non KMP 12 kursi PKB 4 kursi, PDIP 4 kursi, Hanura 2 kursi dan NasDem 2 kursi.
Pengamat Politik Jambi, Jafar Ahmad saat dimintai tanggapannya mengatakan, kemenangan dalam Pemilu Legislatif (Pileg) ini, tidak otomatis menjadi jaminan menang. “Tidak signifikan pengaruhnya. Karena variable dulu orang memilih saat Pileg itu berbeda dengan di Pilgub,” katanya.
Bahkan menurutnya, partai itu sebenarnya hampir tidak bisa diandalkan untuk menyumbang suara. Mungkin yang bisa dipastikan itu jaringan partai bekerja. Meski kecil kemungkinan, karena ini tidak berhubungan langsung dengan kebutuhan mereka. Beda saat Pileg, itu berhubungan langsung dengan kebutuhan Caleg bersangkutan.
“Dia akan berpengaruh sepanjang orang-orang yang terhubung dengan partai-partai itu terkonsolidasi dengan baik dengan calon gubernur. Jadi seberapa solid orang itu terhubung dengan kandidat yang diusung, jadi variable soliditas inilah yang akan berpengaruh,” jelasnya.
Jadi, tidak bisa perolehan suara partai di Pileg lalu berpindah secara otomatis dengan kandidat yang didukung di Pilkada ini. “Boleh jadi pemilih itu dulu mendukung Demokrat maupun PAN, tetapi di Pilkada belum tentu,” katanya.
Menurut Direktur Idea Institute ini, yang dibutuhkan itu adalah soliditas jaringan yang memiliki kemampuan bercerita tentang kandidat. Ia percaya bahwa, sepanjang tim itu mampu menarasikan sesuai dengan postur pemilih, itu akan maksimal.
“Jadi butuh tim dan jaringan yang mempunyai kemampuan bercerita sampai ketingkat yang paling rendah. Narasi itu akan membentuk persepsi pemilih. Karena kadang-kadang pemilih itu belum punya persepsi apa-apa terhadap sang calon ini,” tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: