Syuting 7 Jam Sehari, Butuh Konsumsi Protein
Performer lainnya, Aiden Starr, menambahkan, untuk tiap proyek, dirinya harus selalu pintar-pintar bernegosiasi soal bayaran. ‘‘Kalau tidak puas dengan jumlahnya, tentu kami tidak akan meneruskan profesi ini,’‘ tutur perempuan yang kini juga menjadi bintang di www.VividRadio.com, salah satu divisi Vivid Adult Entertainment, itu.
Aiden tak mau menyebutkan nominal pastinya. Tapi, karena tergolong bintang kelas A, dia bisa mengantongi sekitar USD 200 ribu (Rp 4,6 miliar) per tahun. Adapun untuk bintang dengan nama lebih besar seperti Jenna Jameson, bayarannya bahkan bisa mencapai USD 2 juta (Rp 26 miliar) per tahun.
Industri hiburan dewasa mengenal grade untuk para performer-nya. Yakni, A, B, dan C. Tapi, kategorisasi itu fleksibel. Bayaran aktris yang tergolong kelas B, misalnya, bisa meningkat kalau berani melakukan adegan ‘‘ekstrem’‘.
Itu pun masih terbagi lagi dalam sejumlah kategori. Para pemeran perempuan mendulang duit lebih banyak ketimbang kolega pria mereka. Untuk sebuah adegan ekstrem, pemeran perempuan bisa mendapat USD 2.000 (Rp 26 juta) per scene.
Atau, jika ingin pendapatannya lebih pasti, seorang performer bisa menandatangani kontrak dengan studio. Jumlah uang yang dikantongi bervariasi, bergantung kelasnya. Namun, rata-rata nilai kontrak pemeran perempuan mencapai USD 60 ribu (Rp 900 juta) per tahun.
Yang diterima pemeran pria lebih sedikit. Untuk yang newbie, mereka kadang hanya mendapat USD 100 (Rp 1,3 juta) tiap scene. Sedangkan yang masuk kategori standar mencapai USD 300 (Rp 3,9 juta) hingga USD 400 (Rp 4,5 juta). Para aktor film panas tersebut rata-rata per tahun mendapat USD 40 ribu (Rp 450 juta).
Dalam kontrak setahun itu, biasanya aktris yang bersangkutan membintangi empat film. Tiap film biasanya mengambil waktu syuting selama dua pekan.
‘‘Mengapa kok lama? Sebab, kami juga harus melakukan tes kesehatan. Juga, si aktor butuh waktu untuk break dan mengonsumsi protein,’‘ terang Steven Hirsch.
Menurut dia, para aktor yang dikontraknya juga harus menunjukkan kedisiplinan. ‘‘Mulai kualitas sperma hingga vitalitas tubuh, mereka menjaganya sendiri,’‘ tambahnya.
Satu hal yang pasti, tegas Hirsch, pihaknya memberlakukan kontrol yang sangat ketat terhadap kesehatan. Pernah pada Oktober 2012 ada kabar salah seorang aktor yang disewanya terkena HIV/AIDS. Dia pun langsung menghentikan syuting.
‘‘Kami akan telusuri jejaringnya. Dengan demikian, kami yakin semua benar-benar bebas penyakit,’‘ tandasnya.
Para performer juga mengakui bahwa bekerja di industri film dewasa cukup berat. ‘‘Pernah lihat syutingnya kan?’‘ kata Aiden.
Yang dia maksud, menjalani syuting film dewasa bukan sekadar dua orang berhubungan intim dengan normal dan direkam. Tapi, ada proses penataan gaya dan pengulangan seperti dalam syuting film pada umumnya.
‘‘Tapi, saya melakukannya demi uang. Kadang juga karena kesenangan. Tapi, sebaiknya demi dua-duanya,’‘ ucap Aiden, lantas terbahak.
Lalu, di luar dunia ‘‘XXX’‘ yang digeluti, apakah para aktris dan aktor film dewasa juga punya keluarga? Atau, katakanlah kehidupan ‘‘normal’‘? Hirsch menyatakan, itu semua kembali kepada masing-masing performer.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: