Syuting 7 Jam Sehari, Butuh Konsumsi Protein

Syuting 7 Jam Sehari, Butuh Konsumsi Protein

Liku-Liku Vivid di Tengah Pergeseran Tren Adult Entertainment

 

Vivid memberlakukan kontrol ketat terhadap kesehatan para performer-nya. Di luar produksi film, para pelaku industri hiburan dewasa umumnya juga hidup ‘normal’. Berikut penelusuran wartawan Jawa Pos (Induk Jambi Ekspres) KARDONO SETYORAKHMADI yang baru kembali dari Los Angeles

 

 GUDANG berukuran sekitar 30 x 40 meter di kawasan San Fernando itu terasa sangat panas. Baik dalam arti denotatif maupun konotatif. Panas karena ruangan tersebut disesaki enam lighting syuting besar berikut 35-an orang di dalam. Juga, panas karena tengah berlangsung syuting film dewasa di sana.

 Saya yang berkesempatan menyaksikan syuting menghitung, hanya dalam durasi 5 menit, sang sutradara berkali-kali minta break. ‘‘Move easy left,’‘ teriak sang sutradara. ‘‘No, no. Cut! You should stand over here,’‘ lanjut sang sutradara.

 Dua pemeran yang terlibat syuting saat itu pun langsung menghentikan akting mereka. Si pemain pria langsung kembali berdiri dan memperhatikan instruksi sutradara. Tak ubahnya proses syuting film ‘‘biasa’‘ lainnya.

 Si performer lalu bergeser, namun sebelumnya meminta handuk kecil. Menyeka keringat, minum minuman bersoda yang dingin, sebelum kembali menjalankan tugasnya.

 Begitu berulang-ulang. ‘‘Satu hari syuting bisa mencapai 7 jam,’‘ kata bos Vivid Adult Entertainment Steven Hirsch saat ditemui Jawa Pos sebelum menonton syuting. ‘‘Tapi, kami sudah jarang syuting ke sana (San Fernando). Bisa ke Vegas (Las Vegas, Red) atau county mana saja yang memperbolehkan (pakai kondom, Red),’‘ ucapnya.

 Pelaku industri film dewasa memang dibikin pening oleh regulasi pemerintah Los Angeles County. Yakni, regulasi yang mewajibkan pemakaian kondom bagi aktor yang terlibat dalam produksi film dewasa. Sebelum aturan itu diterapkan akhir 2012, Los Angeles memang menjadi pusat film dewasa.

 Khususnya di kawasan San Fernando. Area seluas 354 mil persegi tersebut menjadi rumah bagi raksasa film dunia seperti Disney, DreamWorks, Warner Brothers, dan Universal Studios. Juga, markas para raksasa adult entertainment: Vivid, VCA, dan Wicked Pictures.

 Banyak gudang di kawasan itu yang kerap disewa untuk produksi film saru tersebut. Saking terkenalnya, kawasan San Fernando dipelesetkan menjadi ‘‘San Pornando Valley’‘.

 Chanel Preston, salah seorang performer film dewasa, juga mengakui bahwa Los Angeles adalah ibu kota industri hiburan berkategori XXX itu. ‘‘Memang banyak (industri sejenis) yang mati di daerah lain, terutama pada 2010. Namun, di sini beda,’‘ ucapnya merujuk pada San Pornando Valley. ‘‘Terus berkembang,’‘ imbuhnya.

 Perubahan yang paling mencolok adalah hubungan kerja studio dengan para performer. Kini mereka semua berstatus freelancer. ‘‘Semua performer bekerja untuk diri mereka sendiri. Jadi, fee-nya per project,’‘ ungkap pria yang pada usia 54 tahun masih tegap itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: