>

Perjuangan Menjual Sawit ke Pasar Eropa

Perjuangan Menjual Sawit ke Pasar Eropa

  Berbagai perjuangan kemudian dilakukan, terutama melalui diplomasi dan forum resmi. Bukan hanya Indonesia yang berjuang, tetapi juga Malaysia. Titik cerah itu sudah mulai terlihat.

 

  Pada EPOC 2015, misalnya, Ketua Eksekutif Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Bayu Krisnamurti menyebutkan bahwa saat ini di Eropa sudah ada sedikitnya tujuh asosiasi terkait dengan sawit yang tersebar di beberapa negara berbeda. Mereka semua merupakan pengguna dan pihak yang sudah menyadari sawit lebih dalam.

 

  Di Italia, misalnya, telah ada kesepakatan satu suara bahwa industri berkepentingan siap menerima minyak sawit dengan catatan sudah harus bersertifikat. Sertifikat dimaksud adalah sertifikat berkelanjutan (sustainable) dari negara produsen dan internasional.

 

  Bayu mengakui, ekspor minyak sawit Indonesia ke Eropa memang tidak terlalu besar. Yaitu, 3,5 juta ton sampai 4 juta ton per tahun. Indonesia menempati urutan keempat setelah India, Tiongkok, dan Pakistan meski kadang jumlahnya mengalahkan ekspor ke Pakistan.

 

  Indonesia dan Malaysia merasa perlu untuk tetap berjuang melawan kampanye negatif di Eropa. Sebab, kawasan itu memegang peran penting di pasar global. \'Eropa adalah trendsetter dalam berbagai hal, termasuk sustainability. Trendsetter dalam hal standardisasi. Jadi, kalau tidak bisa penuhi standar Eropa, biasanya kita juga sulit ke negara lain,\' ungkap Bayu.

 

  Indonesia, kata dia, akan memenuhi permintaan sertifikasi dari Eropa meski butuh waktu untuk mencapai seluruhnya. Sebab, 42 persen produksi sawit Indonesia yang mencapai total sekitar 32 juta ton per tahun berasal dari petani rakyat.

 

  Saat ini, di antara total 4 juta petani sawit, hanya 50 ribu yang telah tersertifikasi. \'Kalau dibandingkan dengan 2010, baru ada 800-an petani yang sudah tersertifikasi,\' terang Bayu.

(gen/c14/tia)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: