Industri Kerajinan Tangan Sulit Berkembang
*Daya Beli Masyarakat Lokal Masih Rendah
JAMBI-Industri kecil dan menengah tengah marak saat ini, namun ternyata tidak membuat industri kreatif kerajinan tangan di Jambi berkembang dengan pesat.
Berbagai persoalan menjadi kendala sulitnya industri tersebut berkembang. Salah satunya dikarenakan Jambi bukanlah daerah wisata.
Hal ini dibenarkan oleh Rosnifah, Kabid Industri Kecil dan Kerajinan Dinas Perindag Provinsi Jambi, dikarenakan Provinsi Jambi bukan sebagai tempat tujuan wisata seperti layaknya daerah lain yang industri kerajinan tangannya berkembang disebabkan daerahnya merupakan tujuan wisatawan.
“Salah satunya juga karena itu, yang ingin membeli produk ini siapa lagi kalau tidak wisatawan, sedangkan di Jambi ini bukanlah tempat wisata,” katanya.
Dirinya melanjutkan, selain itu minat daya beli masyarakat lokal Jambi pun masih sangat rendah untuk produk industri kreatif dan kerajinan tangan ini. Menurutnya, kebanyakan hanya orang-orang tertentulah yang biasanya suka membeli produk – produk keterampilan. Kerena pasarnya yang kurang menyebabkan banyak pelaku usaha ini merugi. Namun tidak semua industri kreatif di Jambi tidak bisa berkembang
“Kadang sudah dibuat , tapi gimana daya beli masyarakat lokal kita juga rendah untuk barang-barang seperti ini. Misalnya, untuk kursi masyarakat lebih suka beli kursi sofa ketimbang beli kursi bambo atau rotan,” jelasnya.
Lanjutnya, terdapat beberapa produk kerajinan tangan di Jambi yang pasarnya sulit diantaranya, furniture bambu, rotan, peralatan dapur dari bambu. Sedangkan untuk batik sendiri saat ini masih menjadi industri kreatif di Jambi yang berkembang pesat. Dirinya memang menyayangkan rendahnya pasar untuk kerajinan tangan di Jambi.
Dirinya menjelaskan, padahal Jambi memiliki kualitas yang baik untuk berbagai bahan kerajinan tangan ini. Saah satunya rotan yang berasal dari Bungo, Sungai Penuh dan Batanghari. Rendahnya daya beli ini juga dikarenakan daya kreatifitas pelaku usaha yang minim. Padahal banyak pelaku usaha kerajinan tangan di pulau jawa yang membeli bahan baku dari Jambi, namun mereka melakuan produksi dan pengolahan di pulau Jawa.
“Padahal pengusaha yang di Jawa itu beli bahannya dari Jambi. Kita ini sebenarnya punya bahan yang berkualitas, sayangnya hanya kretifitas masyarakat serta daya beli masyarakat local untuk produk kerajinan tangan rendah,” tegasnya.
Untuk mendorong pergerakan pelaku industry kerajinan tangan ini, pergelaran pameran menjadi waktu yang tepat untuk memperkenalkan industri kerajinan tangan ini. Melalui keikutsertaan pelaku industri ini dam pameran bisa menjadi referensi bagi mereka untuk berkembang.
“Kami ikutkan baik di dalam maupun keluar daerah. Tujuannya biar mereka melihat bagaimana kerajinan tangan dari daerah lain. Setidaknya bisa mereka contoh dan menjadi referensi bagi mereka,” tambahnya.
Selain itu, dirinya mengakui telah menjalin kerjasama dengan PHRI Provinsi Jambi untuk membantu mengembangakan serta mmeperkenakan industri kerajinan tangan asal Jambi. Dimana setiap hotel yang ada di Provinsi Jambi diwajibkan untuk menggunakan kerajinan tangan asal Jambi.
“Pajangan dihotel harus gunakan kerajinan tangan asli Jambi, terserah mau batiknya, kursi, atau lainny. Tujuannya untuk mendorong agar pelaku industry kerajinan tangan ini bisa dilirik oleh tamu yang hadir,”bebernya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: